21 | Cukup Satu Orang

1.2K 94 0
                                    

Suara pintu tertutup tidak mengganggu Timothy dari kegiatannya menulis surat. Dia pikir itu Nathaniel, "Nathan, tolong ambilkan tinta pulpen," jadi dia memerintah tanpa tahu siapa yang ada di hadapannya.

Vienna lantas mencari tinta itu dan memberikannya pada Timothy. Sadar bahwa orang itu bukan Nathaniel, membuat Timothy terkejut dan hampir menarik belati dari balik pakaian yang dia kenakan.

"Vienna?" wajah Vienna pucat saat sadar, Timothy hampir saja melayangkan belati tepat ke jantung nya. Entah mengapa Vienna teringat reaksi seperti ini sering terjadi kepada Forren, dulu saat dia baru saja menjadi prajurit Elang.

Penampilan Timothy lebih mengerikan dari yang dia bayangkan. Berat badan Timothy sedikit berkurang terlihat dari wajahnya yang tirus. Terdapat beberapa bekas luka di daerah lengan Timothy serta kecemasan yang berlebihan.

Dulu saja, Vienna takut dengan Timothy, jika pria itu hanya diam menatap. Sekarang mata Timothy lebih tajam, mirip seperti burung pemangsa yang sip mengoyak daging dalam sekejap.

Timothy duduk dengan pasrah sambil memegang kepalanya yang sakit, "ah..., Aku memang sudah gila, maaf." Dia merasa bersalah karena hampir saja membunuh Vienna.

Apa semua gejala mereka sama pasca perang? Tapi tuan penyihir bahkan tampak lebih sehat darinya.

Vienna mengerti mengapa Timothy bertindak sangat waspada, apalagi baru sebentar sejak dia pulang dari perang. Forren juga sering bertingkah sama, jika dia pulang dari perang.

"Bagaimana kamu bisa masuk, Vienna?" tanya Timothy dengan suara parau.

Vienna menunjuk pintu, "aku tidak sengaja bertemu tuan penyihir saat beristirahat, lalu dia mendorongku kesini," jelasnya.

Kepala Timothy mungkin akan pecah dengan tindakan-tindakan aneh dari Nathaniel. Sejak Nathaniel membawa Vienna ke medan perang, tidak ada satu hari pun terlewat baginya untuk berbicara tentang Vienna.

Yang lebih aneh, Timothy justru terhibur dan lebih tenang jika topik pembicaraan mereka tetang Vienna selama di peperangan. Terkadang dia berpikir Nathaniel sedang mencoba mencuci otaknya, dan ajaib. Nathaniel berhasil melakukannya.

Tetapi bukan berarti Timothy memiliki perasaan tertentu untuk Vienna. Atau begitu yang dia pikirkan.

"Hah..., sepertinya dia juga sudah gila," kesal Timothy.

Vienna melihat-lihat ruangan Timothy, ini pertama kalinya dia melihat tempat seperti itu. Ada rak buku yang banyak, lalu meja dan tempat duduk. Tidak jauh berbeda dari tempat kerja milik ayahnya di Drugsentham.

Namun kemudian dia kembali terfokus kepada Timothy, karena pria itu tampak melanjutkan kegiatan menulis dengan kantung mata yang menghitam. Vienna merasa kehadirannya tidak perlu, jadi dia hendak berpamitan.

"Apakah aku mengganggu waktumu Yang Mulia? Akan lebih baik jika aku undur diri." Vienna membungkuk, dia memberi salam formal sebelum pergi keluar ruangan.

"Aku tidak terlalu sibuk. Apakah hanya itu alasanmu datang kesini?" Vienna menatap Timothy keheranan, padahal jelas Timothy terlihat sibuk menulis diantara tumpukan.

Sedetik kemudian, Vienna menarik kedua ujung bibirnya, "kalau maukah Yang Mulia berjalan-jalan dengan saya?"

***

Vienna tidak tahu apakah cara seperti ini ampuh pada Timothy. Terakhir kali Vienna melakukan hal ini untuk Forren, karena kasus yang sama.

Depresi bukan hal yang bisa di sepelekan. Kebanyakan merasa mereka akan segera sembuh jika mengurung diri di rumah tertutup namun justru tindakan itu membuat depresi mereka lebih parah.

Vienna yakin Timothy bertingkah mirip seperti Forren, jadi mungkin cara yang sama akan berhasil.

"Vienna, kau berjalan sangat cepat," keluh Timothy. Mereka berjalan mengelilingi istana, tentu saja hanya sampai batas dimana Vienna di izinkan untuk berkunjung. Saat ini mereka berada di pinggir danau dengan hamparan padang rumput yang indah.

Vienna tertawa ketika mendapati Timothy berjalan lunglai karena kelelahan. "Ayolah Yang Mulai, aku bahkan pernah melihat anda melompati pagar tinggi." Terkesan mengejek dan tidak sopan, namun justru membuat Timothy ingin segera berlari. Sayangnya dia merasa lebih tua lima tahun dan seluruh badannya terasa remuk.

Timothy tidak tahu kenapa dia menuruti keinginan Vienna, kalau itu gadis lain. Timothy pasti langsung melayangkan kalimat yang dingin hingga gadis itu menangis atau bergetar ketakutan.

Vienna membuka sepatunya, kemudian menginjak rumput di pinggir danau dengan girang. Tanpa sadar, dia menarik Timothy untuk ikut bersamanya agar menikmati rumput hijau menggelitik di telapak kaki.

Akan tetapi Vienna memaksa dan akhirnya Timothy mengalah. Rumput di sekitar danau tanahnya sedikit licin, ketika Timothy melepas sepatu dan menginjaknya dengan kaki kosong, rasanya sedikit aneh.

Tiba-tiba saja Vienna terjatuh akibat rumput yang licin, seketika membuat gaun yang dia kenakan kotor akibat lumpur. Timothy mencoba menyelamatkan namun dia terlambat.Timothy pikir Vienna mungkin akan merenggut dan suasana hatinya memburuk, namun gadis itu malah tertawa lepas.

Tawa itu menular, seperti virus. Menjalar bagai rumput liar yang melilit. Padahal sepanjang perjalanan Timothy enggan dan malas, namun hanya dengan tawa Vienna. Beban dan depresi yang dialami oleh Timothy menguap secepat kilat. Entah sejak kapan, tapi Timothy selalu merasa bisa menjadi lebih tenang jika berhadapan dengan Vienna.

Dia pikir mungkin mereka terikat karena itu, tapi yang dia rasakan berbeda.

Detik ini, Timothy sadar Vienna memiliki tempat spesial di hatinya. Namun dia ingin menyangkal bahwa perasaan itu bukanlah cinta.

Itu hal yang lain. Mungkin perasaan kasihan, Timothy ingin percaya perasaan seperti itu yang dia miliki.

"Sebenarnya apa yang membuatmu membawaku ke sini?" tanya Timothy yang kemudian ikut duduk di pinggir danau di sebelah Vienna. Mereka sama sama melihat langit biru yang cerah, musim semi hampir selesai.

Masih dengan senyuman indah yang terpatri di wajah, Vienna menggenggam kedua tangan Timothy tanpa sungkan. Matanya terkunci menatap Timothy.

"Yang Mulia, tangan ini mungkin sudah mengambil nyawa yang sangat banyak namun aku ingin kamu tidak berpikir seperti itu. Karena dengan kedua tangan ini jugalah, kamu berhasil menyelamatkan ribuan orang.  Kakakku, dia juga selalu merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan di medan perang, kalian mirip. Karena itu, tolong jangan menyiksa diri kalian sendiri. Itu akan membuat orang lain terluka, karena mereka merasa bersyukur, kalian masih hidup." Vienna memang tidak pintar merangkai kata-kata yang indah, tapi dia ingin Timothy tahu (begitu pula Forren), bahwa masih banyak orang yang bersyukur karena mereka masih hidup.

Timothy mengerti dan ia bersyukur bisa bertemu dengan Vienna.

Vienna benar-benar tahu cara untuk membuatnya bebas dari sangkar burung. Perang memang seburuk itu. Tetapi masih ada orang-orang yang berbahagai, karena orang yang mereka kasihi masih hidup. Tangis untuk orang yang hilang perlahan akan berganti menjadi ketabahan dan rasa syukur.

Baik Timothy maupun Forren, dosa mereka mungkin tidak akan pernah bisa dibayar. Namun setidaknya, mereka telah melakukan apa yang mereka anggap benar.

Timothy sadar, bertemu dengan Vienna memang pilihan yang tepat. Ujung bibirnya membentuk bulan sabit yang indah, ketika itu Vienna juga terpana dengan paras Timothy. Entah gagasan dari mana, wajah Vienna sedikit memerah karena Timothy.

Mereka masih saling berpegangan tangan untuk waktu yang lama. Tidak ada yang berniat melepas.

"Terimakasih." Satu kata yang sangat jarang Timothy katakan, bahkan kepada para menteri yang bekerja untuknya.

Jika dunia membenci Timothy, atau menjadikan ia sebagai orang terburuk di seluruh belahan bumi. Timothy tidak akan keberatan, asalkan ada satu orang saja. Seseorang yang percaya kepadanya, seperti yang dilakukan oleh Vienna atau, justru orang yang diharapkan oleh Timothy memanglah Vienna.

Dari jauh, seorang wanita memandang kebersamaan Timothy dan Vienna, lantas tersenyum miring. "Baginda Ratu, apakah anda tidak akan menemui putra mahkota?" tanya seorang pelayan padanya.

"Tidak perlu, sepertinya gadis itu sudah menyelesaikan masalah anakku. Mari, kita kembali."

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang