Tiga puluh dua

376 26 4
                                    

Happy Reading
.
.
.

Hari berganti Senin.

Kini, Sherin dan Zee tengah berjalan menuju parkiran. Guna pulang tentunya, setelah hampir tujuh jam berkutat dengan buku-buku, pelajaran dan materi.

"Bentarrr..."

Dahi Sherin menyernyit. Sedetik kemudian bibirnya tersenyum ketika melihat apa yang saat ini tengah dilakukan Zee. Kekasihnya itu tengah berjongkok sembari mengikat tali sepatunya yang terlepas.

"Dahhh..." ucap Zee kembali berdiri, sesaat setelah mengikat sempurna tali sepatu milik Sherin.

"Makasih."

Zee hanya tersenyum menatap Sherin, sebelum tangannya kembali ia tautkan dengan milik Sherin, setelahnya melanjutkan langkahnya ke arah mobilnya terparkir.

"Zee...!!!"

Mendengar ada yang meneriaki namanya, sontak langkah Zee dan Sherin terhenti. Zee berbalik, diikuti Sherin.

Zee menatap heran Ayres orang yang memanggil namanya tadi yang sekarang sudah tepat berdiri didepannya.

"Gua mau bicara sesuatu sama lo." Ucap Ayres.

"Bicara apa?"

Sejenak Ayres melirik pada Sherin yang tengah terdiam, sebelum pandangannya kini menatap Zee lurus. "Gua suka sama lo Zee.."

"Hah?" Bingung Zee dengan apa yang baru saja didengarnya itu. "Bercanda kan lo?! Tahu gue mah."

"Gue serius Zee...  Gue suka sama lo. Gue cinta sama lo."

"Gak usah ngelantur lo Ayres, yang bener aja."

Ayres menggeram frustasi, kenapa Zee terus-terusan menganggap ucapannya itu hanya candaan. Pandangannya terpaku untuk beberapa detik pada tangan Zee dan Sherin yang saling menggenggam. Lantas, dengan cepat tangannya melepas tautan tersebut, menghempas kasar tangan Sherin menjauh.

Zee menatap terkejut pada Ayres yang tiba-tiba memegang kedua tangannya. Begitupun Sherin yang hanya bisa terdiam, menunggu apa yang akan dilakukan saudaranya itu.

"Percaya sama gue, gue beneran serius sama ucapan gue Zee... Gue cinta sama lo... Emang lo selama ini gak ngerasain sikap gue yang berbeda ke lo. Kenapa lo gak peka sihhh, dari dulu gue suka sama lo..."

"Dari dulu?" Beo Zee seraya menatap Ayres lurus.

Ayres mengangguk cepat. "Iya, dari dulu."

Zee melepaskan tangannya dari genggaman Ayres. Membuat Ayres yang melihat itu mendesah kecewa. Zee masih terdiam, mencoba menormalkan kembali tubuhnya dari keterkerjutan dari pengakuan yang dilontarkan Ayres. Karena dirinya tak pernah menduga bahkan tak terlintas sedikitpun di otaknya jika Ayres akan berkata seperti ini.

"Zee..."

Zee terkesiap. Kembali ia memandang wajah Ayres, wajah dan mata itu tak terlihat adanya kebohongan sedikitpun. Hanya ada keseriusan di dalamnya.

"Gue bingung harus gimana, tapi Ayres... Makasih sebelumnya. Gue gak bisa larang lo suka atau cinta sama gue. Tapi maaf, gue gak bisa balas perasaan lo. Maaf."

"Kenapa?" Tanya Ayres dengan nada pelannnya.

Zee tak menjawab. Gadis itu hanya tersenyum tipis seraya menggeleng pelan.

"Karena lo menjalin hubungan sama Sherin?"

Zee mematung seketika, terkejut bukan main mendengar ucapan Ayres. Kenapa Ayres bisa tahu pikirnya.

"Masih banyak cowok diluaran sana, salah satunya gue. Tapi kenapa lo malah sama Sherin, Zee.." Cerca Ayres  "Sherin itu sakit. Mending lo buang hubungan lo itu. Kalian sama-sama perempuan yang bener aja." Lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang