35 - One

13 2 0
                                    

Kaget banget.

Sepertinya peringatan dari Taehyun sebelumnya tidak bisa diterapkan oleh Hyewon juga Yena. Dan mungkin karena lelaki itu yang memperingati mereka, jadilah dirinya tidak terlihat terkejut sama sekali.

Sebuah kejadian mencengangkan baru saja terjadi di hadapan ketiganya yang saat ini sedang duduk berjejer menatap ke arah depan mereka yang dipisahkan oleh sebuah meja dengan sepasang kombinasi yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

"Maaf, Yena belum mudeng. Jadi gimana? Bisa diulang?" pinta Yena setelah menggelengkan kepalanya pelan untuk menyadarkan dirinya yang membiarkan mulutnya menganga selama beberapa detik sebelumnya. Hyewon dengan penampakan serupa akhirnya ikut tersadar dan memasang kembali wajah datarnya.

Bomi menghela, "Mama berencana untuk berhubungan serius sama Papanya Hyewon."

Yena kemudian dengan dramatis menutup mulutnya dengan tangan disertai gerakan lambat menoleh ke arah Hyewon yang duduk di sampingnya. Pandangannya juga akhirnya menangkap Taehyun yang kelewat santai meminum jus alpukat miliknya. "Berarti nanti Yena sodaraan sama Hyewon sama Taehyun dong?"

"Kamu gak setuju?" tanya Haneul takut-takut pada Yena. Meskipun memang dirinya sudah cukup mengenal Yena sebagai sahabat dari putrinya dan cukup dekat dengannya, dirinya sendiri juga tidak pernah menduga jika dirinya akan berakhir membuka hati untuk Mama dari gadis itu.

Yena kemudian menggeleng cepat merasa bersalah ke arah Haneul jika kalimatnya mungkin menganggunya. Jika ditanya soal setuju atau tidak, Yena sebenarnya setuju saja selama itu adalah kebahagiaan bagi sang Mama. Dirinya juga ingin melihat Mamanya membangun rumah tangga baru seperti sang Ayah. Gadis itu hanya terlalu terkejut dengan informasi yang terkesan mendadak ini.

"Yena kaget aja, Pi," balas Yena yang secara refleks memanggil pria itu 'Papi' seperti kebiasaannya mengikuti cara Hyewon dan Taehyun memanggilnya. Iya, Yena memang sudah cukup sering berinteraksi dengan sosok ini. "Gak nyangka kalau kedekatan kita justru bikin kita bisa jadi satu keluarga, hehe."

Haneul dan Bomi kemudian mengangguk lega dengan balasan Yena. Keduanya kemudian beralih ke arah Hyewon yang masih setia dengan raut datarnya. Terkadang inilah yang membuat orang-orang di sekitar bingung dengan bagaimana perasaan Hyewon sebenarnya. Bahkan Haneul yang sudah menghabiskan setengah hidupnya untuk menjadi ayah dari gadis itu saja masih sering tidak paham.

"Kalau menurut kamu gimana, Won?" tanya Haneul selembut mungkin. Meski dirinya sudah meyakinkan diri untuk memulai hidup baru bersama Bomi, namun jika putra dan putrinya tidak memberi persetujuan, dirinya tidak akan memaksa. Beruntungnya Bomi juga bisa mengerti kondisi tersebut dan tidak mempermasalahkan lebih jauh.

"Kalau itu memang udah jadi keputusannya Papi, Hyewon setuju aja kok," jawab Hyewon tulus meski rautnya tetap terlihat dingin. "Lagian Mama Bomi juga baik banget sama Hyewon tiap Hyewon main sama Yena. Siapa sangka dari sikap Mama yang selalu memperlakukan Hyewon sebagai anak sendiri bisa bikin Hyewon beneran jadi anaknya Mama."

Sekali lagi Haneul dan Bomi menghela napas lega kemudian berlaih pada sosok yang duduk paling kanan dari mereka. Yang terakhir, Taehyun, si bungsu yang terlihat acuh tak acuh sejak tadi. "Kalau kamu gimana, Tae?"

Taehyun yang memang sibuk mengalihkan perhatian dengan terus menyeruput jus di gelasnya hanya mendongak untuk menatap sang ayah yang menatapnya menanti jawaban. Dilepasnya sedotan dari bibirnya untuk menatap Hyewon dan Yena yang juga menatapnya. Semua mata benar-benar tertuju pada Taehyun sekarang. Lelaki itu kemudian menghela pelan, "Bahkan kalau aku gak setujupun hasil suaranya 2:1 kan? Jadi gak ada kesempatan juga buat nolak."

"Eh?" bingung Hyewon juga Yena. Tentu saja kedua orang tua yang akan menjadi pasangan itu. "Kamu gak setuju?"

"Kalau kamu gak setuju, Papi juga gak akan memaksa kamu untuk setuju dengan segala ngasih alasan 'seiring berjalannya waktu' kok," tutur Haneul.

Bomi mengangguk membenarkan, "Dengan kondisi keluarga kita yang kayak gini, keputusan Mama sama Papi kamu itu memang harus menyesuaikan satu sama lain karena kita benar-benar menggabungkan dua keluarga. Jadi kalau kamu memang gak setuju, kami gak akan memaksakan untuk bersama."

"Lah? Kenapa malah jadi pada panik gini?" bingung Taehyun. "Jawaban Taehyun barusan emang bikin overthinking ya? Padahal maksud Taehyun gak gitu. Taehyun setuju aja kalau semuanya setuju, dan itu gak berarti kalau Taehyun gak setuju."

"Yang bener?" tanya Yena.

Taehyun kemudian beralih menatap sosok yang baru bertanya itu, "Soal Papi sama Mama Bomi yang mau nikah sih Taehyun setuju aja dan ikut bahagia. Tapi fakta kalau Taehyun ketambahan satu kakak cewek sensian kayak Kak Yena, sejujurnya Taehyun keberatan."

"Oh jadi lo gak setujunya karena gue?!" sewot Yena. "Fine gue juga gak akan seneng punya adek kayak elo."

"Tuh denger, Kak," ucap Taehyun mengadu pada Hyewon di sampingnya. "Kak Yena ternyata gak nerima kita."

"Eh? Playing victim!"

Hyewon yang kini terjebak di antara perdebatan tidak masuk akal dua manusia yang akan menjadi saudara tiri ini hanya bisa menghela pasrah sambil menatap (calon) kedua orang tuanya berharap mereka dapat membantunya. Tapi sayangnya Hyewon harus merelakan harapan itu karena Haneul dan Bomi lebih memilih untuk tertawa menontonnya dan mengabaikan pula tatapan aneh orang-orang di dekat meja mereka.

Akhirnya dengan langkah mematikan, Hyewon mengarahkan kedua tangannya untuk memberikan masing-masing satu cubitan di pinggang Yena dan Taehyun, "Diem dulu coba, ini gue yang malu soalnya." Dan berhasil karena kedua korbannya itu kemudian berhenti untuk mengusap pinggang masing-masing.

Sejujurnya Haneul dan Bomi terkejut melihat kejadian barusan, namun saat sadar jika Hyewon memang yang paling tua di antara ketiganya, akhirnya tingkah Hyewon tersebut mereka anggap bijaksana.

"Ngomong-ngomong Papi sama Mama udah deket dari kapan dan kenapa memutuskan untuk ngasih tau kita sekarang?" tanya Hyewon mengabaikan Yena dan Taehyun yang mengeluh padanya.

"Kalau untuk kenalnya sih dari jaman kamu masih SD juga kita udah saling kenal. Ditambah kita yang satu tempat kerja memang bikin kita tetap berkomukasi. Tapi kalau mulai dekat sambil melibatkan perasaan sih belum begitu lama. Mungkin sekitar beberapa minggu sebelum kita pergi outing," jelas Haneul sambil melirik Bomi beberapa kali untuk memastikan jika keterangannya benar. "Terus kenapa kita kasih tau sekarang? Karena kita ingin cari momen yang tepat. Dan dari apa yang kita liat, akhir-akhir ini kalian juga lagi pada bahagia. Maka kita pilih hari ini dengan harapan kabar dari kita gak merusak suasana hati kalian."

"Kecuali kabar kalau kita bertiga bakal jadi saudara sih semuanya baik-baik aja," ujar Taehyun.

"Setuju!" ujar Yena.

Hyewon menghela lelah, "Gue juga setuju."

"Tapi biasanya respon yang begini tuh udah menggambarkan betapa dekatnya mereka gak sih?" ledek Bomi.

Haneul mengangguk, "Iya. Tapi kita juga harus mulai mikirin gimana kondisi rumah kalau mereka tinggal bareng."


"Kita tinggal terpisah aja, gapapa," usul Yena yang dengan laknatnya disetujui oleh para saudaranya.

"Soal itu kita diskusikan lagi nanti aja ya?" balas Bomi bingung sendiri.

"Okay," setuju Yena. "Terus Papi sama Mama rencananya mau resmi kapan?"

"Kita ngikut gimana maunya kalian aja."

"Bener loh ya?"

"I-iya."

"Kalau gitu kita akan bekerja dengan baik, as siblings."











TAMAT

terima kasih kepada semua yang sudah membaca cerita ini sampai akhir

sampai ketemu di cerita lainnya~


satu lagi,

Selamat Tahun Baru

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang