-17-

1.5K 241 15
                                    

Jisoo mendesis ketika dia lupa untuk mengambil ponselnya yang dititipkan kepada sang istri. Akhirnya, terpaksa lah dia kembali kerumah mertuanya itu.

Kebetulan sekali dia masih belum jauh dari sana jadi tidak butuh waktu yang lama untuk dia tiba.

Dengan santai dia berjalan keluar dari mobil dan menghampiri pintu masuk. Dahinya mengernyit ketika mendengar teriakan Sara.

Tanpa mengetuk pintu, dia bergegas masuk karena takut sesuatu yang buruk terjadi.

Dan benar saja tebakannya. Dia melihat sang istri yang sudah terkapar lemah.

"Apa yang Ayah lakukan!!" Sentak Jisoo tidak mampu menahan emosinya.

"Beri gue uang!!" Teriak Hyunjae emosi.

Jisoo menggeram kesal. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celanannya dan memberikannya kepada Hyunjae.

Hyunjae menerimanya dan dengan langkah olengnya dia berjalan keluar dari rumah itu.

"Rosie" Jisoo bergegas berjongkok disamping sang istri.

"A-appo" lirih Rose.

"Ji, kita bawa Rose kerumah sakit ya" ujar Sara.

"Ayo Bu" sahut Jisoo menggendong Rose ala bridal style dan membawanya kemobil disusul oleh Sara.


















*

Sekarang, Jisoo bersama Sara hanya menunggu didepan ruangan UGD. Luka Sara juga sudah diobati oleh seorang suster. Haerin dan Jennie bahkan sudah berada disana.

"Ibu, kenapa Ayah memukul Ibu sama Rose?" Tanya Jisoo bingung. Haerin dan Jennie pula memilih untuk diam dan menyimak semuanya.

Sara menghela nafasnya dengan kasar "Hidup kamu sama Rose berbeda Ji. Rose sering dipukul sama Ayahnya kalau dia tidak memberinya uang. Hyunjae itu sering mabuk mabukan bahkan dia sudah banyak berhutang sama rentenir. Gara gara itu juga Rose yang bekerja untuk menanggung biaya keluarga. Kalau Rose sama Ibu tidak memberinya uang, kita akan dipukul"

Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar. Selama ini istrinya sering menderita namun dia tidak pernah mengetahuinya "Kenapa Ibu masih bertahan sama Ayah?"

"Ibu sudah tidak sanggup bertahan Ji. Ibu sering dipukul sama Ayah kalau Ibu meminta cerai. Ibu tidak punya uang untuk membayar pengacara. Andai bisa, Ibu ingin sekali bebas dari Ayah" sahut Sara.

"Kalau Ibu memang ingin bercerai sama Ayah, Jisoo bisa membantu Ibu"

"Jangan Ji. Ibu tidak ingin merepotkan kamu"

"Tidak Bu. Ibu tidak merepotkan aku. Lagian aku juga memang tidak ingin melihat Ibu sama Rose dipukul sama Ayah lagi. Tindakan Ayah itu salah bahkan dia bisa di tahan polisi"

Sara terdiam untuk beberapa detik "Ya sudah, lakukan lah apa yang ingin kamu lakukan. Ibu percaya sama kamu" putusnya.

"Aku punya kenalan yang bekerja sebagai polisi dan pengacara. Aku bisa membantu Tante" ujar Jennie yang sedari tadi diam.

"Baiklah. Terima kasih" ujar Sara dibalas senyuman tulus dari Jennie.

Bersamaan dengan itu, keluarlah seorang Dokter yang menghampiri mereka "Rene, gimana kondisi istri aku?" Tanya Jisoo.

Irene yang merupakan teman Jisoo itu tersenyum tipis "Syukurlah istri kamu tidak apa apa Ji. Hanya saja ada memar diperutnya dan diwajahnya tapi tenang saja, semuanya sudah diobati. Tapi dia harus menginap dirumah sakit untuk hari ini"

"Arreosso. Makasih Rene" ujar Jisoo.

Irene mengangguk. Dia tersenyum dan berganjak pergi dari sana.
















Didalam ruang inap Rose, terlihatlah Jisoo yang menunggu dibangku disamping kasur sang istri.

Haerin dan Sara pula sudah dibawa pulang oleh Jennie. Untuk sementara waktu, Sara akan tinggal dimansion Haerin agar Hyunjae tidak bisa menemukan keberadaannya. Itu juga gara gara Haerin yang memaksa Sara untuk menginap demi keselamatan Sara.

"Mianhe" gumam Jisoo mengelus pipi Rose yang terdapat memar itu dengan lembut.

"O-Oppa" lirih Rose membuka matanya.

"Rosie" sahut Jisoo

"D-dimana Ibu?" Tanya Rose.

"Tenang saja, Ibu selamat kok. Untuk sementara waktu Ibu akan tinggal sama kita. Jennie akan membantu proses penceraian Ibu sama Ayah" jelas Jisoo.

"Oppa sudah tahu?"

Jisoo mengangguk "Maaf ya. Seharusnya aku tahu kalau selama ini kamu sama Ibu menderita. Tapi sekarang kamu tenang saja, aku akan memastikan Ayah tidak mengganggu kamu sama Ibu lagi"

"Gomawo Oppa"

"Mau makan? Tadi sebelum pulang Jennie ada beliin bubur untuk kamu" ujar Jisoo.

"Suapin" pinta Rose dengan manja.

Jisoo terkekeh kecil "Baiklah Princess. Prince akan menyuapi kamu"

Rose ikut terkekeh dan membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Jisoo.

"Enak?" Tanya Jisoo

Rose mengangguk "Apa Oppa sudah makan?"

"Sudah kok" sahut Jisoo.

"Shh" ringis Rose ketika dia mengganti posisinya.

"Kenapa?" Tanya Jisoo khawatir.

"Perut aku nyeri si. Mungkin gara gara ditendang sama Ayah" sahut Rose.

"Mwo!? Ayah juga menendang perut kamu!?"

Rose mengangguk "Aku sudah biasa kok"

"Maaf ya. Andai saja waktu itu aku ikut sama kamu" ujar Jisoo merasa bersalah.

"Jangan merasa bersalah. Bukan salah Oppa kok. Kalau semua ini tidak terjadi, mungkin Oppa tidak akan tahu soal Ayah"

"Terus kenapa kamu tidak jujur saja sama aku soal Ayah?"

"Aku tidak ingin merepotkan Oppa. Lagian kita menikah juga gara gara perjodohan dan aku bahkan tidak yakin kalau Oppa mencintai aku" jujur Rose.

Jisoo terdiam. Memang benar, walaupun dia sudah mula mencintai Rose, dia belum berani untuk mengungkapkan rasa cintainya itu. Dia tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk dia jujur sama Rose tentang perasaannya. Lagian, dia juga harus sepenuhnya menghilangkan sosok Hanjoo dari hidupnya sebelum dia mengungkapkan pernyataan cintanya kepada sang istri.










  Tekan
   👇

Mr Ji, I Love You✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang