Tiga puluh

338 34 7
                                    

Happy Reading
.
.
.

Seorang gadis tampak masih terlelap di atas ranjangnya.  Tangannya meraba, mencari selimut. Guna menghalau udara dingin yang menusuk tubuhnya. Tapi, rasa dingin itu masih terasa pada tubuhnya. Membuat tubuhnya tak berhenti bergerak dengan mata yang masih senantiasa terpejam, seperti mencari-cari sesuatu. Mungkin kehangatan.

Teringat sesuatu, matanya seketika terbuka. Pandangannya langsung tertuju pada sisi ranjangnya yang sudah kosong. Tidak ada Zee disana.

Sherin menghempaskan selimutnya. Beranjak cepat turun dari ranjangnya dan membuka cepat pintu kamar mandi. Kosong, tak ada Zee di dalamnya.

"Zee.." panggil Sherin sedikit berteriak.

Tak ada sahutan, membuat rasa panik menyerang dirinya. Sherin segera berlari keluar kamar dengan terburu-buru, mencari keberadaan Zee.

Tak ada Zee di ruang tengah. Kembali ia melangkah ke arah dapur, tapi nihil dirinya tak juga menemukan Zee.

Nafas Sherin tercekat. Keringat membanjiiri pelipisnya. Ia menggigit bibir bawahnya kuat, menahan rasa sesak juga takut yang tiba-tiba hinggap memenuhi relung hatinya. Tangannya bergetar hebat, ketika pikirannya malah teringat saat dimana sang mamah meninggalkannya untuk selamanya.

Hatinya ketakutan juga resah, dirinya tak ingin kehilangan orang disayanginya untuk kedua kalinya. Tubuhnya luruh kebawah, menangis, memeluk lututnya. Menyembunyikan wajahnya di antara lututnya. Rasa ketakutan itu semakin menguasainya.

"Zee!!.." Panggil Sherin kembali. Suaranya yang bergetar, dengan air mata yang terus keluar.

Sementara Zee yang baru saja muncul entah darimana itu mendadak diserang kepanikan ketika matanya mendapati Sherin yang terduduk sembari memeluk lututnya. Segera, dirinya berlari cepat menghampiri Sherin. Merendahkan tubuhnya, setelahnya membawa tubuh Sherin ke dalam pelukannya.

"Rin, kenapa?"

Sherin melepaskan diri dari pelukan Zee, kemudian mendorong kuat tubuh Zee. Membuat tubuh Zee itu seketika membentur kerasnya lantai.

"KAMU ABIS DARIMANA HAH?!" Teriak Sherin dengan nada seraknya, masih dibarengi tangisannya.

Belum dirinya menormalkan keterkejutannya dari dorongan Sherin yang tiba-tiba. Zee kembali dibuat terkejut dengan teriakan Sherin. Dirinya hanya bisa menatap khawatir juga bingung pada Sherin.

Teriakan itu seperti tak ada amarah didalamnya. Tapi Zee merasakan ada nada ketakutan didalamnya. Terlebih ketika melihat ekspresi ketakutan terlihat amat jelas di wajah Sherin.

Zee kembali mendekati Sherin. Membawa tubuh Sherin itu kedalam pelukannya, meskipun Sherin menolak akan pelukannya itu. "Maaf... Gue tadi abis ikut ibadah subuh di bi Isah." Ucap Zee lembut tepat ditelinga Sherin.

Tak kunjung berhenti menangis. Zee menarik tangan milik Sherin untuk memeluk lehernya. Setelahnya, tubuhnya perlahan berdiri, menggendong Sherin ala koala. Melangkah, membawa Sherin masuk kedalam kamar.

Setelah di dalam kamar. Zee mendudukkan dirinya di ujung kasur yang secara tak langsung membuat Sherin terduduk dipangkuannya.

Zee memeluk Sherin yang masih tak kunjung berhenti menangis. Sementara Sherin, gadis itu semakin erat memeluk leher milik Zee, seolah tak membiarkan Zee untuk meninggalkannya jarak seinci pun.

Zee memundurkan wajahnya. Guna menatap wajah sherin yang sembab. Tangannya bergerak menangkup lembut wajah Sherin. Wajah itu masih tersirat adanya ketakutan.

"Jangan pergi.." Lirih Sherin.

Zee mengangguk cepat seraya menatap lurus netra milik Sherin. "Gue disini sama lo, Rin.." Ucapnya. "Jadi berhenti nangisnya." Lanjutnya, seraya ibu jarinya menghapus lembut air mata yang membasahi pipi milik Sherin.

Everything Will Be AlrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang