Kediaman Haedar
Haedar memarkirkan motornya di bagasi lalu beranjak menuju ke dalam rumah. Rumah yang cukup besar,bisa dibilang seperti mansion mewah berkelas. Haedar memang kaya tapi itu orang tuanya bukan dirinya.
Haedar memasuki rumah disambut oleh maid disana. Lalu Haedar segera menuju ruang tamu yang sudah ada mamanya dan seseorang yang menunggunya disana.
Langkah Haedar terhenti ketika melihat siapa yang sedang asik mengobrol bersama mamanya. Sosok itu kembali,sosok yang ia benci untuk selamanya. Mata Haedar berubah menjadi sedikit memerah dan melanjutkan langkahnya.
Ketika sudah berdiri tepat di samping mamanya,sang mamah menoleh dan tersenyum.
"Kamu sudah pulang nak?", tanya sang mama.
Haedar tak menjawab pertanyaan yang mamanya berikan padanya melainkan menatap tajam seseorang yang tengah tersenyum menatapnya juga.
Orang itu pun berdiri dan menjulurkan tangannya,seperti meminta berjabat tangan dengan Haedar. Haedar menatap tangan itu, Haedar pun memalingkan wajahnya. Ia enggan berjabat tangan orang yang sudah membuatnya sakit selama ini.
"Kamu kok gitu sih nak?! Nak Danar kan sudah mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan mu!", bingung mama Haedar.
Danar Arifin Edward,anak dari bapak Arifin Edward Laksamana ini pernah masuk dalam kehidupan keluarga Haedar,namun ditengah-tengah kehidupan itu,ia berkhianat pada salah satu anggota keluarga Haedar yakni dengan Haedar sendiri.
"Gapapa tante mungkin Haedar ga mau jabat tangan", ujarnya dengan senyuman, Haedar tahu pasti itu adalah senyuman palsu yang orang itu keluarkan.
"Nak Danar makan dulu yuk,kamu pasti lapar kan?", tanya mama Haedar ramah pada Danar.
"Ga usah tante saya juga ingin pamit pulang karena klien saya sudah menunggu saya di kantor", tolak Danar dengan halus.
"Oh begitu,ya udah nak,kamu hati-hati dijalan yah,salam kan pada tuan Edward yah", ucap mama Haedar.
"Baik tante,kalo gitu saya permisi", ucap Danar lalu sedikit membungkuk kemudian pergi meninggalkan seorang ibu dan anak di tengah ruang tamu.
Haedar hanya menatap tajam kepergian orang yang sama yang telah menyakiti hati serta pikirannya.
"Kamu kenapa sih?! Harusnya kamu lebih sopan pada Danar! Dia sudah menganggap mu itu seperti adiknya sendiri!", ucap mama Haedar marah.
"Sudah ku bilang,aku tidak akan anggap dia ada dan sudah ku anggap MATI!"
PLAK!
"Jaga ucapanmu Haedar! Dia sudah baik pada kita tapi ini balasan mu?!", ujar mama Haedar setelah menampar putra bungsunya.
"Kita? Kalian aja, Haedar ngga! Bahkan Haedar pikir dia bukan orang baik mah!", sentak Haedar.
Haedar sedikit meremas kemeja pada bagian perut,ia merasakan sakit yang luar biasa. Apa ini kambuh lagi? Sial!,pikir Haedar.
"Kamu ga tau diri yah Haedar,kalo bukan karena dia kita semua juga akan sekarat pada waktu itu!", ucap mama Haedar lalu pergi meninggalkan Haedar seorang diri di ruang tamu.
"Dia bukan orang baik mah,dia orang jahat", gumam Haedar sambil merasakan sakit pada perutnya.
....
"Woy lu tau Rizal dimana ga?", tanya Hana pada Jefran.
"Semenjak acara ospek gua ga pernah ketemu Rizal lagi,bahkan dia absen kelas", jelas Jefran.
"Ya lu ga nanyain kabarnya apa? Gue udah coba hubungi dia tapi nomernya ga aktif", ucap Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal Dan Akhir || Lee Haechan
Teen Fiction"Pesan terakhir terindah bagiku" "Hidup itu sulit, ya kita mati saja, simpel kan!" setiap cerita memiliki awalnya dan pasti ada akhirnya bahagiakanlah orang yang kalian sayangi, sebelum orang itu benar-benar pergi meninggalkan kalian @gita_nurjanah