BAB 12. Kepada sang Arcturus

19 2 0
                                    

Flora, Alora, Olive, Arsen, Daffa, Nash, dan Saros tengah berkumpul di indekost Arsen dan kawan-kawan sepulang sekolah. Mereka berencana untuk merancang hal-hal yang akan mereka lakukan di sekolah untuk kebutuhan KKN-nya.

"Kalau naga bukan hewan urband legend, kira-kira bisa di kurbanin gak sih?"

Pertanyaan Olive yang spontan itu membuat seluruh atensi mereka teralih pada gadis itu. Gurat wajah gemas pun begitu ketara di wajah mereka.
"Log in yuk ikut gue. Assyadualla--"

"Gue nanya malah diajak log in." Nash tertawa, memang tidak heran jika Olive melanturkan pertanyaan-pertanyaan nyeleneh seperti itu.

"Hewan yang bisa dikurbankan itu cuma hewan ternak, kaya sapi, kambing, domba, onta. Kalaupun naga itu ada, ya gak akan bisa. Hewan bertaring dan berkuku tajam juga gak bisa." Jelas Arsen sambil terus fokus menggambar grafiknya.

"Yaudah, tinggal ternak aja naganya. Kalo taring sama kukunya kan bisa di potel."

Olive masih ngenyel yang membuat Alora menonyor kepalanya. "Lo mau makan naga?"

Daffa terkekeh mendengar celetukan-celetukan mereka, ia meletakkan pensilnya kemudian ia menepuk pundak Olive yang kebetulan duduk di sampingnya.
"Heh, Olive mau tahu gak salah oi. Tapi gak semua binatang yang di pelihara bisa di kurbanin juga. Ya itu tadi cuma sapi, domba, kambing, unta--"

"Dan naga."

"Lo jangan ngeyel ya, ntar gue gigit biar lu yang jadi naga." Mereka tertawa mendengar sahutan ngegas dari Saros. Entah tidak ada angin tidak ada hujan, Olive berhasil membangkitkan setan-setan di diri teman-temannya.

"Bayangin nih, satu naga aja bisa nelen lo hidup-hidup. Gimana mau lo ternak saodah!" Sahut Flora dengan gemas. Namun lagi-lagi dengan polos Olive menjawab, "Ya kan di pelihara, jadi jinak lah."

"Tahan gue Sen, tahan!" Ujar Nash sambil mengalungkan tangan Arsen pada lehernya sendiri. Olive malah tertawa melihat mereka kesal padanya, "Apa sih? Salah ya gue?"

"Enggak kok, apa sih yang salah dari elo." Sahut Flora sambil memaksakan senyumnya yang membuat Daffa yang duduk di depannya hanya bisa terkekeh.

"Udah-udah bercandanya, lanjutin tuh tugas kalian. Gak selesai-selesai nanti." Ucapan Arsen disetujui oleh mereka, ketujuhnya kembali fokus meski kadang Nash suka menjahili Alora. Namun tak lama, di sela-sela keheningan, Olive menatap keenam temannya dengan tatapan terheran.

"Tapi daging naga sama kaya daging sapi gak sih?"

****

Raksa memakirkan motornya disebuah cafe. Disebelahnya sudah ada satu motor ninja yang ia kenali, kemudian lelaki itu bergegas masuk kedalam.
Sekejap Raksa celingukan mencari-cari seseorang, sampai pelayan cafe menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu Mas?"
"Cowok yang dateng pake motor itu. Dimana ya mbak?" Jawab Raksa sambil menunjuk motor yang tadi.

"Oh masnya yang tadi. Di lantai dua Mas."

Raksa mengangguk, pantas saja sulit ia temui. "Oke Mbak, makasih."

Raksa bergegas menuju lantai dua. Ia akan menemui Aldo, dan ia akan menanyakan beberapa hal tentang Kakaknya.

"Bang Aldo."

Aldo yang tengah duduk santai sambil memainkan ponsel dan tak lupa dengan rokok yang ia hisap langsung menoleh, lelaki itu lekas melambaikan tangannya merespon Raksa. Mereka bertegur sapa, lantas Aldo mempersilahkan Raksa untuk duduk.

"Tumben nih lo mau nemuin gue? Ada apa?" Tanya Aldo sambil mematikan rokoknya.

Raksa diam sesaat, sebenarnya ia ragu dengan apa yang akan ia tanyakan, namun jika tidak ia tanyakan, mungkin akan menjadi masalah besar nantinya.

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang