Sembilan

663 50 0
                                    

Happy Reading 💐
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan, sherin hanya duduk termenung sambil melihat keluar jendela. Entahlah, aku tidak tau harus berbuat apa.

Aku menghela nafas pelan, Hujan yang deras membuat penglihatan ku menjadi kurang jelas. Ujung ekor mataku melirik ke arah sherin yang masih senantiasa memandang keluar jendela, isakannya yang sangat pelan itu masih bisa ku dengar walaupun seringkali tersamar dengan suara air hujan.

Ku hentikan mobilku tepat di pinggir jalanan. Kubuka seatbelt, menggeser dudukku sedekat mungkin dengan Sherin. Tanganku bergerak membuka seatbelt milik sherin.

Klik

Seatbelt terbuka. Lantas ku bawa tubuh milik sherin ke dalam dekapanku, Isakannya semakin jelas terdengar di telingaku.

Aku tidak tau ada apa yang sebenarnya terjadi, tapi mendengar isak tangisannya membuat mataku terasa panas.

Isakan Sherin terdengar pilu membuat tanganku semakin erat memeluk tubuhnya.

"It's oke. Yang tadi lupain" ucapku selembut mungkin ditelinganya, sembari tanganku tak berhenti mengelus kepalanya lembut.

Setelah hampir sepuluh menit berpelukan, dan tak terdengar isakan lagi, aku melepaskan pelukannya, tanganku bergerak menangkup wajah nya, menghapus air mata milik sherin yang masih mengalir dengan sendirinya.

"Udah lega?" Tanyaku selembut mungkin sembari tersenyum.

Tidak ada anggukan atau sepatah kata pun keluar dari mulut Sherin.

"Belum yaa?" Lagi. Aku bertanya ketika tak mendapat balasan. "Kalo mau nangis nanti lagi ya... Biar gak cape" lanjutku, terkekeh pelan.

Sherin kembali membalikkan tubuhnya. Menghadap jendela mobil, memandangi jalanan.

....

Ku hentikan mobilku, tepat di halaman depan rumah. Atensiku beralih pada sherin yang tengah tertidur, entahlah aku tak sadar kapan dia tertidur.

"Sherin....." Panggilku, berharap mata miliknya terbuka.

"Sherin, lo gak mau bangun" lagi, dengan memberanikan tanganku bergerak menyentuh keningnya.

Tapi, nihil. Tak ada reaksi apapun kecuali lenguhan kecil dari bibirnya.

Aku terdiam sejenak. Beralih keluar dari dalam mobil, dan berjalan kearah pintu mobil bagian sherin. Membukanya, menghela nafas pelan ketika menyadari seatbelt milik sherin tak terpasang.

"Bodoh banget lu zee.... Untung nih anak orang gak kenapa-kenapa" rutukku pelan.

Untung saja dirinya tadi tak mengebut, dan berhenti mendadak. Bisa-bisa kalo nggak, sherin berakhir sujud kedepan.

Aku menundukkan sedikit tubuhku, mensejajarkan dengan tubuh Sherin. Menyelipkan kedua tanganku di masing-masing ketiak miliknya, menggendongnya seperti balita. Perlahan membawa tubuhnya hingga menempel sempurna di depan tubuhku. Tangan kananku beralih menyangga bokongnya, sementara tangan satunya lagi berada di punggungnya. Jaga-jaga, takut tubuh milik sherin condong ke depan.

Baru saja akan membuka pintu, aku melihat pintu di depanku terbuka lebih dulu, memperlihatkan bunda dengan kerutan di dahinya.

"Sayang...."

"Nanti zee cerita bun" ucapku cepat, tak ingin membuat bunda semakin bingung. Sekaligus ingin cepat-cepat menurunkan sherin dari gendongan ku, tubuhku tak sekuat itu untuk menggendong orang berlama-lama. "Zee bawa sherin ke kamar dulu yaa.." lanjutku, berjalan menuju kamar.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang