59 | Mata melihat

547 38 0
                                    

"Ada perlu apa, calon Marchioness dan nona Grisella datang ke acara pembukaan butik saya?" sindir Vienna. 

Serena memotong jarak antara mereka, berdiri tepat di hadapan Vienna. Serena tertarik dengan sikap Vienna, jelas-jelas dia memberi penolakan atas kehadiran Serena, tapi Vienna malah menyapa Serena dan Grisella dengan cukup sopan.

"Oh, sebagai calon ibumu, sudah seharusnya aku berkunjung ke pembukaan butik ini," Serena menarik paksa pinggang Vienna, kemudian memeluk Vienna untuk membalas perlakuan Vienna dulu, ketika Vienna memutuskan untuk menutup butik Gloria.

Serena curiga, beberapa hari terakhir dia baru menyadari sihir pelacak yang dia tempel pada Vienna tidak bekerja lagi. Padahal sebelumnya lancar-lancar saja. Serena berasumsi Vienna telah mengetahui sihir tersebut. Entah bagaimana, tapi Serena perlu mendisiplinkan Vienna. Serena harus memastikan semua rencananya berjalan dengan sempurna. 

"Aku sedang mencari gaun untuk Grisella, beberapa gaunnya sudah tidak layak dipakai, jadi sekalian saja mampir kesini." Vienna memirik Grisella yang bersembunyi di balik tubuh Serena. Grisella benar-benar tidak ingin menunjukkan wajahnya di hadapan Vienna. 

"Aku bisa mengirimkan sampel gaunnya ke mansion, lagi pula kita 'kan satu atap. Kalian tidak perlu repot-repot datang ke toko kecilku ini." Dengan sangat jelas, Vienna mengusir Serena dan Grisella dari butiknya. Vienna tidak mau butiknya tercemar oleh Serena, apalagi setelah dia tahu Serena menguasai ilmu sihir. Vienna semakin tidak ingin mereka hadir di butik. Karena butik itu juga bagian dari keegoisan Vienna, untuk mengenang Anasthasia yang telah dibunuh oleh Serena. "Ayo kita kembali ke atas, sepertinya aku telah menentukan pilihanku." Sephia yang menyadari Vienna yang murung ingin mengganti suasana butik. Salah Sephia juga, karena memancing perdebatan. Sephia hanya ingin berteman baik dengan Vienna, dan Vienna berterima kasih berkat ketulusan Sephia. 

Namun, seorang pegawai butik dari luar masuk tergesa-gesa untuk menemui Vienna. "hah..., nona..., nona..., butik gloria," pegawai itu kesulitan berbicara karena kelelahan berlari. 

"Pelan-pelan saja, ada apa?" Vienna melirik senyum licik Serena dari sudut matanya. Perasaan Vienna tidak nyaman ketika pegawai tadi menyebutkan butik Gloria. "Tempat butik gloria, tempat itu akan dijadikan toko bunga dan tuan Marquiss sudah merombak toko secara besar-besaran." Vienna menggertak gigi, rasa kecewanya semakin besar terhadap Xander. Butik Gloria adalah segala bentuk hidup Anasthasia. Vienna tidak masalah Xander melarangnya membuka butik baru, dia juga tidak menolak ketika Xander tidak ingin berinvestasi untuk toko butik, tapi mengubah seluruh bentuk tempat butik Gloria? Vienna tidak lagi merasa kecewa. Perasaannya lebih dari pada itu. Vienna telah kehilangan segala-galanya. 

Kalau begini, bukankah sama saja dengan mati? 

Vienna memandang Serena dengan geram. Sementara Serena tampak tak peduli.

Grisella yang juga mendengarkan informasi tersebut merasa bingung. Dia tidak pernah ingin memperbesar bisnisnya, Grisella juga tidak meminta apa-apa pada Marquiss. Bagaimanapun, Grisella juga punya kenangan indah di butik Gloria. Grisella tidak ingin tempat satu-satunya untuk mengenang hari-hari bahagia dulu, menghilang. "Mama, kenapa membuka toko bunga lagi? Aku tidak memintanya dan tempatnya kenapa harus di toko bekas butik Gloria?" Serena mengelus pucuk kepala Grisella. 

"Meskipun kau tidak meminta, tapi Marquiss sangat menyayangimu sama seperti putrinya. Tempat itu strategis dan tidak digunakan juga, bukankah akan lebih baik dijadikan toko bunga? Berkat bisnis kamu, Marquiss bisa menolong beberapa keluarga di wilayah Drussel karena mereka mulai menanam bibit bunga sebagai peralihan profesi. Tidak seperti seseorang yang meninggalkan keluarganya untuk membuka bisnis secara mandiri." Vienna mengerutkan dahi, jelas-jelas Xander yang tidak ingin berinvestasi ke butik Elisa. Vienna juga tidak pernah meninggalkan Drussel. Serena sungguh penipu yang licik. 

Orang-orang di dalam butik mulai bingung dengan apa yang terjadi, beberapa dari mereka yang sebelumnya mendukung Vienna jadi ragu untuk memihak. Vienna tentu tidak tinggal diam, "Sepertinya kau lupa, Dia yang tidak ingin berinvestasi ke butik." tekan Vienna.

"Jelas tuan Marquiss tidak ingin berinvestasi ke butik, karena kau tidak ingin menggunakan bahan baku yang disediakan oleh rakyat di wilayah Drussel. Hanya karena kau telah belajar jauh di Baratheon, kau jadi menolak gagasan tersebut karena merasa bahan baku dari luar kerajaan lebih bagus dari milik mereka." Serena jelas sedang mengarang cerita. Vienna tidak pernah mendengar gagasan seperti itu dan kejadian yang dikatakan Serena tidak pernah terjadi!

"Jangan berbohong, kau sendiri tahu apa yang sebenarnya terjadi." Vienna menatap Serena dengan tajam. Dagunya naik dan raut wajahnya dingin. Serena sendiri menyadari, Vienna semakin hari, semakin pintar menanggapi Serena. Namun Serena tidak kehabisan akal, karena sedetik kemudian asap hitam dari iblis Kaligor menyelimuti tubuh Serena. 

Orang-orang tidak bisa melihat kemunculan Kaligor, tapi berbeda dengan Vienna. Nathaniel dengan sengaja membuka mata batin Vienna agar bisa melihat sihir hitam yang sering digunakan oleh Serena. Kaligor adalah perawakan iblis yang sangat mengerikan. Saat pertama kali melihat wujud asli Kaligor, Vienna tersentak dalam hati. Ia hampir saja lupa untuk berpura-pura tenang, agar Serena tidak mencurigainya. 

Kaligor membacakan sebuah mantra lalu ruangan butik mulai dipenuhi asal merah bercampur hitam. Vienna bisa merasakan atmosfer di dalam butik menjadi berat. Tentu saja, sihir Kaligor tidak sampai pada Vienna dan orang-orang yang dekat dengannya, termasuk Sephia. Mereka terlindungi berkat kantong ajaib dari Nathaniel. Namun kemudian, orang-orang yang tadinya mendukung Vienna, dalam sekejap berganti haluan. Mereka tidak lagi memihak Vienna. 

Meskipun Sephia tidak bisa melihat dan merasakan sihir dari Serena, tapi dia menyadari kejanggalan yang tiba-tiba itu. "Aku mengerti, saat ini orang-orang berpikir akulah yang jahat karena akan menikahi suami dari sahabatku, tapi itu semua kulakukan untuk sahabatku juga. Dia pasti tidak ingin melihat keluarganya berlarut-larut dalam kesedihan. Aku bisa mengerti kenapa Vienna belum bisa menerimaku sepenuhnya sebagai ibu sambung. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sahabat, ibu, dan istri yang baik." Vienna benar-benar ingin mencekik Serena. Kali ini Vienna enggan menghadapi Serena, dia tidak ingin bermain-main lagi. Vienna sudah lelah mengikuti permainan Serena. Jadi dia hanya tersenyum miring, memperlihatkan senyum remehnya pada Serena. 

"Semoga impianmu terwujud." Bisik Vienna tepat di telinga Serena. Vienna dan Sephia hendak melenggang pergi, meninggalkan Serena yang termenung sesaat. Emosi Serena membara, dia tidak bisa menerima Vienna yang menganggapnya remeh. Serena yang berhak memandang remeh Vienna, begitulah yang seharusnya. 

"Karena aku ingin menjalin hubungan baru sebagai ibu sambungmu, bagaimana jika aku menyerahkan desain gaun pengantinku padamu?" Bagi Vienna, hal tersebut sangat mustahil. Vienna belum pernah membuat gaun pengantin. Jika Vienna menolak tawaran Serena, hal tersebut akan membenarkan perkataan mereka tentang Vienna yang egois. Namun jika Vienna menerima tawaran tersebut, dan hasilnya buruk, mereka akan mengatakan Vienna tidak tulus. 

"Kamu..., tidak mungkin menolak 'kan?" Senyum kemenangan terpatri pada wajah Serena. 

"Tidak masalah. Aku akan membuatkanmu gaun terindah, yang tidak akan pernah di miliki oleh siapapun." ucap Vienna teguh.

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang