Dua puluh satu

526 40 1
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Tak banyak kata yang terdengar saat ini. Jikapun ada, itu hanya suara air hujan yang tengah berjatuhan menghantam aspal. Membasahinya, membuat jalanan yang masih di lalui oleh mobil milik zee itu mulai tergenang oleh air.

Hening dan juga masih belum ada obrolan. Entah karena rasa malu? Malas atau karena Canggung karena kejadian yang eum---- akh sudahlah dirinya tak tau harus mendeskripsikannya bagaimana.

Zee melirik ke arah Sherin sejenak, sedetik kemudian kembali lurus ke jalanan. Bibirnya menghela nafas pelan, masih. Sherin masih asyik senantiasa di posisinya, duduk menyamping dengan pandangan menatap lurus ke arah luar jendela.

Sampai di pekarangan rumah. Keduanya keluar dari dalam mobil, berjalan beriringan memasuki rumah. Bi Wati, orang yang pertama kali keduanya lihat ketika sampai di ruang tamu. Tak berlama-lama, setelah Zee menanyakan keberadaan sang bunda, Zee membawa Sherin ke arah kamarnya.

"Mau mandi?" Tanya Zee angkat suara, memecah keheningan dan juga suasana canggung yang kian bertambah.

Sherin tak membuka suaranya, tapi kepala nya mengangguk pelan cukup membuat zee yang melihatnya paham.

"Tunggu bentar, gue siapin dulu airnya"

Tepat setelah perkataan itu selesai, zee langsung melangkah memasuki kamar mandi. Tak sampai sepuluh menit, zee sudah kembali menghampiri sherin.

"Udah"

Sherin kembali mengangguk, melangkah melewati Zee begitu saja dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Cukup, membuat Zee yang melihatnya hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Zee menghela napas pelan, sebelum melangkah ke arah lemari guna mengambil pakaian untuk dikenakan Sherin. Setelah menyimpan pakaian yang dipilihnya itu di atas kasur, Zee kembali mengambil satu pakaian lagi sebelum kakinya melangkah keluar dari kamar dan beralih masuk ke dalam kamar sang bunda, lebih tepatnya kamar mandi yang ada di kamar sang bunda, dirinya juga harus mandi pikirnya.

Tak sampai lima belas menit, zee kembali masuk ke dalam kamar lengkap dengan pakaian santainya. Sherin? Ah mungkin gadis itu masih berada di dalam kamar mandi, terbukti dari adanya pakaian yang masih bertengger di atas kasur miliknya.

Cklek

Pintu terbuka, bersamaan dengan zee yang hendak duduk di atas ranjang. Disana, kepala milik Sherin terlihat menyembul di balik kamar mandi.

Pandangan keduanya bertemu, tapi Sherin terlebih dulu memutus kontak tersebut dan memandang ke arah pakaian yang berada di atas ranjang. Sementara Zee yang paham akan tatapan Sherin pun lantas beranjak, mengambil pakaian tersebut dan memberikannya pada Sherin.

Tak sampai sepuluh menit, Sherin keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih terlihat basah. Zee yang melihatnya itu beranjak dari duduknya, menarik tangan Sherin untuk duduk di tepi ranjang.

"Duduk sini" Ucap Zee sedetik sebelum dirinya membuka lemari, guna mengambil handuk. Setelahnya, digosokkan secara lembut handuk itu pada rambut basah milik Sherin, setelah agak mengering, Zee mengambil hairdryer dan sisir guna merapikan rambut Sherin.

Sementara Sherin, gadis itu hanya terdiam dengan kepala menunduk.

"Udah"

Bahkan, tak ada ucapan terimakasih atau apapun keluar dari mulut Sherin.

"Ikut makan ke bawah ayok, rin"

Sherin menggeleng, cukup membuat Zee yang melihatnya hanya bisa menghela napas pelan.

Masih. Masih tak ada obrolan, hingga keduanya saat ini berakhir berbaring di atas ranjang dengan keadaan kamar yang sudah tak ada lagi penerangan kecuali lampu yang berada di meja belajar yang tak jauh dari ranjang yang setidaknya tidak membuat kamar tersebut pengap akan suasana gelap.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang