Satu

3.5K 106 0
                                    

Welcome guys xixixi....

Happy reading💐
.
.
.
.

Mentari sedikit demi sedikit mulai memunculkan cahayanya. Tak mengusik sedikitpun sesosok gadis yang masih terlelap di atas ranjang king size miliknya. Hawa dingin yang yang menerpanya malah semakin membuat sang gadis mengeratkan selimut nya untuk mencari kehangatan.

/Tok tok tok

"Non bangun" teriak wanita paruh baya yang sedari tadi mengetuk pintu si pemilik kamar.

"Non zee bangun, non gak sekolah?"

/Tok tok tok

Sementara si gadis pemilik kamar itu matanya mulai mengerjap lucu, matanya yang sedikit sipit itu perlahan terbuka. matanya beralih menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 06:56 membuat mata nya melebar dan langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi.

Gadis tersebut sudah siap dengan seragamnya, dia mengambil tas dan topi nya dan keluar dari kamarnya berjalan menuruni anak tangga. Dia menghela nafas pelan ketika sudah sampai di ruang makan dan langsung tersenyum ketika mendapati sang bibi yang sedang menyiapkan makanan.

"Pagi non" sapa sang bibi tersenyum.

"Pagi bi" balasku tersenyum sebelum akhirnya duduk di salah satu kursi. "Bibi kenapa gak bangunin zee sih, zee kan jadi gak sempet sholat subuh" sambungnya protes dengan wajah yang sedikit cemberut.

"Lah, padahal bibi udah gedor pintu non berkali-kali" balasnya

"Masa iya sih"

"Non zee nya aja yang kebo, pasti kalo kesiangan kek gini, non zee abis gadang yaa?" Ujarnya menatap curiga.

"Hehe maaf bi" ucapnya terkekeh dengan tangannya membentuk tanda Peace.

Sang bibi hanya tersenyum dan menggeleng kan kepalanya.

"Yaudah non makan dulu"

"Tapi bareng bibi kan?"

"Iya non, nanti kalo bibi nolak ada yang marah" ujarnya sedikit meledek.

Sang gadis yang dipanggil non itu tertawa pelan karena tau sang bibi sedang meledeknya.

"Bi" panggil gadis yang sering dipanggil zee itu. Dia bertanya di sela-sela makannya.

"Kenapa non?" Tanya sang bibi mengalihkan pandangannya pada orang yang memanggilnya.

"Bunda gak ada ngabarin bibi kah?" Tanya nya dengan wajah yang sedikit  muram.

"Belum non, tapi nanti juga ngabarin kok" ujarnya tersenyum meyakinkan zee.

"Kan bunda selalu pulang dua Minggu sekali bi, tapi sekarang udah lebih seminggu loh."

Sang bibi yang mendengar nya menatap zee prihatin. Dia menghela nafas pelan.

"Non tunggu aja, siapa tau bunda non lagi sibuk-sibuknya" ucap sang bibi menenangkan zee "mending non ze  makan lagi" sambungnya menyuruh zee menghabiskan makanannya. Yang langsung di turuti sang empu.

......

"Zee berangkat sekolah dulu bi. ASSALAMUALAIKUM" ujar nya sedikit berteriak pada sang bibi yang sedang mencuci piring di dapur.

"Iya WAALAIKUM SALAM. Hati-hati non!!!" Balasnya dengan berteriak juga.

Zee langsung berjalan menuju mobilnya, dia mengambil dan  memakai topinya yang selalu dia pakai kemana-mana. Tak lupa dia memasang seat belt pada tubuhnya.

....

Zee POV

Aku menghentikan mobilku di sebuah parkiran. Aku berjalan menuju kelasku yang mungkin sudah ramai karena sekarang sudah jam hampir bel.

Oh iya aku belum mengenal kan diriku pada kalian. Aku hanya seorang gadis yang berumur 17 tahun yang memiliki nama zeeana athelsten. Tapi aku lebih suka dipanggil dengan sebutan Ze karena itu terdengar lebih keren. Oh iya aku anak tunggal. Ayahku bernama sean athelsten tapi ayahku sudah meninggal saat umurku tujuh tahun. Sedangkan ibuku bernama seana athelsten nama yang persis sepertiku dan ayah bedanya hanya satu huruf, ibuku huruf depannya s dan aku z. Dan ya aku baru menyadari nama ku dan kedua orang tua ku itu hampir mirip semua haha.

Ngomong-ngomong tentang ibuku, dia tak seperti kebanyakan ibu rumah tangga lain yang lebih memilih jadi jadi ibu rumah tangga, untuk lebih mengurus anaknya di rumah atau sekedar mengurus kondisi atau kebersihan rumah.
Ibuku lebih suka diluar lebih tepatnya di kantor almarhum papa. Tapi itu mungkin sudah jadi kewajibannya untuk harus berada disana, mengurus hal-hal seperti berkas-berkas yang menurut ku membosankan.

Kata orang aku beruntung hidup di keluarga yang bisa dibilang bercukupan, tapi aku tak menampik perkataan tersebut. Tapi anak mana yang yang tidak ingin dapat perhatian dan  di perdulikan dari orang tersayang nya terlebih dari seorang ibu.

Tapi disisi lain aku juga mengkhawatirkan ibuku yang setiap saat bekerja untuk menjalankan bisnis yang ditinggal kan almarhum papa.

Aku menyayangi dan memahami keadaan keluarga ku meski terkadang hatiku selalu merindukan momen kebersamaan dengan orang tuaku terlebih ibu.

Di satu sisi aku bersyukur aku memiliki bi wati, asisten rumah tangga yang di pekerjakan bunda untuk menjaga ku dari aku mulai sekolah tk. Jadi aku tak terlalu kesepian di rumah. Aku menganggap nya sudah seperti bagian dari keluarga ku karena hanya bi wati yang selalu senantiasa menjaga atau membantu menyediakan segala kebutuhan ku.

.....

Tbc......
Jangan lupa tinggalkan jejak💟

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang