30 | Belajar Hal Baru

951 79 0
                                    

Vienna menatap kepergian kereta kuda yang ditumpangi Serena dengan penuh kebahagiaan. Pertama kalinya dia berhasil mengusir seseorang dari mansion. Serena berhasil dia usir dengan mulus.

Vienna kembali masuk ke dalam mansion dengan suasana hati yang baik, bahkan bersenandung di sepanjang lorong menuju kamarnya.

Usaha yang dia rencanakan tidak sia-sia, Vienna bisa membayangkan Serena yang jengkel di sepanjang perjalanan pulang karena kalah beradu mulut.

Ketika Vienna tiba di kamar, dia menutup pintu dan langsung melompat ke kasur. Vienna tidak pernah memiliki rasa menyenangkan seperti ini sebelumnya.

Vienna yang dulu akan menuruti semua perkataan Serena, karena dia menganggap Serena benar dan tidak mungkin berlaku jahat kepadanya. Vienna sangat puas dengan langkah pertamanya untuk menguak kebusukan Serena.

Meskipun Vienna juga tahu, kelicikan mulai tumbuh di dalam dirinya. Kelicikan dan kenakalan yang belum pernah dia lakukan.

"Kita lihat apa yang akan kau rencanakan," ujung mata Vienna melirik surat balasan putri Sephia berada di atas meja kerja.

Itu adalah surat balasan setelah Vienna beberapa kali saling bertukar pesan dengan putri Sephia, putri kerajaan Drugsentham.

Secara garis keturunan, Grand Duke Ellington merupakan adik kandung dari raja Dominic.

Karena itu Sephia menerima gelar sebagai 'putri kerajaan' meski berasal dari keluarga Grand Duke. Sephia sangat berpengaruh, karena dia terkenal suka berbicara dan mengoleksi barang berharga dengan nominal diluar batas nalar. Sephia adalah trendsetter diantara para bangsawan Wanita. Semua orang rela menjilat padanya.

***

Vienna turun dari kereta kuda dengan anggun. Semua perhatian tertuju pada Vienna. Bagaimana tidak, dia mengenakan gaun merah muda yang sangat menawan dengan renda salur memamerkan keindahan tulang selangka Vienna yang terbuka. Rambut merahnya ditaburi oleh mutiara membuat penampilan Vienna semakin memukau. 

"Hormat saya kepada Matahari yang menyinari Drugsentham, Yang Mulia putri Sephia." Vienna menunduk hormat, bibirnya membentuk bulan sabit yang indah saat bertatap mata dengan Sephia. Sementara tamu yang lain mulai memuji di dalam hati mereka.

Vienna memang sangat jarang menghadiri pesta minum teh di taman, sebagian bangsawan wanita yang hadir bahkan tidak mengenal Vienna. Wajar jika mereka mengira Vienna adalah bangsawan sombong dan jelek.

Sephia menggenggam lembut tangan Vienna, "terimakasih karena mau menghadiri pesta minum tehku," ucap Sephia akrab.

"Tentu saja putri, terimakasih juga karena mengundang saya ke acara anda. " Vienna bahagia, ini pertama kalinya dia menghabiskan waktu bersama gadis-gadis yang seumuran. 

Sephia tampak sama menawannya dengan Vienna. Rambut perak dengan mata violet, gaun berwarna kuning dan pita. Kecantikan Sephia pantas untuk diberikan gelar putri kerajaan. Setiap gerakan Sephia terlihat lemah gemulai, tenang seperti bunga dandelion yang tertiup angin lembut. 

"Mari nona-nona semuanya, kita akan pergi ke taman mawar milikku." Sephia memimpin jalan, lalu mereka semua tiba di taman mawar putih yang bungannya sedang mekar. "Untungnya, bunga mawar telah memasuki masa mekar, kuharap kalian semua menyukainya."

Meja cantik berbentuk oval sudah tersedia di tengah taman dengan berbagai hidangan kue manis. Para pelayan mempersilahkan mereka duduk, dan menyeduh teh camelia ke cangkir. Aroma bunga camelia yang manis menyeruak ke dalam indera penciuman, bercampur dengan aroma mawar yang mekar. 

"Ini teh yang menenangkan putri," Vienna tahu teh camelia terkenal dengan efeknya yang menenangkan. 

"Tampaknya nona Vienna tahu banyak soal teh." Sephia tersenyum lembut. Sementara gadis-gadis yang lain mulai membuka topik pembicaraan yang sedang hangat di kalangan bangsawan. Tentang novel romantis, pria idaman, dan gaya berpakaian. Vienna hanya sibuk menyesap teh, sejujurnya dia tidak tahu cara yang baik untuk bergabung ke dalam topik. 

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang