Lima

833 58 0
                                    

Happy Reading 💐
.
.
.
.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucapku sedikit kencang saat memasuki kelas.

"Kok pada gak jawab sih anjir." sambungku mengeluh ketika tak ada yang membalas sapaannya.

"Shalom." Balas mereka bersamaan setelah daritadi hanya diam.

"Kita nonis zee, lupa lu?" Celetuk salah satu temanku. Aku meringis, tatkala teringat bahwa sebagian teman kelasku beragama non muslim.

Aku terkejut ketika topi yang tengah bertengger nyaman di kepalaku, tiba-tiba tertarik ke bawah, menutupi wajahku. Aku bisa mendengar teman-teman ku tertawa, tanganku bergerak memperbaiki posisi topi ku. Mataku beralih menatap datar ke arah ayres yang tengah berjalan ke arah bangkunya lengkap dengan cekikikan seperti tak berbuat apa-apa.

"Zee zee." Gumamnya terdengar meledek yang masih bisa kudengar.

Mataku kembali melihat ke arah teman-temanku.
"Maafin atuh. gue lupa, namanya juga manusia." Ucapku cengengesan membuat teman-teman ku memutar bola matanya malas. Aku berjalan mendekati bangku yang kutempati, mendudukkan diri, kemudian menatap datar ke arah orang yang tadi menutup wajahku..

"Gak sengaja tadi gue zee." Ucap ayres.

Aku semakin menatapnya datar. "Sini jidat lo gue sentil, biar adil." Ucapku dengan tangan yang sudah bergerak menyentil kening milik ayres.

"Eits, gak bisa." Ucap ayres ebih dulu menahan tanganku untuk menyentuh keningnya.

"Wah lo mau ngajak adu jotos kek nya." Ucapku ketika ayres malah menghindar sedikit berlari menjauh.

"Emang lo berani ama gue zee?" Ejek ayres yang tengah berdiri di depan pintu kelas, memunggunginya.

"Sini lo ayres!" Ucapku geram. Yang malah membuat aryes terbahak, bibirku tersenyum kecil ketika melihat yara yang baru datang, aku memberi isyarat padanya untuk menutup pintu kelas yang tengah terbuka. Gotcha! Thanks yar. Kakiku bergerak seakan ingin berlari mengejar, membuat ayres langsung berlari dan membalikkan badannya.

Brukkk

"Hahaha" tawaku pecah seketika, bahkan semua orang di dalam kelas ikut tertawa saat melihat tubuh ayres menabrak pintu yang sudah tertutup dengan kencangnya.

"Ini baru adil." Ucapku sedikit mengejek. "Thanks yar" sambungku beralih pada yara yang sudah mendudukkan dirinya di bangku.

Yara mengacungkan jempolnya. "Yoi" ucapnya.

"Sini bangun" aku mengulurkan tangan kananku pada ayres yang tengah mengusap keningnya. "Mau bangun gak sih lo ayres?" Sambungku kesal pada aryes yang masih berbaring dan menatap tanganku tanpa berkedip.

"Bangsat lo zee."

"Dih" balasku, setelah ayres berhasil bangun.

Aku menatap ke arah ayres takut, bergidik ngeri ketika aryes tiba-tiba tertawa. "Jadi selir gue ajalah yuk zee" ucapnya membuat kakiku otomatis menginjak kakinya. Ayres mengaduh kesakitan.

"Ayres anj..... Inget gak boleh kasar zee" ucapku mencoba sabar dengan mengusap dadaku pelan.

Ayres nama yang bagus dan cukup keren, tapi itu tidak berlaku pada pemiliknya. Aku menghela nafas pelan, kemudian melirik ke arah ayres. Ayres? Dia salah satu teman laki-laki di kelasku. Kebanyakan siswa-siswi disini mengenal ayres yang tak banyak bicara, pendiam, dan jarang menampilkan ekspresi lain selain wajah dingin. Ah iya lupa, ayres juga incaran siswi-siswi disini, entahlah dirinya bingung, bisa-bisanya mereka menyukai ayres. Jujur ayres memang memiliki wajah yang menurut ku tampan, di dukung dengan tubuh yang tinggi tegap, membuat nya nyaris sempurna. Tapi yang membuatku bingung, kenapa sifat dan kelakuan ayres berbeda saat bersamaku atau berada di dalam kelas?, Berbeda 180 derajat dari yang kebanyakan orang katakan.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang