Delapan belas

510 26 3
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Zee..."

"Apa yar?"

"Jujur! Lo bilang ke gue lo kenapa? Gue capek liat lo murung mulu zee" Keluh yara pada sahabatnya. Sungguh dirinya tak bodoh. Dirinya sudah merasakan kejanggalan yang ditujunjukkan zee selama beberapa hari ini.

Sahabatnya itu, lebih banyak diam dan juga melamun membuatnya gelisah tak karuan.

"Lo kalo ada masalah bisa cerita sama gue zee... Gue sahabat lo, atau selama ini lo anggap gue cuma orang asing?"

Zee menggeleng cepat "Bukan yar..... Lo sahabat gue, salah satu orang terpenting di hidup gue setelah bunda" Ucap zee "Tapi, kalo buat cerita gue belum siap yar... Gue takut" lanjutnya memelan di akhir.

"Takut? Lo takut kenapa, perasaan lo yang menyimpang? Karena suka sama Sherin yang sejenis sama lo?! Bilang zee... Bilangggg, itukan yang mau lo bilang sama gue? Kenapa susah banget hah?!"

"Maaf"

"Gue gak butuh maaf lo"

"Yarrr.... Jangan bikin pikiran gue bertambah karena lo marah sama gue yar"

"Ya gara-gara elo!"

"Ya maaf"

"Yi miif.... Sekarang jujur sama gue"

Hening, keduanya diam beberapa saat. Zee dengan rasa takutnya dan harus memulai obrolan dari mana, dan yara yang terdiam sabar menunggu sahabatnya itu untuk berbicara.

"G-gue suka sama S-sherin"

"Kalo itu gue udah tau dari disya. Parah lo zee sama gue, lebih milih bilang ke disya dulu daripada gue. Kecewa gue sama lo"

"Yarrr ayoklah jangan mojokin gue dulu.... Katanya tadi disuruh cepet buat ngomong jujur"

"Yaudah cepetan"

"Gue gak tau mau mulai darimana,

Hati gue cukup yakin sama perasaan ini yar... Tapi jujur gue masih banyak keraguan, gue ragu buat melangkah lebih jauh, gue ragu buat ngambil keputusan, gue ragu kalo ini akan berakhir bahagia. Gue gak paham... Hati dan pikiran gue terlalu sibuk sama perasaan gue sama Sherin, dan faktanya gue cinta sama dia" Ucap zee sembari menunduk, tubuhnya mulai bergetar dan bahkan kini sudah terisak pelan. "Perasaan gue gak relevan yar... Dan statement gue gak bisa diterima akal sehat. Gue dan hati gue sakit, menjijikkan.

Perasaan gue sakit yar... cukup gue! Gue gak mau ngajak Sherin.

Gue gak mau gegabah. Apalagi hubungan kayak gini gak mudah perjuangannya. Siapa yang mau nerima hubungan kayak gini? Bahkan bunda aja nyuruh gue buat menjauh dari Sherin" Tutur zee panjang lebar.

Sementara yara hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham. Lega mengetahui bahwa zee bukanlah orang yang egois. Dirinya senang karena sahabatnya itu tak memikirkan perasaannya sendirinya namun juga orang lain.

"Sebenernya gue udah punya feeling, kalo pada dasarnya lo punya perasaan lebih sama Sherin. Dari cara lo bicara, natap dia, perlakuin dia, itu beda dari zee yang selama ini gue kenal. Lo gak pernah sesingkat ini buat deket sama orang lain. Tapi, sama Sherin? Bahkan gue suka iri sama dia njir, dia langsung bisa ngambil perhatian lo nggak sampe seminggu" Ucap yara merasa dongkol "Tentang perasaan lo, gue dukung setiap hal apapun yang lo lakuin zee asal itu baik. Mau lo confess ataupun nggak sama sherin itu hak dan keputusan lo"

Ucapan panjang lebar yang keluar dari bibir yara itu membuat zee yang mendengarnya tersenyum haru, hatinya lega.

"Thanks yar.... Makasih, kata-kata lo itu berarti banget buat gue"

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang