Bab 24. Semesta yang mencintai lengkara

14 1 0
                                    

Jantung Kalan berdebar kencang saat mendapati pergerakan pada jari-jari Raksa. Dan kini ia tengah menunggu Dokter yang masih memeriksa adiknya di dalam, perasaannya tak karuan, disatu sisi ia senang adiknya siuman, namun di satu sisi ia juga takut jika Rakas akan membencinya. Tunggu, memang selama ini pula Kalan berperan apa di hidup Raksa?

"Tenang Kal, semua pasti baik-baik aja." Ujar Aldo mencoba menenangkan Kalan yang terlihat begitu gelisah. 

Selama ini pula hanya Aldo yang menjadi teman Kalan, bahkan lelaki itu terkadang juga ikut menemani Kalan bermalam di rumah sakit menjaga Raksa.

"Gue takut Raksa benci gue Do." Jawabnya dengan putus asa.

Mendengar itu, Aldo terseyum tipis. Kalan yang ia kenal 5 tahun ini bukan seseorang yang menyesali perbuatannya, bukan juga seseorang yang mudah putus asa. Kalan yang ia kenal adalah seseorang yang kasar, tidak punya hati, dan tentu saja tak tahu aturan. Kalan yang berada di depannya ini memang benar-benar seperti sosok yang berbeda.

"Lo lucu ya Kal, sejauh gue kenal lo, lo gak pernah perduli sama adek lo, bahkan keluarga lo sendiri. Kenapa sekarang lo jadi kaya gini Kal?"

Mata Kalan memejam, sudah sejauh apa ketakutan merubahnya?

"Gue udah salah kaprah Do." Jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mungkin ini karma buat gue karena udah bunuh orang tanpa mau tanggung jawab." Lanjutnya sambil beralih menatap Aldo.

"Do, gue seneng-seneng sama kalian cuma buat hilangin rasa takut gue. Gue tiap hari mimpi buruk, gue gak pernah tidur dengan tenang. Gue kasar sama adek gue sendiri karena gue gak mau kalau Raksa tau rahasia gue. Jadi lebih baik, Raksa benci lebih cepat." Jelasnya.

"Terus, kenapa tadi lo bilang takut dibenci Raksa, kalau emang itu tujuan lo."

Benar juga, Kalan terdiam untuk sesaat. "Cuma Raksa satu-satunya kelurga yang masih mau deket sama gue. Tapi gue malah nyakitin dia, karena adek gue sendiri mirip dengan orang yang udah gue buat mati."

Aldo tak menanggapinya lagi, mereka sama-sama terdiam sambil menunggu dokter keluar dari ruangan. Hening yang samar itu membuat Aldo berfikir keras saran apa yang akan ia berikan pada Kalan saat ini.

"Lo mau hidup tenang kan?" Ujar Aldo membuka suara.

"Kal, kalau keputusan lo waktu itu masih berguna, gunain sekarang. lagian kasus itu dibuka lagi kan? cepat atau lambat, semua akan terbongkar." Aldo beralih menatap Kalan yang sudah berkaca-kaca, "gue bakal jagain Raksa seperti yang lo minta, gue bakal keluar dari Tiger buat jagain adek lo sampai lo balik."

"Lo harus tebus semuanya Kal, lalu perbaiki setelah lo kembali."

****

Flora menatap cemas buku absensi miliknya, sudah hampir dua minggu Raksa tidak masuk sekolah. Entah apa yang terjadi dengan anak itu, Flora tak tahu, karena pihak sekolahan juga hanya tahu jika Rakas berada di rumah sakit dan mendapatkan ijin cuti dari sekolahan.

"Kenapa Flo?" Tanya Arsen yang datang dengan beberapa buku di dekapannya.

"Ini, ada anak kelas gue yang udah lama gak masuk. Gue jadi khawatir."

Lelaki itu lekas meletakkan buku-bukunya diatas meja Flora dan beralih menatap buku absensi di tangan Fora. 

Arsen terdiam sesaat, kemudian ia menjawab, "kalau dia sakit, ada surat ijin dokter dari rumah sakitnya kan? Kalo lo mau, gue temenin kesana.

Flora berfikir, ia tak begitu dekat dengan Raksa, namun anak itu beberapa kali pernah membantunya. "Boleh deh Mas, nanti gue tanya dulu sama Bu Elsa."

****

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang