Hujan turun begitu deras pagi ini. Padahal Flora ada kelas pagi yang di mulai jam 9 nanti, gadis itu hanya bisa menggerutu kesal karena tak bawa payung dan mantel untuk menerobos masuk kedalam kampus yang jaraknya masih lumayan jauh.
Flora menengok jam tangan yang ia pakai, jam delapan lebih empat puluh lima. Sebentar lagi pasti dosen akan masuk, namun ia juga tak bisa menerobos hujan begitu saja, bisa-bisa kelas banjir karena bajunya yang basah nanti.
Flora hanya bisa menghela nafas pasrah, biarlah. Toh pasti tak hanya dirinya yang telat datang, biasanya saja Nash dan Saros temannya juga sering berangkat telat."Astaghfirullah Flo, enggak boleh kaya gitu."
Flora terkekeh sendiri. Kemudian ia mendongak, menatap langit yang sendu dan tak ada tanda-tanda hujan akan reda. Flora hanyut dalam fikirannya. Terbesit sebuah kenangan pahit saat hujan membawa seseorang yang ia cintai beberapa waktu lalu, membawanya pergi tanpa bisa Flora temui. Gadis itu tersenyum getir, rasa-rasa tak percaya masih menghantuinya meski sudah 4 tahun berlalu.
Ah, maaf terlupa. Mari perkenalkan, dia Flora Lilian Aeris, mahasiswi fakultas sastra semester 7 disalah satu universitas di Jogja. Dia seperti kebanyakan gadis seusianya, yang di pusingkan oleh tugas, kegiatan kampus, dan kali ini lebih di pusingkan lagi karena ia akan KKN minggu depan. Apa lagi Kakaknya yang juga dosen dikampusnya dengan kurang ajar selalu menuntutnya untuk segera menyiapkan skripsi. Flora dikenal baik oleh teman-temannya, dia gadis yang ceria dan agak bobrok jika bersama teman-temannya. Tetapi mereka juga tahu, ada luka yang masih basah dihati Flora.
"Flo." Panggilan yang sering teman-temannya gunakan untuk memanggil dirinya, meski kadang Nash sering usil memanggil Flo dengan sebutan Flora-Fauna. Flo tak keberatan, bahkan beberapa ada yang memanggilnya Lili, namun Flo sedikit miris hati mendengarnya, karena Lili adalah panggilan yang sering digunakan seseorang yang sudah jauh darinya.
Flora suka hujan, apa lagi hujan deras seperti ini ia pasti akan berlari-lari ditengah hujan tidak perduli dengan berapa angka usianya. Namun itu dulu, sebelum hujan merenggut keberaniannya untuk berlari lagi dibawahnya yang menjadi trauma besar bagi Flora.
Dia punya Kakak laki-laki yang sekaligus dosen di universitasnya. Namanya Elio Liliano Akarsana. Laki-laki paling tampan seseantero dosen, sekaligus dosen incaran mahasiswi disana. Dimata Flora, Elio adalah sosok yang paling menyebalkan sekaligus paling perhatian. Perlu bukti? Lihat saja, dari arah selatan Flora bisa melihat tubuh tegap Elio yang membawa payung besar yang biasa digunakan pedagang kaki lima berwarna biru tua sambil menenteng jas yang biasa dipakainya menuju Flora berada.
Yah, sebenarnya ia tadi menelfon Elio, tapi katanya lelaki itu sedang ada kelas. Tak heran sebenarnya jika Elio datang, yang mengherankan itu, DARI MANA ELIO DAPAT PAYUNG ITU!?
Flora langsung tergelak saat Elio datang. Benar-benar payung yang biasa digunakan pedagang kaki lima, sebesar itu.
"Yaampun Abang!" Flora masih tergelak, bahkan suara hujan hampir tak terdengar karena tawa Flora, Elio pun ikut tertawa karena melihat tawa Flora, padahal ia tak tahu Flora menertawakan apa."Heh bocah! Ngetawain apa lo?!" Serka Elio. Flora makin tergelak, lalu untuk apa Elio ikut tertawa.
"Lawak lo Bang. Astaghfirullah, uhum! Tenang, tenang. Gila! Lo dapet dari mana payungnya?"
Elio berdecak, ternyata Flora menertawakan payungnya. "Masih baik gue mau jemput lo. Udah ayo, pake dulu nih. Udah tau hujan, masih aja enggak pake jaket, mau jaket-jaket lo itu gue buang hah!?"Flo berdecak, "Galak amat Bu!"
Flora langsung menyahut jas dari tangan Elio, dengan senang hati ia memakainya. Sedangkan Elio hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan adik satu-satunya itu."Ayo, buru-buru. Ntar Pak Harto keburu masuk kelas, bisa diceramahin sampe semarang gue nanti." Ujar Flora
"Derita elo sih itu."
Flora berdecak, namun ya sudah lah. Bagaimana lagi, Elio memang menyebalkan.
Sepanjang jalan, Flora masih menertawakan payung Elio, dan sialnya Elio juga tak memberi tahu darimana lelaki itu dapat payungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/329382089-288-k915312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Bumantara dengan Lukanya
General FictionBukan cerita tentang seseorang bernama Bumantara, tetapi Ini hanya bagaimana kalian mengenal Rasalas Digant Akarsana dalam sebuah ingatan. "Kalau kamu pergi. Bukan jumantara yang sedih Ras, tapi aku. Bentala senang kau kembali kepangkuannya, tapi ap...