13 - Tanpa Persiapan

22 7 0
                                    

“Langsung aja lah, Bin! Lo mau bawa gue kemana sih?!”

“Kenapa sih? Lo udah mabok ya?”

“Nah itu tau!” balas Yena tak santai.

“Beneran?” tanya Changbin panik dan terus mengalihkan pandangan menatap Yena.

“Bohong.”

“Ck.”

“Gue cuman pengen cepet nyampe. Dari tadi lo cuman bawa gue muter soalnya.”

“Kok tau kalau gue cuman muter-muter dari tadi? Bukannya cewek gak pekaan soal itu ya?”

“GUE SERING LEWAT SINI, YAKALI GAK HAPAL!”

Changbin mengusap telinga kirinya, “Santai, Yen. Yaudah nih kita langsung otw ke tempat tujuan.” Setelahnya Changbin mulai melewati jalur lain yang tentu saja tidak Yena hapal.

Selama perjalanan Yena hanya terdiam menatap keluar jendela. Dirinya baru bersuara saat Changbin memulai percakapan namun dibalasnya dengan singkat. Hingga tak lama mobil Changbin memasuki sebuah kediaman mewah. Yena mulai menegakkan duduknya menatap tempat yang baru pertama kali didatanginya itu. “Ini rumah siapa?”

Changbin melepas sealtbeltnya sekaligus milik Yena, “Rumah tuan Seo Inguk.”

Yena segera mengalihkan pandangan, “Itu nama bapak lo kan?”

Changbin mengangguk lalu turun dan jalan memutar untuk membukakan pintu Yena yang masih terkejut.

“Lo ngapain bawa gue ke sini sih, bangsat?!” umpat Yena turun dari mobil sambil memukuli lengan Changbin yang malah tertawa.

“Mama keukeuh ingin ketemu sama lo,” balas Changbin.

“Kabarin dulu dong ah! Masa gue dateng begini?!” keluh Yena karena dirinya dateng dengan pakaian kelewat santai. Apalagi rencana awalnya memang untuk bertemu Hyewon. “Mana gak bawa apa-apa!”

“Yang penting kamunya,” sahut sebuah suara yang terdengar halus.

Seketika atensi dua sejoli itu berpindah pada sosok dengan tubuh mungil tersebut. “Tante!” sapa Yena segera menghampiri Boyong seraya menyalami tangan wanita itu. Namun balasan wanita itu membuat Yena merinding. Boyoung memeluknya.

“Yena, ih, Tante kangen!” ungkap Boyoung riang.

“Hehe, Yena juga, Tante,” balas Yena tak kalah riang. “Tante sehat kan?”

“Sebenernya Tante sehat, tapi harus pura-pura sekarat dulu biar anak itu buru-buru bawa kamu ke sini,” tutur Boyoung sambil menyindir putranya.

Yena beralih menatap Changbin sinis sambil mendecih lalu kembali menghadap Boyoung. “Harusnya Tante bilang langsung sama Yena, gak usah lewat dia.”

“Iya, ya? Padahal Tante bisa minta Mama kamu buat bujuk kamu ke sini,” tutur Boyoung menyetujui saran Yena. “Tidak bisa mempercayai Changbin lagi.”

“Ma, kalau mau ngomongin Changbin nanti aja, jangan depan Changbin gini,” protes Changbin.

“Halah, kamu ditegur secara langsung aja masih susah sadar, apalagi kalau diomongin di belakang, malah gak merasa,” omel Boyoung.

“Iya deh, iya,” pasrah Changbin. “Changbin mah cuman anak tiri kalau Mama udah ketemu Yena.”

“Mulutmu!” geram Boyoung sambil menepuk pundak Changbin cukup keras. “Udah ah, ayo masuk, Yen!” ajak Boyoung menggandeng Yena, meninggalkan Changbin yang kini menatap ponselnya.

“Ma, anak-anak nyariin bentar, Changbin nyamperin mereka dulu ya,” pamit Changbin dan langsung pergi sebelum Boyoung mengatakan apa-apa.

“Gitu dia mah, gak sopan,” ujar Boyoung.

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang