07 - Shoot!

28 10 0
                                    

“Oke, cut!”

Hyewon dan Hangyul yang baru menyelesaikan adegan pertama dari series parodinya saling membungkuk dan mengucapkan terima kasih.

“Sangat natural ya adegan ngomelnya,” ujar asisten sutradara.

“Karena aslinya Hyewon emang suka ngomelin gue,” balas Hangyul.

“Masa sih, bestie,” goda Hyewon sambil mencolek lengan sahabatnya itu.

“Padahal lo aja yang jadi Punn,” celetuk Yohan yang sedari tadi memang menonton syuting adegan pertama tersebut. “Kemistri kalian bagus banget.”

“Gak, dia gak bisa liat gue lebih dari temen soalnya,” balas Hangyul pelan namun mampu didengar oleh Hyewon dan Yohan. Setelahnya lelaki itu berlalu.

Hyewon dan Yohan yang masih terdiam di tempat berdiri masing-masing lalu beradu pandang. “Lo denger barusan dia ngomong apa kan?” tanya Hyewon.

Yohan mengangguk, “Maksudnya apa?”

Hyewon mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menarik napas, “Gue rasa lo bisa nyimpulin sendiri.”

“Adegan berikutnya kita kan?” tanya Yohan kemudian dan diangguki Hyewon. “Sambil nunggu krunya siap-siap, mau ngobrol dulu?”

Hyewon mengangguk, “Boleh.”

Ketika keduanya mulai mengambil langkah untuk memisahkan diri dan memiliki waktu berdua untuk membicarakan sesuatu, sang pemilik proyek kembali. “Mau kemana?”

“Latihan skrip,” balas Yohan.

“Di sini aja kan bisa?”

“Kita gak mau ngalangin kru yang lain.”

“Oh, yaudah,” pasrah Hangyul lalu membiarkan kedua temannya yang menjadi pasangan utama dalam proyeknya kali ini memiliki waktu untuk meningkatkan kemistri.

Yohan menuduhkan sebuah tempat untuk diduduki oleh Hyewon sementara dirinya mencari kudapan yang bisa dijadikan teman mengobrol.

Hyewon duduk sambil membolak-balikkan naskah menunggu kembalinya Yohan, namun pikirannya sibuk memikirkan segala kemungkinan topik yang akan dibicarakan dengan lelaki yang sudah lama menjadi gebetannya itu. ‘Duh, Taehyun kalau tau gue begini pasti makin ngomel!’

“Won?” panggil Yohan menghampiri Hyewon sambil mengulurkan teh hangat untuk gadis itu.

Hyewon tersadar dan segera meraih teh tersebut, “Makasih.” Hyewon lalu meniupnya pelan dan menyesap sedikit.

“Setelah kita tau kalau kita bakal jadi pasangan satu sama lain di proyek ini kayaknya kita belum ada interaksi yang bisa meningkatkan kemistri deh,” buka Yohan menatap lurus ke depan.

“Setidaknya kita udah kenal satu sama lain,” ujar Hyewon sekilas menatap Yohan yang duduk di sampingnya.

“Iya deh, yang udah pro,” canda Yohan.

“Apa sih, Han!” balas Hyewon lalu menyesap kembali tehnya, guna menghilangkan sedikit rasa gugupnya.

“Bener dong? Lo udah berkali-kali terlibat proyek gini sama si Hangyul kan?”

“Iya, tapi itu gak menunjukkan tingkat profesionalisme gue.”

“Dibandingkan sama gue yang baru sekali? Jelas lo lebih pro lah!”

“Boleh gue menganggap itu sebagai pujian?” tanya Hyewon penuh harap.

“Gue emang muji lo,” ujar Yohan menatap Hyewon tepat di matanya. Mungkin karena sisi erotomania seorang Hyewon muncul, dirinya merasa ucapan Yohan terdengar sangat tulus.

“Terima kasih.”

Yohan menggeleng, “Gue yang terima kasih karena lo masih mau lanjutin proyek ini meskipun lo tau kalau lawan main lo seorang amatir kayak gue.”

Gantian Hyewon yang menggeleng, “Jangan merendah gitu. Hangyul pasti punya alasan kenapa dia milih lo.”

‘Padahal lo sendiri tau alasannya apa, Won,’ rutuk Hyewon dalam hati pada dirinya sendiri. “Oh iya! Katanya dia sampe susah payah buat ngajakin lo gabung sama proyek ini?”

Yohan mengangguk sambil terkekeh, “Kalau diceritain lucu sebenernya. Mau denger?”

“Boleh.”

“Waktu itu dia tiba-tiba chat gue kan, nanyain liburan semester gue balik ke sini apa enggak, gue jawab mungkin, karena kita kan gak pernah tau kalau ada kejadian tertentu. Eh, dia maksa, katanya gue harus banget liburan di sini. Kalau gue gak mau, dia bakal nyamperin gue ke sanggar,” tutur Yohan mulai bercerita. “Gue kira dia bercanda kan, cuman mau menggertak doang. Eh, beneran disusulin dong.”

“Hangyul nyamperin ke sanggar?!” tanya Hyewon tak percaya.

Yohan mengangguk semangat sambil tertawa, “Asli, dia sampe nantangin gue duel.”

“Taekwondo? Di sanggar?”

“Iya. Depan anak-anak. Nekat kan?”

“Pantesan dia bilang sampe susah payah buat minta lo jadi Punn,” ujar Hyewon pelan.

“Makanya, dia udah sampe segitunya, jahat banget kalau gue tolak. Akhirnya gue terima, itung-itung cari pengalaman,” jelas Yohan. “Waktu gue udah oke, tanpa babibu dia langsung bilang ‘Fix, lo harus jadi Punn!’ Karena gue gak ngerti dan dia keliatan seneng banget ya gue iyain aja biar cepet. Tapi setelah gue dikasih tau soal karakter Punn ini lebih jauh, jujur aja, gue merasa terbebani. Apalagi ini pertama kalinya gue nyoba buat acting. Gue sempet kepikiran buat ngundurin diri karena gue gak pede dan gak mau merusak proyeknya dia. Tapi balik mengingat gimana dia minta gue buat join, gue pasti merasa sangat bersalah. Jadi ya, kita coba aja.”

Hyewon mengangguk selama mendengarkan cerita Yohan. Dirinya jadi mempertanyakan tujuan Hangyul yang sebenarnya. Mengapa harus dirinya dan Yohan yang memerankan Punn-Claire, sementara Hangyul menempatkan dirinya sebagai Korn.

“Eh, Won,” panggil Yohan mengembalikan kesadaran Hyewon.

“Kenapa?”

“Apa Hangyul juga langsung nawarin lo buat jadi Claire?” Hyewon mengangguk. “Lo langsung terima?”

Hyewon menggeleng, “Enggak.”

“Terus kenapa akhirnya lo terima?”

“Buat proyek ini dia banyak basa-basi, gak langsung bilang mau bikin apa dan naskahnya kayak gimana. Malah di awal dia bilang mau bikin film porno.”

“Berarti sama, lo juga diancem,” ujar Yohan.

Hyewon mengangguk, “Gue emang gak percaya dia beneran bakal bikin film begitu, cuman tetep aja gue merasa aneh sama proyek ini. Banyak yang dia tutupin, makanya gak langsung gue terima. Dan gue yakin dia minta Yena buat ikut bujuk gue. Tapi karena emang gue gak pernah berniat menolak, akhirnya gue terima. Dan dia langsung ngasih tau kalau gue bakal jadi Claire. Udah. Satu-satunya yang dia ungkap adalah gue jadi Claire. Abis itu dia nyuruh gue nonton seriesnya. Pas gue selesai, gue tanya soal karakter yang lain, dia malah jawab, ‘Udah, lo gak usah tau!’ gitu.”

“Berarti lo cuman tau kalau lo bakal jadi Claire?” tanya Yohan dan diiyakan oleh Hyewon. “Gue juga cuman tau kalau gue bakal jadi Punn.”

“Tapi lo pernah kepo soal karakter lain gak?”

Yohan mengangguk, “Jelas, tapi persis kayak respon dia ke lo, dia juga gak mau kasih tau ke gue.”

“Lo nonton seriesnya?”

“Iya, dia minta gue buat nonton.”

“Berarti lo tau peran yang diambil Hangyul jadi apa kan?”

“Oh iya! Kan gue mau kepo soal itu!” seru Yohan. “Maksud kata-kata Hangyul barusan apa?”

“Soal gue yang gak bisa liat dia lebih dari temen?” tanya Hyewon memastikan dan mendapat anggukan Yohan. “Ya gitu, dia akan selalu jadi temen buat gue.”

“Tapi dia ngeliat lo sebagai cewek kan?”

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang