Bab 23. Kau yang ku temui ditahun itu

8 1 0
                                    

Mau ucapinnn

HAPPY NEW YEAR UBI LOVERS TERCINTA KUUU

Semoga tahun ini jadi lebih baik, tahun ini banyak baiknya, ngereoknya gak se barbar tahun kemarin. Aamiin.

Happy reading

"Katanya, jangan jatuh cinta di tahun 2019, nanti perasaanmu akan abadi pada orang itu."

Ucapan Adhisti 4 tahun lalu masih Flora ingat, ah rasanya ia juga merindukan temannya yang satu itu. Mereka berpisah setelah kelulusan. Adhisti memilih kuliah diluar negri mengikuti orang tuanya yang juga bekerja disana, dan 2 tahun belakangan ini ia sudah jarang berkomunikasi dengan gadis itu karena perbedaan waktu dan kesibukan masing-masing.

Flora ingat, ketika itu di bulan November tahun 2019 ia berani mengatakannya pada Adhisthi dengan gamblang bahwa ia mulai menyukai Rasalas saat itu juga.

Dan perasaanya terus berkembang meski ada hal janggal yang ia sadari dalam diri Rasalas. Beberapa kali ia melihat Rasalas terlihat seperti orang kebingungan , atau dalam beberapa kali ia juga melihat Rasalas yang mimisan juga kerap kali jatuh pingsan. Ia bepikir jika lelaki itu hanya terlalu lelah karena teralu banyak berlatih basket, namun ternyata tidak.

November 2019 adalah bulan pengakuan perasaanya sendiri, dan Agustus 2020 mengambil semuanya.

"Ras, rasanya begitu curang, aku hanya sempat jatuh cinta sepanjang bulan Januari ke Bulan Maret ketika kau ada. Tapi, setelah kau pergi, rasa ini bertahan dari November 2019 sampai saat ini, kau tau tahun berapa sekarang? 2022, dan kau masih menjadi pemenangnya.  10 bulan untuk 4 tahun, rasanya benar-benar tak adil."

Flora hanya bisa menghembuskan nafasnya, sore tadi sepulang dai sekolahan, ia pergi ke makam Rasalas, dan ia bertemu dengan Jaya lagi. Lelaki itu masih terlihat sama hancurnya seperti saat mereka bertemu pertama kali.

"Kalau saat itu gue enggak minta jemput Rasalas, kira-kira dia masih ada diantara kita gak Flo?"

Hening, Flora tak lekas menjawab. Gadis itu masih setia menatap makam itu dengan semua andai-andai seperti yang di ucapkan Jaya barusan.

Flora tak yakin dengan jawabannya, "gue gak tau Jay, umur rahasia Tuhan."

"Buat gue pun, Rasalas enggak pernah mati. Karena salah satu bagian tubuhnya ada di tubuh abang gue." lanjutnya.

Meski sejak saat itu, dunianya kembali abu-abu.

Gadis itu beralih menatap Jaya yang terlihat kebingungan, ia hanya bisa tersenyum canggung, ia belum menceritakan sepenuhnya pada lelaki itu.

"Lo tau Jay? Rasalas mendonorkan organnya secara suka rela meski dia sendiri sakit. Dia gak mau ikut kemoterapi karena itu bisa mempegaruhi kesehatan organ-organya padahal dia janji sama gue buat sembuh. Seakan udah punya felling kalau dia akan pergi lebih capat."

"Beberapa organ milik Rasalas masih bisa di donorkan saat dia dinyatakan mati otak dan kanker itu yang semakin memperburuk keadaannya yang buat dia gak mungkin untuk bertahan."

Flora menghela nafasnya dengan berat, "jadi ini bukan salah lo, cepat atau lambat, Rasalas pasti akan ningalin kita. Bahkan persetujuan pendonoran organ akan Rasalas lakuin setelah lulus SMA."

Flora dan Jaya sama-sama menangis dalam diam. Teman, sahabat, bahkan orang spesial seperti Rasalas untuk mereka yang di tinggalkan benar-benar tak menyangka jika Rasalas memendam itu semua sendirian.

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang