Tujuh belas

523 36 3
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Mata milik zee terbuka pelan begitu mendengar suara rintihan di sampingnya. Silau lampu tidur di atas nakas menyerobot masuk menusuk pupil matanya, membuat dia menyipit dengan telapak tangan berusaha menghalau silau tersebut.

Suara rintihan itu kembali terdengar, membuat matanya harus terpaksa terbuka. Dilihatnya Sherin yang masih tertidur di sampingnya dengan dahi yang sesekali berkerut dan bibir mengeluarkan rintihan.

Dilihatnya jam di atas nakas yang menunjukkan pukul satu pagi.

"Sherin, Sherin!"

Zee menepuk pelan pipi sherin, suaranya bergetar seperti ketakutan ketika melihat gadis di sampingnya itu semakin merintih keras. Bahkan wajah gadis disampingnya itu dibanjiri keringat dingin.

Tangan zee terulur memegang dahi Sherin, dan suhunya sangat dingin. Kemudian turun pada leher sherin, yang terasa sama dinginnya.

Perasaannya campur aduk, bingung harus bagaimana.

Diambilnya selimut miliknya, kemudian melipatnya dan menyelimutkannya pada tubuh milik sherin. Setelahnya, dirinya ikut berbaring, membawa tubuh dingin itu ke pelukannya. Merengkuhnya.

"Sherin..."

Lagi, zee menepuk pelan pipi milik sherin. Gadis di pelukannya itu masih merintih dengan wajah ketakutannya.

"Sherin" Ucap zee lagi berbisik di telinga Sherin.

Berhasil. Mata sherin yang awalnya terpejam itu terbuka secara tiba-tiba. Kepalanya mendongak ke atas dengan tatapan kosong dan mata melotot entah kemana. Bahkan deru nafasnya memburu seperti habis berlari berkilo-kilo meter.

"Kenapa, mimpi buruk?"

Tak ada balasan dari pertanyaannya, membuat tangan zee bergerak membawa wajah Sherin agar berhadapan dengan wajahnya. "Mimpi buruk?" Tanya zee lagi dengan nada pelan dan lembutnya.

Wajah keduanya sejajar.

"Zee..."

Suara milik sherin itu terdengar bergetar di susul dengan keluarnya cairan bening dari mata indahnya.

"Aku takut hiks..."

"Gak usah takut, ada gue" Ucap zee pelan, sembari menghapus air mata yang membasahi pipi putih gadis di depannya.

Kembali membawa tubuh milik sherin ke pelukannya. Cairan bening itu bahkan membasahi atas tangan kirinya yang menjadi tumpuan kepala sherin.

"Tidur lagi yaa" Ucap zee. Tangan kanannya tak tinggal diam, dan terus mengusap lembut keringat dan juga pipi yang basah tersebut.

"Zee...."

"Gapapa, gak usah takut" Ucap zee berusaha menenangkan gadis dipelukannya. "Gue disini sama lo" lanjutnya ketika manik indah keduanya bertemu.

"Gue disini"

Lagi, zee kembali bersuara. Berusaha agar gadis dipelukannya itu merasa tenang. Jemarinya kemudian memperbaiki dan menyelipkan rambut Sherin yang lepek oleh keringat itu ke belakang telinganya.

15 menit

30 menit

45 menit

Zee berusaha sekuat mungkin untuk tak menutup matanya. Sebelum gadis yang ada di pelukannya itu tidur terlebih dahulu.

Mulutnya menguap berkali-kali menandakan kalo dirinya sangat amat mengantuk.

Beberapa saat, dengkuran halus itu mengalun di pendengaran zee. Dilihatnya Sherin yang sudah terlelap dengan bibir yang sedikit terbuka itu. Mata yang tengah terpejam itu membuat zee bisa leluasa memandang wajah damai sherin. Tangannya bergerak mengusap lembut pipi Sherin yang masih lembab karena air mata, kemudian mengelus lembut kepala sherin membuat gadis yang ada di dekapannya itu bereaksi kecil.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang