Happy Reading 💐
.
.
.
.Kedua mata milik sherin mengerjap pelan, membukanya paksa ketika telinganya menangkap suara alarm yang berbunyi nyaring tersebut. Tangannya bergerak mematikan alarm tersebut, tubuhnya ia dudukan. Dengan wajah yang menunduk masih menandakan bahwa dirinya masih belum sepenuhnya sadar.
Tiga menit berlalu. Wajah sherin yang tadinya menunduk itu seketika terangkat, beralih ke bagian samping ranjang yang terlihat kosong.
"Zee" batinnya. Dirinya ingat betul semalam zee tidur bersebelahan dengannya, berbagi ranjang.
Netra sherin beralih pada alarm yang tengah menunjukkan pukul enam lebih lima belas, dan bukannya ini hari minggu. Tapi, kenapa pagi-pagi sekali zee sudah tak ada di kamarnya. Sherin memilih bangkit, dan melangkah menuju kamar mandi. Tangannya bergerak membuka pelan pintu kamar mandi tersebut, tapi nihil matanya tak mendapati siapapun didalamnya. Lantas, Sherin cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi tersebut. Membasuh wajah nya dan juga menyikat giginya. Setelah urusan kamar mandinya selesai, Sherin melangkahkan kakinya keluar, langkahnya terhenti di ruang tengah, dahinya menyernyit ketika mendapati orang yang semalam tidur bersamanya itu tengah tertidur di atas sofa, ditemani tv yang tengah menyala, jangan lupakan dengan remote yang berada di atas perutnya.
"Non!"
Sherin mengalihkan pandangannya pada bi wati yang sudah berdiri di sampingnya, lengkap dengan sapu di genggaman nya.
"Bibi mau beberes?" Tanya Sherin.
Bi wati mengangguk. "Iya non. Non sherin nyaman kan tidurnya?"
"Nyaman bi"
"Alhamdulillah kalo gitu"
"Eumm... Ada sapu satu lagi gak bi?"
"Gak ada non. Memangnya kenapa?"
"Sherin mau bantuin bibi"
"E-eh gak usah non. Non sherin duduk aja, nonton tv" tolak bi Wati cepat. "Kasian gak ada yang nonton, non zee malah tidur" lanjutnya terkekeh geli.
"Bi?"
"Kenapa non?"
"Semalem zee tidur dikamar. Tapi, kenapa sekarang malah di sofa?"
Bi wati terkekeh pelan. "Setiap pagi, non zee emang selalu nangkring di sofa non"
"Setiap pagi?" Tanya Sherin.
Bi wati mengangguk. "Seabis sholat subuh, non zee gak balik tidur lagi. Dia lebih suka nonton tv sampe waktunya buat mandi siap-siap sekolah" Ucapnya. "Tapi sekarang non zee nya lagi tidur ya? Lagi kecape'an mungkin non zee nya" lanjutnya.
"Mungkin" Ucap Sherin pelan.
"Yasudah. Bibi ke dapur dulu non" pamit bi wati. Melangkah pergi, setelah Sherin menganggukkan kepalanya.
Sherin perlahan mendudukkan dirinya di sofa lain, matanya melihat ke arah zee yang masih tertidur. Mulutnya menghela nafas pelan, memandang ke arah televisi yang tengah menyiarkan berita. "Mah.... Sherin kangen. Apa yang harus sherin lakuin, Sherin bingung" Batinnya. "Papah... Lagi-lagi marah sama sherin"
"Bunda..."
Atensi Sherin yang tadinya memandang kosong tv di depannya sontak beralih. Melihat ke arah zee dengan kepalanya yang entah kapan sudah berada di ujung sofa, hampir menyentuh lantai.
Tapi, sedetik kemudian bibir milik Sherin memekik kaget. Ketika kepala milik zee, ah salah lebih tepatnya wajah milik zee sedikit lagi menyentuh lantai. Untung saja kedua tangannya lebih dulu bergerak menahan wajah tersebut.
Kedua tangan milik Sherin perlahan kembali mengangkat kepala milik zee, memposisikan nya dengan benar di atas sofa.
"Temenin zee tidur..." Gumam zee pelan.
Sherin menyernyit, bahkan dia merasakan tangan zee yang malah menarik tangannya. Seperti menyuruhnya untuk diam bersamanya. Sherin kembali menghela nafas pelan, kembali mengangkat kepala milik zee pelan dari atas sofa. Mendudukkan tubuhnya di sofa, menjadikan pahanya sebagai bantalan kepala milik zee, memangkunya.
Wajah milik sherin perlahan menunduk, menatap wajah tenang milik zee. Jantungnya berdetak tak karuan ketika wajahnya bisa sedekat ini dengan zee, di tambah lagi dengan aroma lembut parfum yang ada di tubuh zee membuat tubuhnya berdesir.
Napas Sherin tercekat ketika wajah milik zee menghadap perutnya, bersembunyi. "Zee.." Panggil Sherin pelan.
Tapi nihil tak ada balasan apapun, terkecuali hanya suara dengkuran halus. Tangan sherin bergerak pelan menyentuh rambut milik zee, merapikan dan mengelusnya lembut. Setengah jam berlalu, netra milik sherin tertutup sempurna, dikarenakan rasa kantuk mulai mengambil alih, dengan tangan yang masih senantiasa menjaga kepala milik zee.
Sepuluh menit kemudian, mata milik zee mengerjap pelan. Kesadarannya mulai mengambil alih ketika hidungnya mencium aroma parfum yang berbeda. Wajahnya ia mundurkan perlahan, berganti menatap ke atas. Sedetik kemudian matanya melebar ketika wajahnya berhadapan sempurna dengan wajah milik sherin. Zee menelan ludahnya gugup ketika bisa melihat wajah milik sherin sedekat ini. Tapi, apa yang telah terjadi, sampai-sampai kepala miliknya berada di pangkuan milik sherin, yang bahkan pemiliknya juga ikut tertidur. Terlebih dengan kondisi kepala yang menunduk, bukankah itu bisa membuat lehernya pegal.
Zee kembali menelan ludah gugup, ketika matanya mengarah pada bibir dan juga hidung milik sherin. Keduanya seolah meminta tangannya untuk menyentuhnya, merasakannya. Tangannya perlahan demi perlahan terangkat, mendekati dua titik fokus kedua matanya. "Lembut" batinnya, ketika merasakan kulitnya menyentuh kulit milik sherin.
"Assala..... ASTAGFIRULLAH ZEE LO NGAPAIN?!....."
Pekikan tersebut, sontak saja membuat zee terkejut. Wajahnya terangkat, tapi.....
Cup
Sedetik kemudian matanya melebar, dirinya lupa bahwa wajah Sherin masih senantiasa tepat berada di atas wajahnya.
Tangan milik zee bergerak kaku menyentuh bibirnya, bibir yang baru saja menyentuh bibir milik orang yang tengah mengerjapkan matanya pelan.
Tunggu! Sherin udah bangun? Sontak saja zee bergegas pindah, memilih duduk di sofa lain. Seperti tak terjadi apa-apa.
Sementara orang yang berteriak tadi. Dia, menelan paksa ludahnya, menutup bibirnya rapat-rapat. Dirinya masih syok apa yang dilihatnya, ditambah lagi ketika melihat dua bibir itu bertemu membuatnya semakin terkejut. Kepalanya menggeleng cepat, setelah itu melangkah menuju area dapur.
Mata milik sherin terbuka sempurna, dilihatnya zee tengah duduk anteng menonton televisi.
"Zee.."
"K-kenapa?" Tanya zee tanpa menatap balik lawan bicaranya, dikarenakan rasa gugup dan juga canggung memenuhi tubuhnya.
Zee mengalihkan pandangannya, memberanikan matanya untuk menatap Sherin, karena pertanyaan nya tak juga terbalas.
"Kenapa?" Ulang zee.
Sherin menggeleng sembari tersenyum tipis. Tak sadar perbuatannya itu membuat tubuh zee semakin gugup dan juga berdesir tak karuan, terlebih ketika matanya melihat bibir Sherin yang sekarang malah tersenyum tipis. Sontak saja zee langsung berganti posisi, menjadi duduk membelakangi Sherin. Tangannya menyentuh jantungnya yang semakin berdegup kencang. "Bundaa.... Zee harus gimana. Masa zee harus bilang ke Sherin kalo zee tadi gak sengaja nyium bibirnya..." Batinnya. Menggigit bibirnya merasa frustasi sekaligus nervous.
...
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Will Be Alright
Teen Fiction"Bullshit!. Semua ucapan kamu bohong!" ~ Sherin. "Hahaha, yaudah sekarang aku gak peduli. Sana kamu lompat aja! Aku gak akan nyegah atau nahan-nahan kamu lagi."~zee. GXG!