Dua puluh enam

474 35 8
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Sherin masuk kedalam rumahnya setelah mobil milik Zee sudah tak terlihat lagi dari pandangan nya.

"Bii.....!!" Panggil Sherin. Sesaat setelah dirinya berada di ruang tamu. Kemana bi isah pikirnya.

Pandangannya mengedar, guna mencari sosok yang akan selalu menyambut dan menyapanya setiap dirinya pulang sekolah. Kini, tak terlihat batang hidungnya sedari dirinya melangkah masuk kedalam rumah.

"Bii....!!!"

Kembali, Sherin memanggil nama tersebut. Tapi nihil tak ada balasan. Sherin lantas mempercepat langkahnya ke dalam kamarnya. Berniat menyimpan tasnya terlebih dulu. Dan mencari sosok bi isah.

"Sherin...." Suara berat laki-laki membuat langkah Sherin terhenti. Jantung nya seketika berdebar kencang. Nafasnya tercekat. Kembali, Sherin melangkahkan kakinya sedikit cepat. Menghindar dari sosok laki-laki yang amat di bencinya itu.

"Hei.. kenapa terburu-buru keponakan om ini. Kamu tidak rindu dengan om kamu ini?, Sherin?"

Sherin tak memperdulikan ucapan tersebut. Saat ini, dirinya hanya ingin cepat-cepat memasuki kamarnya, menjauh dari laki-laki yang beberapa langkah di belakangnya.

"Cantik. Semakin hari kamu semakin cantik, seperti mamah kamu"

Sherin langsung menatap tajam laki-laki dewasa yang sudah berdiri di sampingnya. Tangannya terkepal erat. Sorot mata kebenciannya sangat amat terlihat jelas membuat laki-laki dewasa tersebut terkekeh.

"Cantik, kamu cantik Sherin..." Ucap laki-laki yang menyebut dirinya om itu. Seraya tangannya bergerak hendak menyentuh wajah milik Sherin.

Melihat itu, Sherin dengan cepat menepis kasar tangan lelaki dewasa tersebut. Membuat bibir lelaki dewasa tersebut kembali terkekeh.

"Om ingin kamu,"

Sherin melebarkan kedua matanya. Ia terpojok ke dinding oleh orang yang terus mendekati nya. Laki-laki dewasa didepannya itu tersenyum. Senyuman yang terlihat aneh. Senyuman yang sudah membuatnya harus kehilangan orang terkasihnya.

Kembali, Sherin menepis kuat tangan lelaki tersebut yang ingin menyentuh dagunya. Mendorong orang didepannya itu kuat-kuat. Tapi, lelaki dewasa didepannya itu menahan tangannya, dan semakin menyudutkan nya. Sherin berontak. Berusaha menghindari usaha orang didepannya itu untuk menciumnya.

Sherin bersikeras melepaskan diri. Tentu saja tidak akan membiarkan orang didepannya itu berhasil menciumnya. Tapi... Usaha Sherin gagal, lelaki dewasa itu berhasil mencium bibirnya. Sherin terus berontak. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan dirinya. Sampai akhirnya, ia menginjak kuat kaki lelaki dewasa didepannya. Segera, Sherin berlari dan masuk ke dalam kamarnya. Menguncinya.

Gadis itu menunduk dan menangis. Remasan rok di tangannya amat erat. Hatinya sesak. Sungguh ia tak sanggup berada di situasi seperti ini. Rasa takut menjalar memenuhi dirinya.

"Sherin takut mahh..." Lirih Sherin amat pelan. Ingatan-ingatan kelam beberapa tahun lalu kembali berputar dalam otaknya.

Sekelebat, wajah milik Zee melintas dalam pikiran yang dipenuhi adegan kelam tersebut. Membuat Sherin kontan mengambil ponselnya, menghubungi Zee. Saat ini, dirinya hanya membutuhkan Zee.

Sementara Zee yang baru saja tiba di pekarangan rumahnya itu menghentikan terlebih dahulu niatnya untuk keluar dari dalam mobilnya ketika mendengar ponselnya berdering. Melihat nama yang tertera di ponselnya, Zee tanpa banyak kata langsung menggeser layar hijau tersebut. Sedetik kemudian, dirinya disambut suara sesenggukan dari sebrang sana. Cukup membuat Zee yang mendengarnya panik juga khawatir.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang