Delapan

742 53 1
                                    

Happy Reading 💐
.
.
.
.

"Yara!" Panggilku.

"Apa?" Balasnya singkat. Sedetik kemudian dia kembali fokus pada makanannya.

Oh iya. Saat ini aku dan yara tengah berada di kantin, mengisi perut, setelah menyelesaikan pelajaran yang cukup membuat ku kehabisan tenaga dan menguras pikiran.

"Abis pulang sekolah, lo ada urusan kagak?" Tanyaku.

Yara menggeleng. "Gak ada. Kenapa?"

"Main ke rumah gue yaa! Bunda kangen sama lo katanya" pintaku, sekaligus menyampaikan apa yang di katakan bunda tadi malam.

Pandangan yara langsung beralih padaku, ketika mendengar nama bunda keluar dari mulutku.

"Bunda ada dirumah?" Tanyanya.

Aku mengangguk. "Hm, jadi gak?"

"Boleh boleh, nanti gue bilang ayah biar gak usah jemput" ucapnya tersenyum tipis.

"Oke" balasku singkat.

....

"Minggir lo!"

Aku bergidik, bergerak agak menjauh dari posisi yara yang tengah mengaduk adonan kue.

"Masa gue diem doang yar...." Keluhku.

"Diem lo!"

"Dih galak" ejekku kemudian tertawa sumbang.

"Kalian itu yaa, bisa gak sih gak usah debat. Fokus! katanya tadi kepengen bolu" lerai bundaku.

"Yara tuh bun" ucapku.

"Gak ngaca dih" dengus yara. Aku kembali terkikik geli, sementara bunda hanya tersenyum manis.

"Udah tadi. Cakep kok yar, cantik banget malahan"

"Huekkk!" Ucapnya, memperagakan seperti akan muntah.

"Udah! Sekarang mending kamu nonton TV aja zee, yang ngelanjutin ini biar yara sama bunda aja"

Aku menggangguk, melangkah menuju ruang tv.

Plak

Tanganku terlebih dahulu menggeplak kepala belakang milik yara, sebelum benar-benar melangkah ke ruang tamu.

"Zee bangsat!"

Aku terbahak mendengar umpatan yara, haha mapus.

"Mulutnya heh!"

"Maaf bunda.... Zee sih"

Teguran bunda masih bisa kudengar, haha duoble kill tuh yar.

Ku dudukan pantatku di atas sofa. Meraih remote di atas meja, mengarahkannya ke arah tv, menekannya, guna menyalakannya.

Plak

Aku meringis pelan, merasakan sakit di kepala bagian belakangku.

"Impas!" Ucap yara. Sekaligus orang yang menggeplak kepalaku.

"Ck" decakku, menatap malas ke arah yara yang sudah duduk di sampingku.

Pandangan ku beralih, pada bunda yang ikut mendudukkan pantatnya di sampingku.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang