Enam

736 56 1
                                    

Happy Reading 💐
.
.
.
.

"Ayok pulang bareng" ajakku. Setelah kita berdua sampai di depan gerbang sekolahan.

Yara melirik ke arahku sebentar, sedetik kemudian kembali melihat ke arah ponselnya. "Gak zee, gue di jemput." Ucapnya sembari memperlihatkan ponselnya yang berisi pesan.

Aku mengangguk paham. Kemudian ikut mendudukkan bokongku di samping yara yang baru saja duduk di gazebo depan sekolah.

"Kok lo malah ikut duduk sih zee... Sana pulang!"

Aku menatap ke arahnya datar. "Ngusir?" Ucapku.

"Bukan gitu..."

"Terus?"

"Arghhhhh lu mah."

"Kenapa?" Ucapku tertawa sumbang.

"Gue tau yaa, alasan lo duduk disini buat nemenin gue kan?"

Aku menggeleng cepat. "Nggak".

Yara menghela nafas pelan. "Gue gak enak sama lo zee." Ucapnya pelan.

"Basi banget lo yara."

Sudah sejam lebih berlalu, tapi aku tak melihat tanda-tanda akan kedatangan ayahnya yara.

"Ish... Ayah kemana sih..." Gerutunya pelan tapi masih bisa ku dengar.

"Zee..."

Aku melirik kearahnya. "Apa?"

"Lo pulang aja gih, takutnya lo bosen." Ucapnya, aku mengabaikannya dan kembali memainkan ponselku. Jujur memang aku sedikit bosan, karena daritadi tak ada obrolan keluar dari mulut kita berdua.

Aku menghela nafas pelan. Aku tak setega itu untuk meninggalkan orang yang sudah ku anggap adik, berdiam sendirian disini. Aku menyayangi yara, meskipun kelakuannya itu selalu membuatku jengkel.

Tin tin

Suara klakson motor membuatku dan yara menoleh.

"Maaf sayang... Lama yaa?" Ucapnya setelah berdiri tepat di depanku dan yara. Bibirku tersenyum tipis mendengar nada yang lembut dan penuh khawatir keluar dari mulut ayahnya yara.

"Ayah kok bisa telat?" Tanya yara.

"Tadi ban motor ayah pecah.... Maaf ya"

"Gapapa."

Hatiku sedikit iri, dan menghangat sekaligus, ketika melihat interaksi antara yara dan ayahnya.

"Zee"

Aku tersenyum seramah mungkin, ketika om rudi, ayahnya yara menyebut namaku.

"Gimana kabarnya om?" Tanyaku.

"Alhamdulillah baik. Kamu gimana?"

"Baik juga kok om."

Ayahnya yara mengangguk. "Kok belum pulang?" Tanyanya.

"Eum... Itu.."

"Zee nemenin yara." Sela yara cepat.

"Astaga! Kenapa gak kamu tinggalin aja anak om sendirian" ucap om Rudi terkikik pelan.

"Maunya sih gitu om..." Ucapku. "Tapi takutnya nanti digondol kucing, nanti Zee gak ada temen lagi." Sambungku tertawa sumbang.

"Yakali gue digondol kucing." Cibir yara.

Om rudi tertawa. "Udah. Sekarang waktunya buat pulang, makasih zee udah nemenin yara."

Aku mengangguk. "Kayak sama siapa aja om."

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang