Bab 28. Darimu untukku 3 tahun lalu

18 1 0
                                    

Jatuh cinta padamu saat ini adalah seni mengukir luka.

Deburan ombak menerpa kaki Flora memecah lamunan gadis itu. Disana ramai, namun ia merasa sepi. ia berada di pantai yang pernah ia kunjungi 3 tahun lalu ditahun 2019 bersama Rasalas. Di tangan kanannya menggenggam sebuah handycam lawas yang kemarin Ardo berikan padanya. Ia belum melihat apa yang ada di dalam sana, namun katanya ada sebuah pesan untuknya dari Rasalas.

Flora berfikir, untuk apa Ardo baru memberikan itu padanya, padalah lelaki itu juga tahu jika Flora masih belum bisa melupakan Rasalas sepenuhnya, mengapa baru sekarang? Tidak kemarin-kemarin atau bahkan saat ketika hari itu terjadi.

Flora benar-benar terjebak pada cinta yang terlanjur tak sampai, terus ia menyangkalnya maka rasa itu semakin kuat ia rasakan, rasa kehilangan terus menggebu di hatinya, fikirannya tak pernah terlepas dari bayang-bayang Rasalas, sejak saat itu 18 Agustus 2020, dan pengakuan perasannya di tahun 2019 adalah hal yang tak akan pernah ia lupakan di seumur hidupnya. Sayangnya, Rasalas tak pernah tahu tentang perasaan Flora terhapadnya, belum sempat Flora mengatakannya, Tuhan lebih dulu memilikinya.

"Tuhan, Kau yang berkuasa atas segalanya. Hatiku dan ia, semuanya adalah milikMu, tapi Tuhan mengapa seperti ini? Sakitnya seperti tidak ada obatnya."

"Jika diberi kesempatan, aku akan mengatakannya. Aku juga mencintainya, sungguh aku tak berbohong. Dia cinta pertamaku, dan cinta yang paling menyakitkan."

Di tempat ini, Rasalas pernah menyatakan perasaanya. Hari libur paling indah yang Flora miliki, meski saat itu ia masih ragu dengan perasannya sendiri.

"Kalau di rumah gue, mau ke pantai gak usah nunggu hari libur, pulang sekolah langsung kepantai juga bisa." Ujar Flora saat ia berdiri disamping Rasalas tepat di bibir pantai.

"Rumah lo di Jogja Flo, wilayah gunung kidul lagi. Di sini sebenernya juga banyak sih, cuma kan kita hidupnya di kota, jadi effort dikit kalo mau ke pantai." Jawab Rasalas setelah mengacak pelan rambut Flora.

"Iya ya, tapi gue juga seneng hidup di sini."

"Tapi gue pengen deh Flo, hidup di Jogja. Nanti kalo malem minggu bisa ke Malioboro, nonton Ramayana di Prambanan, atau gak ya gini sering-sering ke pantai."

Flora menatap Rasalas dari samping, meski ia merasa jika Rasalas semakin kurus dan terlihat tak sehat, laki-laki itu berusaha untuk bersikap biasa di depannya.

"Ayo, liburan semester nanti gue ajak lo ke Jogja. Abang gue punya rumah sendiri kalau lo mau nginep. Kita keliling Jogja."

Rasalas terkekeh, ia beralih menatap Flora dengan tatapan sendu. "Liburan semester nanti, gue mau ke singapura Flo. Pengobatan, lagian dengan kondisi gue yang sekarang, mungkin di Jogja nanti gue bakal ngerepotin keluarga lo kalau sampai gue kesana."

"Ras-"

Lelaki itu tersenyum, "gue bisa kapan-kapan ke Jogja setelah gue sembuh, kan gue ada lo. Flo, kalau orang kaya gue jatuh cinta sama lo, boleh enggak sih?"

Flora diam membeku, seolah lidahnya kelu tak bisa mengeluarkan kata-kata ia hanya bisa memalingkan muka saat Rasalas terus menatap matanya.

"Enggak ya?"

"Bukan itu Ras."

Rasalas diam, menunggu kelanjutan ucapan Flora.

"Gue emang nyaman sama lo, dan gue suka lo ada di kehidupan gue saat ini, tapi untuk hal itu--"

Flora tak jadi melanjutkan ucapannya saat mendengar tawa Rasalas, "nanti aja, jangan dijawab sekarang."

Andai saat itu ia langsung menjawabnya maka ia tak akan membuat Rasalas menunggu, dan ia juga tak akan menggantungkan perasaannya sendiri seperti ini.

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang