5 | Rubah

3K 244 0
                                    

Prak~

Serena membuka pintu rumahnya dengan amarah yang meledak-ledak. Serena meremas-remas rambut pirangnya dengan kekecewaan, kepalanya sudah lelah untuk berpikir. Padahal dia baru saja bermimpi, tapi Semua yang dia rencanakan gagal total karena Vienna.

"APA YANG DIPIKIRKAN ANAK KECIL ITU! TAHU APA DIA SOAL BISNIS? DASAR BOCAH!" pekik Serena diiringi suara pecahan kaca dan barang berjatuhan.

Dari jauh, Grisella hanya menatap Serena dengan getir. Dia ketakutan.

Serena balas menatap Grisella dengan mata yang menyala-nyala. Dia ingin Grisella punya kehidupan yang baik, dia ingin Grisella memiliki jodoh yang baik.

Kalau Serena bisa menikah dengan Marquiss, Grisella akan memiliki latar belakang yang bagus. Suatu hari nanti, Serena bisa menikahkan Grisella dengan bangsawan sekelas Duke atau bahkan pangeran mahkota. Namun rasa kesalnya semakin meningkat, ketika melihat Grisella yang terlihat lemah seperti tikus got yang kelaparan.

"Lihat! Lihatlah! Kenapa kau sama sekali tidak membela aku, atau membujuk Vienna!? Untuk apa aku menyuruhmu dekat dengannya, kalau tidak ada hasil!" amuk Serena. Tubuh Grisella bergetar hebat mendengar suara Serena yang kian mengeras.

Serena benci kehidupan ini. Dia tidak ingin menjadi janda beranak satu hingga akhir hayat, dia juga ingin menghamburkan uang dan dipandang terhormat oleh bangsawan lain. Sudah cukup dia diremehkan oleh mendiang count Slawy karena perjodohan mereka. Serena ingin lepas dari gelar Countess, dia ingin kekayaan, dia ingin berkuasa.

Saking kesalnya, Serena menggenggam serpihan kaca. Telapak tangan Serena mengeluarkan darah, kemudian dia memegang kedua pipi Grisella, putri tunggalnya. Mata Serena sedalam lautan, luas, gelap, serta menghanyutkan Grisella. "Kau harus tahu nak," Serena mengusap bekas darah di pipi Grisella, "kau hanya akan diakui dan menerima kasih sayang jika kau bisa menjadi anak dari Marquiss, kau menginginkannya 'kan?" bujuk Serena. Entah mengapa, seakan terhipnotis, tatapan mata Grisella menjadi kosong.

"Bisakah aku?" tanya Grisella dengan penuh nafsu.

Senyum Serena mengerikan, dia tahu Grisella adalah anaknya. "Tentu, kau bahkan bisa mendapatkan apa yang selama ini kau inginkan," bohong Serena.

"Mama juga tidak akan marah-marah lagi?" harap Grisella.

"PASTI NAK! Aku bahkan bisa berubah menjadi versi mama yang kau inginkan!" seru Serena antusias.

Serena sangat menyukai Grisella, saat-saat dimana Grisella tampak seperti anjing peliharaan yang penurut dan menggemaskan, hingga Serena ingin menghancurkannya berkeping-keping.

Grisella dengan sedikit ukiran bahagia, menelan bulat-bulat apapun yang dikatakan oleh Serena. Karena hanya DIA yang Grisella miliki. Jika Marquiss bisa membuat ibunya tenang dan bahagia, jika Marquiss bisa membuat dia mendapatkan kasih sayang ayah, Grisella akan melakukan apapun itu untuk kebahagiaan.

***

Vienna menatap butik milik Anasthasia dengan sedih. Meskipun dia ingin melanjutkan usaha, tapi dia tidak bisa mengabaikan keberadaan Serena.

Vienna sungguh merasa bersalah kepada Anasthasia. Butik Glory yang sudah beroperasi selama puluhan tahun, di bangun dengan jerih payah, sekarang telah menutup buku harian mereka.

"Bertahanlah sebentar mama, aku tidak akan mengecewakanmu. Aku berjanji," bisik Vienna. Dian akhirnya mengunci pintu butik, dan menyerahkannya pada Dorothy. Setelah pembahasan panjang mereka, Jacob, Dian, dan Feby akan ikut bersama dengan Vienna ke negeri tetangga. Sementara itu, lusa mereka akan membersihkan butik dan menyelesaikan seluruh pemesanan dengan pelanggan yang sudah terlanjur membayar dimuka.

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang