Hari minggu pagi. Flora, Arsen, dan Daffa duduk santai didepan warung yang langsung menghadap sekolahan. Flora tak sengaja bertemu mereka berdua saat akan membeli sikat gigi. Dan berakhir mereka malah ngobrol sembari menatap kearah sekolahan yang sepi.
"Kenangan banget pasti buat kalian." Ujar Arsen sebelum menegak air mineralnya. Flora lekas mengangguk mengiyakan, sedangkan Daffa berdehem menjawabnya.
"Kenangan yang sampai sekarang aku ga tau itu kenangan yang indah atau menyakitkan." Ucapan Flora membuat Daffa dan Arsen spontan menoleh pada gadis itu. Terlihat senyum tipis terbit di bibirnya. Namun mereka tahu senyum tipis itu adalah senyum yang penuh kesedihan.
"Btw boleh ga sih, pake lo-gue aja sama kalian?" Daffa terkekeh mendengarnya."Siapa juga yang nyuruh pake aku kamu. Segala pake panggil Mas lagi, sama Nash aja enggak." Cibir Arsen sambil terkekeh.
"Ya kan kebawa, Mas Daffa dulu Kakak kelas. Mas Arsen juga seumuran kan sama Mas Daffa. Kalo Nash mah ogah, liat mukanya aja pengen gue cakar." Sahut Flora dengan gemas.
"Udah sampe semester 7 ya kan kita sekelas. Baru bisa bilang gitu langsung. Malu gue tuh sebenernya, takut gak sopan." Jelas Flora."Sans aja kali Flo, dulu mungkin kita Kakak kelas lo. Tapi sekarang kan enggak." Jelas Daffa. Flora mengangguk-angguk mengerti.
"Eh tahu gak sih Mas Sen. Mas Daffa dulu populer poll! Ketua Osis idaman kalo kata temen gue, serius." Ujar Flora dengan semangat. Arsen yang mendengarnya terkekeh, jangankan sewaktu SMA. Saat kuliah pun Daffa masih populer.
"Lo lupa di kampus dia sepopuler apa? Sayangnya spesies manusia gamon." Flora dan Arsen sama-sama tertawa mendengarnya, sedangkan yang dibicarakan hanya bisa mendengus kesal.
"Terus aja terus." Cibir Daffa.
"Kerjaannya nahan anak-anak didepan gerbang sana tuh. Paling parah tau gak apa? Mas Daffa pernah suruh hapus lipstik temen gue pake telapak meja." Flora lagi-lagi tertawa sambil menceritakannya.
"Serius? Wah parah lo Daf." Arsen terkekeh, tak percaya dengan Daffa yang sekarang lebih suka mager di dalam kelas.
"Beneran, apa lagi kalo tiap tanggal 12, 23, sama 29. Beh, denger suara sepatunya Mas Daffa, seisi kelas udah ketar ketir takut kena razia."
"Iya, dan elo sering kena. Sekolah bukannya cuma bawa buku sama alat tulis malah bawa kaca, kaca spion lagi." Sahutan Daffa membuat Arsen terpingkal. Apa lagi Flora, mengingatnya benar-benar menggelikan. Flora saja heran mengapa dulu ia membawa kaca spion honda untuk mengaca di kelas.
"Ada-ada aja kalian. Astaga, sampe nangis gue." Sahut Arsen sambil mengusap air disudut matanya.
"Apa lagi kalo udah urusan sama anak-anak yang seragamnya dibuat-buat. Astaghfirullah Mas Sen, gak tanggung-tanggung langsung digunting ditempat."
Arsen geleng-geleng kepala sambil mengusap-usap dadanya. "Astaghfirullah Daffa."Flora tertawa melihat Daffa yang meliriknya sinis. "Ampun Mas, udah kok."
Lelah tertawa. Flora menghela nafas panjang sambil menyelonjorkan kakinya, kilasan ingatan saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas benar-benar tak bisa ia lupakan. Semuanya masih melekat meski ia berkali-kali ia merasakan suasana baru.
"Gue agak nyesel waktu sekolah menengah ga ngapa-ngapain. Berangkat, nugas, pulang. Udah, kek anak STM kebanyakan, pulang sekolah main. Mainnya di bengkel, ngikut bongkar motor. Bongkar doang ga bisa balikin."
Ucapan Arsen membuat Flora mendelik. "Lah, gimana konsepnya?"Lelaki itu terkekeh, "Yang benerin, yang punya bengkel. Maklum, pas waktu itu masih kelas 1, belum tahu apa-apa. Pas kelas 2, 3 udah ga main lagi, pulang sekolah tidur."
![](https://img.wattpad.com/cover/329382089-288-k915312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Bumantara dengan Lukanya
Genel KurguBukan cerita tentang seseorang bernama Bumantara, tetapi Ini hanya bagaimana kalian mengenal Rasalas Digant Akarsana dalam sebuah ingatan. "Kalau kamu pergi. Bukan jumantara yang sedih Ras, tapi aku. Bentala senang kau kembali kepangkuannya, tapi ap...