Part 49

200 18 2
                                    

Hai guys i'm back 🤗


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





" Gimana keadaan nak Dzaki dok? " Tanya Farrah saat dokter Rani selesai memeriksa keadaan Dzaki.

" Dzaki hanya kecapean saja, sepertinya ia sering begadang, karena imunnya menurun dan seperti sedang banyak pikiran. Nanti saya kasih obat untuk Dzaki, biarkan dia istirahat. Sebentar lagi juga siuman. Jika cairan infus ini habis telfon saya saja, nanti asisten saya yang akan ke sini mencabut infusnya. " Jelas dokter Rani sembari memasangkan infus di tangan Dzaki.

" Baik dok, terimakasih. "

" Kalau begitu saya permisi. " Pamit dokter Rani yang di antar Azzam sampai pintu depan rumah.

" Zam? " Panggil dokter Rani setelah mereka sampai di halaman depan.

" Iya dok? "

" Kenapa banyak orang berbadan besar serta berpakaian serba hitam di pintu masuk komplek juga rumah ini? Maaf kalau saya lancang bertanya seperti ini. "

" Tidak apa dok, keluarga kami sedang di teror sama seseorang. Makanya saya menugaskan mereka menjaga komplek juga rumah ini. "

" Oh begitu, semoga teror itu cepat selesai ya zam. Kalau gitu saya pamit. Assalamualaikum. "

" Waalaikumsalam, hati-hati dok. " Dokter Rani pun pergi dari rumah Farrah menuju RS kembali.

" Bunda keluar ya nai, kalau ada apa apa panggil Bunda atau Abang. Kamu jangan lupa istirahat, sekolah masih lusa kan? "

" Iya Bun, bunda juga istirahat ya. Terimakasih ya Bun. "

" Sama sama. " Bunda pun keluar dari kamar Naila, membiarkan mereka beristirahat karena ini juga sudah malam.

" Bun? " Panggil Azzam.

" Istirahat bang sudah malam, mereka juga sudah istirahat. "

" Iya Bun. Malam Bun. "

" Malam. "

Setelah bundanya keluar, Naila masih setia duduk di samping Dzaki yang terbaring lemah itu dengan tangan yang di infus.

" Kakak cepet sadar ya, Naila khawatir. " Lirih Naila yang mengusap tangan Dzaki.

Naila masih belum bisa memejamkan matanya, entah kenapa rasa kantuknya hilang begitu saja. Ia terjaga sampai jam menunjukkan pukul satu pagi. Saat akan memejamkan matanya, Naila merasakan tangan Dzaki yang bergerak di genggamannya.

NAILA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang