IRIS 01

10.4K 853 79
                                    

- I R I S -

;

Gelap, bahkan ketika kedua mata terbuka tak ada satupun cahaya yang berhasil masuk, angin pun enggan mampir meski barang sebentar, hanya kesunyian yang menjadi teman serta suara tetesan air yang terus menetes entah ada di sudut mana.

Sudah berapa lama waktu berlalu? Apakah saat ini siang atau malam? Entahlah sosok yang pergerakannya terbelenggu rantai besi dengan penampilan compang-camping bak gelandang yang tak terurus, tidak tahu apa saja yang telah terjadi di luar sana.

Renjun, itu adalah sebuah nama yang diberikan oleh sang ibu sebelum mereka berpisah. Saat masih kecil, Renjun ingat sang ibu pernah mengatakan bahwa mereka akan bahagia, Ayah-nya akan menjemput mereka dan membawanya ke tempat yang lebih baik. Namun, apa yang Renjun alami saat ini jauh dari kata bahagia atau baik-baik saja.

"Kebahagiaan? Omong kosong!"

Renjun tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang pernah menaruh harapan serta kepercayaan pada seseorang. Namun pada kenyataannya, orang itu bahkan tidak pernah muncul lagi, dia meninggalkan Renjun sendirian.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Udara malam itu terasa begitu dingin menusuk hingga tulang, bulan pun enggan menunjukkan presesi akibat tertutup awan hitam, jalanan terlihat basah lantaran hujan baru saja menguyur kota, samar-samar terdengar suara langkah kaki yang berlari dari arah berlawanan.

Akibat jalan yang licin membuat salah seorang di antara keduanya harus jatuh terpeleset.

"Ibu!" Seru yang lebih kecil ketika melihat ibunya jatuh, submisive kecil itu berusaha membantu ibunya berdiri dengan perasaan khawatir sekaligus takut.

Submisive yang lebih tua tersenyum seolah memberitahukan pada putranya bahwa dia baik-baik saja, "Tidak apa-apa, Ibu hanya terpeleset, ayo kita harus segera pergi."

Submisive kecil itu tak lagi bertanya dan hanya mengikuti kemana langkah kaki sang ibu akan membawanya kini. Benar, ini bukan pertama kalinya mereka berpindah-pindah tempat dari satu kota ke kota yang lain, bahkan tak jarang mereka harus tinggal di dalam hutan tanpa penerangan.

Setelah berlari begitu jauh, keduanya berhenti di depan sebuah bangunan sederhana dengan sebuah papan di depan pintu bertuliskan 'panti asuhan'.

Submisive yang lebih tua berjongkok guna mensejajarkan posisinya dengan yang lebih kecil, kedua tangan memegang bahu dan sorot mata menatap putranya dengan teduh. "Renjun, dengarkan ibu baik-baik. Mulai sekarang Renjun akan tinggal di sini, jika Renjun jadi anak yang baik dan menuruti perkataan Ibu, Ibu janji akan menjemput Renjun lagi dan kita akan tinggal bersama seperti dulu." Keputusan yang dia ambil tidak terjadi dalam semalam, submisive bernama Baekhyun itu telah memikirkan masalah ini dengan berbagai risiko serta keamanan yang bisa diberikan untuk sang anak.

Renjun, anak itu tidak mengerti kenapa sang ibu ingin meninggalkannya disini? Apakah dia anak yang merepotkan sehingga sang ibu muak dan ingin berpisah.

"Ibu, apa saya anak yang nakal? Itulah alasan kenapa ibu ingin meninggalkan saya?"

"Tidak!" Timpal Baekhyun seraya menarik putranya dalam dekapan, mata telah basah oleh air mata, "Itu tidak benar, Renjun anak yang baik dan Ibu sangat menyayangi Renjun. Tapi untuk sekarang Renjun harus tinggal disini dulu, hum? Ibu pasti akan menjemput Renjun."

I R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang