Dua puluh empat

392 26 1
                                    

Happy reading
.
.
.
.

Wajah milik Zee mendongak, menatap salib tersebut. Satu hal yang baru disadarinya. Jika, rasa takut dan gelisahnya nya berkali-kali lipat lebih besar ketika melihat keadaan Sherin.

......

Tok tok tok

"Non sherin!"

Bruk

Entah karena saking kaget dan paniknya, sherin reflek mendorong kuat tubuh zee hingga terjatuh kebawah menyentuh teras.

Sementara si empu yang mendapat dorongan tiba-tiba itu hanya bisa meringis, menahan sakit.

Pintu terbuka, menampilkan bi isah "Eh, non zee kenapa?"

"E-eh bi, gapapa bi" Ucap zee seraya tersenyum tipis, sebelum bangun guna berdiri.

"Beneran non zee gak kenapa-kenapa?" Tanya bi isah sedikit tak percaya dengan perkataan Zee. Pasalnya, dirinya bisa melihat teman nona mudanya itu seperti tengah menahan sakit.

"Gapapa, bi" Ucap zee berusaha membuat paruh baya didepannya itu yakin. Padahal, perkataan yang keluar dari bibirnya itu jauh terbalik dengan keadaannya sekarang karena nyatanya dorongan dari Sherin itu cukup membuatnya merasakan efek nyeri pada tubuhnya.

"Eh iya non, waktunya makan. Sekalian ajak non Zee yaa" Ucap bi isah yang dijawab anggukan cepat oleh Sherin. Setelahnya, kembali menutup pintu lalu meninggalkan keduanya.

"Zee, maaf aku gak sengaja" Ucap Sherin langsung sesaat setelah bi isah pergi lengkap dengan nada paniknya.

"Gapapa, rin"

"Sakit?"

"Banget!!!" Batin Zee "Gak kok" Ucapnya lembut.

"Maaf.."

"Gue gapapa, rin" Ucap zee "Gue baru sadar lo belum ganti seragam, rin. Sana ganti abis tu makan"

Sherin memandang seragam sekolahnya sejenak, kemudian kembali memandang ke arah zee. Keduanya bertatapan, senyuman lembut menghiasi bibir milik zee seraya tangannya bergerak merapikan poni rambut milik Sherin. "Sana ganti" Ucapnya.

Sherin mengangguk pelan, setelahnya beranjak masuk ke dalam toilet.

"Ya Allah, pantat hamba nyeri" Ringis zee begitu Sherin sudah masuk ke dalam toilet.

Beberapa saat kemudian, Sherin sudah kembali lengkap dengan pakaian santainya. Membuat Zee yang melihatnya langsung berdiri dan tersenyum ke arahnya.

"Ayok makan" Ucap Zee. Seraya tangannya bergerak terulur ke arah Sherin dan tanpa lama pula Sherin langsung menerima uluran tangan tersebut.

Keduanya melangkah, dengan Zee satu langkah didepan Sherin.

"Bentar... Lo duluan rin jalannya, gue gak tau" Ucap Zee berbalik menatap sherin, sesaat setelah menghentikan langkahnya. "Juga, harusnya lo yang ngajak makan, kan lo tuan rumahnya. Bukan malah gue" lanjutnya.

Sherin yang mendengar ucapan seperti nada protesan Zee itu hanya bisa tertawa pelan. Kemudian, ia langkahkan kembali kakinya menuju dapur ah ralat maksudnya meja makan, dengan Zee yang mengekor.

Tapi, belum juga keduanya sampai. Sherin lebih dulu menghentikan langkahnya, kemudian kembali membalik arah ketika melihat meja tersebut sudah ada yang menduduki nya, tak selalu kosong seperti biasanya.

"Loh? Gak jadi makan?"

Sherin terkesiap dan langsung menatap ke arah zee. Dirinya lupa jika Zee ada bersamanya. Tunggu, haruskah dirinya kembali ke sana, mengajak zee makan. Terlebih, dirinya tuan rumah yang harus melayani tamunya dengan baik. Sama halnya dulu, Zee yang melayani dirinya dengan sangat amat baik saat ada di kediaman Zee.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang