Enam belas

507 36 1
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

"Aku mau pulang zee"

"Aku gak suka rumah sakit"

"Aku mau pulang"

Zee menghela nafas berat, kenapa gadis dihadapannya ini terus-terusan untuk meminta pulang.

Kondisi tubuhnya saja belum benar-benar sehat. Bahkan, wajahnya itu masih terlihat sangat pucat.

Ngomong-ngomong tentang Sherin dan kenapa dirinya bisa sampai berada di rumah sakit. Itu Karena, saat dirinya tiba di kediaman Sherin dirinya mendapati jika Sherin tengah sakit. Dan, saat pertama kali dirinya memasuki kamar milik sherin dirinya disuguhi si pemilik kamar yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri, dengan wajah yang amat pucat.

Dan, itu sukses membuatnya panik tak karuan. Perasaan nya campur aduk ketika Sherin tak kunjung sadar, berteriak memanggil art keluarga sherin yang tengah di dapur, untuk membantu nya membopong Sherin masuk ke dalam mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Zee hanya bisa berdoa semoga sherin baik-baik saja.

Tubuh Sherin segera dibawa ke ruangan UGD oleh para perawat yang berjaga di pintu masuk.

Satu jam berlalu sesaat setelah mendapat pemeriksaan, Sherin tak kunjung sadar.

Tapi, beberapa puluh menit kemudian hembusan nafas lega akhirnya keluar dari mulut Zee ketika Sherin tersadar.   Tak lama, mulutnya kembali mengeluarkan helaan napas panjang karena gadis yang tengah menyandar pada brankar rumah sakit itu merengek ingin pulang, padahal tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih.

"Bi isah, Sherin mau pulang"

Bukannya menjawab. Si empu yang punya nama malah memandang ke arah zee, seolah bertanya.

Zee menghela napas pelan, sebelum menganggukkan kepalanya pelan pada art nya keluarga sherin, bi isah.

"Boleh, tapi pulangnya ke rumah gue"

Ucapan tak terduga dari mulut zee itu membuat sherin dan juga bi isah saling menukar pandangannya.

"Bibi gapapa kan kalo Sherin pulang ke rumah saya?" Ucap zee lagi.

"Eum, bibi gimana non sherin saja" Ucap bi isah dengan senyuman kikuknya.

"Gimana, mau?" Tanya zee beralih menatap wajah pucat milik sherin.

"Nggak" Ucap Sherin pelan.

Zee mengangguk "Yasudah, jadi tetep disini gak usah pulang" Ucapnya tegas.

Sementara Sherin, dia memilih menundukkan kepalanya. Sungguh dirinya tak suka dengan aroma dan suasana rumah sakit.

Lain halnya dengan zee, netranya tak luput melihat gerak-gerik Sherin. Bagaimana Sherin yang kini tengah menunduk bahkan.... Sekarang telinganya mendengar isakan kecil dari bibir milik sherin. Rasa bersalah tiba-tiba menyeruak dalam hatinya, tak seharusnya dirinya memaksakan kehendaknya pada orang lain.

Zee membuka mulutnya, hendak bersuara,

"Ayok pulang"

Mulut zee kembali tertutup, ketika mendengar nada pelan yang keluar tiba-tiba dari mulut sherin.

"Kemana?" Tanya zee, menatap berharap gadis di depannya.

"Ke rumah kamu"

Bibir milik zee tertarik ke atas, menatap senang gadis didepannya. Tangannya tanpa sadar mengusak singkat rambut milik sherin, dan itu berhasil membuat sherin tertegun untuk sejenak.

"Tunggu, gue ambil obat sama bilang ke dokter dulu" Ucap zee berlalu pergi meninggalkan Sherin dan juga bi isah.

"Bi" Panggil Sherin sesaat setelah melihat punggung milik zee menjauh.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang