29 - Gold

21 3 0
                                    

"Demi apa Changbin ada di depan sama Yena?"

Yeonjun yang mendengar bisikan Hyewon setelah mereka selesai mengantarkan snack box untuk para anggota satu sanggar Yohan itu menolehkan kepalanya singkat ke arah si gadis. "Liat aja nanti. Lo bakal tau gue serius apa bercanda."

"Sebenarnya bagian ada Changbin di depan sih gak seaneh itu dan masih masuk akal. Tapi kalau dipikir lagi, gimana ceritanya lo bisa kenal sama Changbin?" tanya Hyewon penasaran. Seingatnya kedua lelaki itu tidak memiliki satu lingkup yang memungkinkan keduanya untuk saling mengenal.

"Kita ketemu di warung ramen. Gue kenal muka dia, dia juga kenal muka gue, terus kita duduk semeja. Gak berdua kok, masih ada dua orang lagi, cowok cewek kenalannya dia yang gue gatau siapa. Terus tiba-tiba dia ngajakin si cewek putus dan menjadikan gue sama si kenalannya yang cowok sebagai saksi. Udah," tutur Yeonjun yang terdengar sangat tidak cocok untuk kegiatan storytelling.

Namun dengan bakatnya Hyewon tetap dapat menangkap cerita sederhana itu. "Jadi maksud lo si Changbin tuh sekarang gak punya pacar kan? Dan lo bilang dia ada di depan sama Yena. Lo tau itu maksudnya apa?"

"Enggak."

"Berarti Changbin mau baikan sama Yena!"

"Yeay," respon Yeonjung tanpa semangat.

"Kalau gitu gue mau doain mereka untuk baikan dan berakhir jadian biar gue bisa kembali membabukan Yena!"

"Lo berdua kayaknya terobsesi banget untuk saling membabukan satu sama lain," komentar Yeonjun. "Ntar kalau nyatanya malah lo sama Yohan jadian, dan Yena sama Changbin juga, kalian berdua yang harus jadi babu gue."

"Itu kalau barengan kan? Berarti kalau enggak, ya enggak dong?" tanya Hyewon dengan jahil karena peluang itu terjadi sangat kecil.

"Pokoknya kalau kalian terciduk udah punya hubungan di waktu yang bersamaan, dengan catatan lo sama si Yohan dan Yena sama si Changbin, mulai hari besoknya sampai satu minggu ke depan kalian harus jadi babu gue."

"Berdua aja kan?"

"Kalau bisa gue mau membabukan kalian berempat aja sekalian."

"Okay, call!"

Gadis itu sepertinya tidak sadar jika ia baru saja menumbalkan dirinya sendiri juga sahabatnya.

Keduanya kemudian melanjutkan langkahnya untuk keluar dan menemui Yena yang sudah mereka tinggal cukup lama. Saat tiba di sana, benar saja mereka mendapati keberadaan Changbin. Hyewon dengan cepat menarik Yeonjun supaya mereka lekas pergi dan membiarkan Yena bersama Changbin. Hyewon menarik Yeonjun untuk memasuki arena pertandingan dan mencari tempat duduk di sana.

.

Kegiatan berjalan lancar dengan anggota sanggar Yohan yang membawa beberapa medali. Jujur saja, sejak acara turnamen dimulai, Hyewon tidak lagi memikirkan apa yang terjadi antara Yena dan Changbin setelah ia menciduknya. Hyewon hanya terlalu terpesona pada penampilan Yohan sekaligus khawatir saat lelaki itu bertanding. Hyewon bahkan mengabaikan Yeonjun yang bertanya mengenai keberadaan Yena karena sejauh yang lelaki itu perhatikan, baik Yena maupun Changbin tidak ada di bagian dalam arena ini.

Saat akhirnya acara selesai dan para penonton mulai keluar dari arena, Yeonjun menyarankan untuk pergi paling akhir supaya tidak perlu berdesak-desakkan namun sial baginya karena Yohan justru datang dan menghampiri Hyewon. Ya mau bagaimana lagi? Begini nasib jadi bujangan. Dirinya hanya bisa memberi jarak karena sejauh yang dirinya tahu, Yohan memang berniat untuk lebih dekat dengan Hyewon.

Sepertinya tugas Yeonjun untuk membatu kedua gadisnya mendapatkan hati lelaki mereka masing-masing sudah selesai. Kini tinggal diriya sendiri yang harus berusaha mendapatkan hati gadis pujaannya.

Kembali pada Hyewon yang sudah dibawa oleh Yohan ke tempat lain yang lebih senggang, keduanya berjalan beriringan. Sejujurnya Hyewon juga tidak terbiasa dengan situasi di mana dirinya hanya berduaan dengan Yohan seperti ini. Ini terlalu tidak nyata baginya. "Hm, selamat ya, Han. Lo berhasil bawa pulang medali emas."

"Thanks ya, Won," balas Yohan sambil tersenyum. "Makasih juga karena udah datang."

"Ah, gapapa. Lagian si Yena juga ngajak, jadi daripada nolak ya akhirnya kita datang aja," balas Hyewon menumbalkan nama Yena. "Eh, ngomongin soal dia, lo udah ketemu belum sama anaknya?"


"Udah, tadi dia sempet nyamperin, sama Changbin juga," jelas Yohan. Hyewon hanya mengangguk karena dirinya belum melihat lagi temannya itu. "Dan aku baru tau kalau ternyata dia kenal sama Yeonjun."

Hyewon agak risih karena Yohan menggunakan kata ganti aku-kamu sementara dirinya masih menggunakan lo-gue. Itu membuatnya merasa jika ia juga harus menyamainya. "Kalau soal itu sebenernya g– aku juga baru tau. Yeonjun gak pernah cerita apa-apa, tapi aku tau kalau mereka emang pernah ketemu."

"Terus hubungan Yena sama Changbin sekarang gimana? Liat mereka akhirnya bareng-bareng gitu artinya emang ada sesuatu gak sih?" tanya Yohan.

"Iya kan?! Harusnya ada sesuatu kan?!" seru Hyewon semangat sampai-sampai Yohan terkejut dan hanya mengangguk menyetujui. "Semoga kita bisa dengar kabar baik dari mereka secepatnya ya."

"Kamu sendiri gak mau ngasih kabar baik buat mereka?"

"Hah? Kabar apa?" bingung Hyewon. "Gak ada kejadian menarik di hidup aku yang bisa jadi kabar baik buat mereka."

"Kalau kamu mau ngasih aku kesempatan, aku bakal berusaha buat bikin kabar baik di hidup kamu," tutur Yohan yang justru membuat Hyewon semakin bingung.

Yohan yang masih mengenakan pakaian tanding dengan atribut medali emas yang melingkari lehernya itu bergerak untuk memposisikan dirinya di hadapan Hyewon. Hyewon yang bingung dan tidak siap jelas tidak memiliki waktu untuk menghindar sehingga jantungnya harus bekerja dengan lebih kuat saat ini.

"Kang Hyewon," panggil Yohan sambil menatap lurus manik Hyewon. "Aku emang bukan laki-laki baik yang bisa langsung membalas perasaan kamu. Bahkan saat ini, setelah kita bisa lebih dekat dari pada hubungan kita sebelumnya, aku rasa perasaan yang muncul di diri aku masih belum apa-apa dibanding perasaan yang udah lama kamu punya untuk aku."

Debaran di dadanya semakin terasa saat Hyewon mengasumsikan tindakan Yohan di hadapannya ini. Dirinya tidak ingin salah mengartikan jika Yohan tengah mengungkapkan perasaan padanya apalagi saat lelaki itu menyebut pula tentang perasaannya. Apa itu berarti Yohan mengetahui tentang cinta sepihaknya selama ini?

"Aku juga sadar kalau ini bukan ungkapan romantis dan momennya juga jelek banget," ucap Yohan lalu memberi jeda untuk melepas medali di lehernya dan mengulurkan benda tersebut ke arah Hyewon. "Aku mau kamu yang pegang medali ini."

"Eh??" kaget Hyewon dengan mata membola. Tangannya dengan cepat berkibas di depan tubuh. "Gak mau! Ini tuh benda berharga buat kamu. Kamu yang berjuang buat dapetin ini. Masa iya dikasih ke aku gitu aja? Kalau rusak gimana?"

"Kalau kamu terima, anggap ini sebagai hati aku. Bisa kamu jaga, dan aku gak masalah kalaupun benda ini rusak," ungkap Yohan teguh dengan pendiriannya. "Karena aku mempercayakan ini sepenuhnya sama kamu."

Hyewon menatap medali yang masih diulurkan oleh Yohan itu dengan lekat. Jika ini melambangkan hati pemiliknya, apa itu berarti,

"Will you take me as yours?"

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang