Bab 26. Semesta yang adil

12 1 0
                                    

Flora menatap tab yang ia pegang dengan menatap Daffa secara bergantian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flora menatap tab yang ia pegang dengan menatap Daffa secara bergantian. Berita itu baru saja di upload, Flora kembali mengecek berita itu jika ia tak salah membacanya.

Flora tersenyum samar, ia lekas meletakkan tablet itu saat ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Iptu Nugroho.

"Halo."

"Iya, halo. Ada apa Pak?" Jawab Flora berusaha untuk biasa saja.

"Sore nanti, bisa datang ke kantor? Ada yang ingin bertemu."

Flora tak lekas menjawab, perasaannya campur aduk. Tangannya mengepal erat seolah menumpahkan semua emosinya yang tertahan. Jika saja bukan di sekolahan, ia akan langsung bergegas menuju kantor polisi untuk menanyakan kebenaran hal tersebut.

"Bisa."

"Kalau begitu, saya tunggu di kantor. Terimakasih."

Sambungannya terputus. Keempat temannya yang ada di sana sama-sama menatap Flora dengan khawatir. Mata gadis itu sudah memerah.

"Flo, lo oke?" Tanya Saros sambil menepuk tangan Flora pelan.

"Minum dulu Flo." Ujar Alora sambil menyerahkan segelas air putih pada gadis itu.

"Lo tenangin diri lo dulu. Nanti kita temenin ke sana." Sahut Arsen.

Flora kehilangan kata-katanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia katakan nanti jika benar-benar bertemu dengan pelaku. Gadis itu menyunggar rambutnya saat dirasa ia ingin sekali berteriak untuk melampiaskan kekesalannya detik itu juga.

"Kalau berita itu bohong, gue sumpahin yang buat berita bernasib sama." Desisnya lirih.

"Istighfar Flo." Sahut Daffa, "lihat gue." Daffa meraih tangan Flora yang menutupi wajah gadis itu, dan rupanya air matanya sudah membasahi pipinya.

"Lo masih punya kelas. Lo masih punya tanggung jawab. Tenangin diri lo, gue ngasih tau lo sekarang supaya lo nanti siap, lo gak gegabah, dan lo gak akan menyesali semua ucapan lo nantinya." Lanjutnya.

"Udah Flo. Bentar lagi juga pulang, nanti kita sama-sama kesana."

****
Di dalam mobil Arsen, ada Flora yang duduk dengan melamun di samping Arsen. Di belakang pun ada Daffa dan Alora yang juga tak berani membuka suara. Mereka bertiga saling tatap lewat kaca, suasana hening seperti ini tidak pernah mereka rasakan.

"Flo?" Panggil Daffa.

"Gak papa, gue oke."

Meski tak yakin dengan jawaban Flora, mereka tetap khawatir. Pasalnya, Flora itu paling tidak bisa menahan tangisnya. Dan jika Flora tidak bisa menangis, itu artinya rasa sakitnya sudah membuat Flora kebas untuk merasakannya.

"Ini yang gue tunggu. Dan gue mau tau seberapa besar penyesalan dia, sepadan atau enggak."

Gadis itu terkekeh singkat, "gak, gak akan sepadan, gak akan pernah."

12. Bumantara dengan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang