Jisoo memasuki ruang inap sang Mommy dengan suasana hati yang buruk. Sial! Kenapa bayangan Rose masih ada didalam hidupnya?!
"Dimana Rose? Dia tidak bersama Oppa?" Tanya Jennie
"Jangan ngomong soal dia lagi!" Dingin Jisoo.
"Kenapa Oppa!? Dia itu istri Oppa!" Sahut Jennie kesal.
"Oppa sudah mengusir dia! Ck, biarkan saja dia pergi! Kita tidak butuh sosok pembunuh seperti dia! Dia hampir saja membunuh Mommy!"
"Oppa!!" Sentak Jennie "Kita bahkan belum punya bukti kalau Rose bersalah!" Lanjutnya.
"Sudah Jen. Oppa tidak ingin berdebat sama kamu gara gara dia. Oppa capek" ujar Jisoo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Tangannya ingin mengambil ponsel dari saku celananya namun sedetik kemudian dia menyadari kalau ada sesuatu yang asing didalam saku nya.
Ck, ternyata itu adalah amplop yang diberikan oleh Rose. Tanpa membuka amplop itu, dia langsung membuangnya kedalam tong sampah.
"Apa itu?" Tanya Jennie penasaran.
"Sampah" sahut Jisoo singkat.
Jennie memicingkan matanya dengan curiga. Baru saja dia ingin bangkit dan mengambil 'sampah' yang dibuang oleh sang Oppa, tangan Haerin yang digenggamnya tiba tiba saja bergerak "Mommy" panggilnya.
Jisoo sontak bangkit dan menghampiri mereka "Mom" panggilnya.
Haerin membuka matanya "Akhirnya Mommy sadar" ujar Jennie yang hampir menangis itu.
"Mommy tidak apa apa? Perlu aku panggilkan Dokter?" Tanya Jisoo.
Haerin menggeleng. Dia menatap sekeliling untuk mencari keberadaan menantu kesayangannya "D-dimana Rose? Dia tidak apa apa bukan?"
"Jangan fikirin soal dia. Dia baik baik saja" sahut Jisoo dengan cepat.
Merasa aneh, Haerin beralih menatap Jennie seakan meminta penjelasan "Jisoo Oppa sudah mengusir Rose. Dia bilang kalau Rose yang mendorong Mommy dari tangga. Apa itu benar Mom?" Tanya Jennie.
Haerin menatap kedua anaknya dengan kaget "Ji, apa itu benar!?"
"Mommy kenapa masih membela dia si. Sudah jelas kalau dia yang menyakiti Mommy" kesal Jisoo.
"Bukan dia yang menyakiti Mommy! Mommy jatuh dari tangga gara gara didorong sama Hanjoo!" Jelas Haerin.
"Tidak mungkin Mom. Hanjoo tidak pernah tahu keberadaan mansion kita" sahut Jisoo.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa melihat cctv dimansion!" Ujar Haerin.
Jennie sama Jisoo saling tatap. Astaga, mereka tidak pernah kefikiran soal itu. Selama ini mereka terlalu panik sama kondisi sang Mommy makanya mereka tidak terfikir untuk melihat cctv di mansion.
"Sebentar" Jennie mengambil ponselnya dan bergegas mencari rekaman cctv dihari kejadian. Dengan segera Jisoo mendekati sang adek dan mereka melihat rekaman cctv itu bersama.
Hening~
Tidak ada yang bersuara setelah rekaman cctv itu selesai diputar.
Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sudah melakukan kesalahan yang besar. Kenapa dia begitu bodoh!? Tidak seharusnya dia menyalahkan sang istri tanpa mencari buktinya. Bodoh!
"Bodoh! Cepat cari keberadaan Rose!" Sentak Jennie membuyarkan lamunan Jisoo.
Tanpa menunggu dengan lebih lama, Jisoo mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Rose. Namun sialnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan sang istri.
"Mom, aku akan mencari Rose duluan!" Pamit Jisoo.
"Cari menantu Mommy sampai ketemu!" Tegas Haerin.
Ceklekk
Baru saja dia ingin berganjak keluar, seseorang memasuki ruang inap itu "Ouh, dimana Rose?" Bingung Irene.
"Dia pergi" lirih Jennie.
Dahi Irene mengernyit "Pergi?" Gumamnya. Dia beralih menatap Jisoo "Ngomong ngomong, selamat ya buat kamu"
"Selamat untuk? Bingung Jisoo. Ayolah, sekarang dia lagi khawatir tentang istrinya namun Irene malah membuatkan dirinya penasaran.
"Tadi aku ketemu sama Tiffany dan dia bilang kalau kemarin Rose datang ketemu sama dia" ujar Irene.
"Rene, jangan bikin aku semakin bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Rose bertemu sama Tiffany?" Tanya Jisoo.
"Rose hamil. Dia ingin memberikan kejutan untuk kamu. Apa kamu belum mendapatkan kejutan itu?" Tanya Irene.
Mata Jisoo membulat. Nafasnya seakan tercekat.
"Aku punya sesuatu untuk Oppa"
"Gue tidak butuh amplop ini!"
"Oppa bisa melihatnya setelah Oppa merasa tenang. Aku yakin Oppa pasti akan bahagia"
Jisoo bergegas menghampiri tong sampah. Dia mengambil amplop yang dibuangnya itu. Dengan tangan yang terketar ketar, dia membuka amplop itu.
Deg
Air matanya sontak mengalir keluar ketika dia melihat photo usg bersama testpack "Anak Papa" gumamnya memeluk photo usg itu dengan erat.
"Hiks Jisoo-ya, cari keberadaan menantu sama cucu Mommy" Isak Haerin.
"Aku akan membawa Rose kembali!" Sahut Jisoo berlari keluar dari ruang inap itu.
"Bisa kamu jelaskan?" Irene menatap Jennie seakan meminta penjelasan.
"Long story" gumam Jennie menghela nafasnya dengan kasar.
Disisi lain, terlihatlah Rose yang sedang duduk dibangku di bandara. Seperti yang Jisoo inginkan, dia akan pergi menjauh agar Jisoo tidak menemukan keberadaannya lagi.
Tidak pernah dia membayangkan kalau semua ini terjadi dihidupnya. Semuanya berubah secara tiba tiba. Hari hari bahagia yang dilaluinya bersama Jisoo ternyata hanya sebentar. Kenapa!? Kenapa dia harus jatuh cinta terlalu dalam kepada pria yang bergelar suaminya itu!? Rasanya sungguh menyakitkan dan dia tidak mampu menanggung segalanya sendirian.
Bilang saja dia bodoh karena masih berharap agar Jisoo datang dan memperbaiki rumah tangga mereka yang hampir retak itu.
Cinta lah yang membuatkan dirinya menjadi lemah. Dalam seketika Jisoo yang hangat berubah menjadi kejam. Apa selama ini dia memang tidak pernah dianggap oleh Jisoo? Kenapa dia harus kembali merasakan pengkhianatan? Dia berfikir kalau Jisoo tidak sama seperti Ayah nya namun ternyata tebakannya itu salah. Ck, cinta benar benar membuatkan dirinya menjadi lemah. Sial!
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Ji, I Love You✅
Fiksi PenggemarPunya Bos yang sombong + menyebalkan memang bikin pusing dan itu jugalah yang dialami oleh Roseanne setelah menjadi sekertaris Jisoo. Chaesoo📌 BxG📌 Fanfiction 📌