38 | Berapa Bayaran nya?

802 58 0
                                    

Vienna duduk pada sofa kotor yang ada di ruangan gelap itu. Sebenarnya dia sedang bingung, tetapi Vienna mencoba untuk memikirkan hal-hal yang baik saja. Tidak lama kemudian, seorang pria yang kira-kira berumur tiga puluh tahun masuk ke dalam ruangan itu, sambil membawa beberapa lembar kertas. Penampilannya sedikit berbeda dan tidak menyeramkan seperti para pengunjung yang ada di bar. Pria itu kelihatan lebih rapi dengan setelan semi-formal dan sepatu kulit yang bersih. 

"Selamat siang nona Vienna Drussel. Perkenalkan, saya Martin yang akan melayani anda di sini." Martin duduk tepat di samping Vienna sambil tersenyum hangat. 

Aku tidak tahu kenapa, tapi dia tampak lebih berbahaya meskipun tampilan luarnya tidak menyeramkan. Rasanya Vienna ingin menangis saat melihat Martin terus tersenyum hangat tanpa berniat segera membuka topik pembicaraan mereka. 

Martin mendekatkan tubuhnya pada Vienna.

"Anda ini...," 

"menyedihkan yah." Vienna menelan ludah saat Martin berkata seperti itu. Vienna tidak mengerti mengapa Martin menyebutnya 'menyedihkan'. Namun, Vienna sadar harus menjaga setiap kalimat yang dia ucapkan jika sudah berurusan dengan Martin. 

"Jadi, apa alasan anda ingin menggunakan jasa kami?" Martin tidak ingin berbasa-basi. 

"Aku ingin mendapatkan seluruh informasi tentang Serena Darlan Letitia." Martin mengangguk, menarik selembar kertas dan memberikannya kepada Vienna.

"Apa informasi ini cukup untukmu, nona?" Martin mengulurkan selembar kertas itu dan Vienna mengambilnya. Vienna membaca setiap kalimat yang tertulis di kertas yang berjudul 'Serena Darlan Letitia'.

Mata Vienna berhenti bergerak ketika membaca informasi yang terasa aneh baginya.

'Tuan Slawy, suami dari Serena yang saat itu masih menjadi countess, di temukan meninggal secara misterius di rumahnya sendiri. Pengadilan menghadirkan Serena dan Grisella yang masih kecil sebagai saksi sekaligus tersangka dalam kasus pembunuhan sang Count. Karena Grisella terlalu kecil untuk menjadi saksi, maka seluruh hak berbicara diberikan kepada Serena. Selama berjalannya pengadilan, terkuak fakta bahwa Serena dan Grisella sering di Aniaya oleh Count Slawy. Beberapa bulan kemudian, kasus meninggalnya Count Slawy ditutup dengan keputusan hakim yang mengatakan bahwa Count Slawy meninggal akibat keracunan alkohol.'

Vienna yakin, saat kecil Grisella pernah mengatakan bahkan Count Slawy tidak suka meminum alkohol tetapi dia memang terkenal sering melakukan kekerasan sengaja kepada istri (Serena) dan anaknya (Grisella).

Lalu bagaimana caranya Count Slawy bisa meninggal karena keracunan alkohol? Apalagi selama ini Vienna mengira count Slawy meninggal karena kecelakaan. Sayangnya informasi itu sama sekali tidak menjelaskan kondisi mayat Count.

"Mayat Count ditemukan mati mengenaskan di dapur kediaman Slawy. Kulitnya sudah memutih dan mulutnya menganga ketakutan. Berat badan count juga berkurang drastis dibandingkan saat ia masih hidup. Banyak yang percaya bahwa mayat Count sudah membusuk berhari-hari melihat kondisinya, tetapi Count masih berkegiatan seperti biasa sehari sebelum dia di temukan tewas," Martin mengerti raut wajah Vienna.

Ada terlalu banyak pertanyaan yang muncul di kepala Vienna. Mungkin saja orang dewasa merahasiakan hal ini saat Vienna dan Grisella masih kecil. Akan tetapi, berita tentang kematian Count Slawy benar-benar diberitahukan karena dia mengalami kecelakaan. Vienna bahkan pernah membaca koran tentang Count Slawy yang disimpan oleh Anasthasia.

"Sebenarnya ada terlalu banyak informasi mengenai Serena, jika anda ingin lebih, tetapi kami juga butuh bayaran yang setimpal." Vienna meletakkan kertas informasi tersebut di atas meja, melirik Martin dengan wajah yang tegang.

Dia tidak tahu informasi seperti apa yang akan dia dapatkan di kemudian hari, tetapi Vienna membutuhkannya. Tanpa rasa ragu, Vienna merogoh sakunya dan mengeluarkan satu kantong penuh koin emas, "apa itu cukup?" tanya Vienna.

Sambil merapikan helai rambut  yang jatuh, "tentu lebih dari cukup nona," Martin memandang uang itu. Namun, saat Martin hendak mengambil, Vienna menambahkan nya menjadi tiga kantong emas. Dahi Martin berkerut menatap lekat Vienna.

"Pastikan kau juga mencari tahu siapa saja yang berhubungan dengannya. Aku juga ingin informasi tentang Grisella Ophelia Slawy." Senyum miring menghiasi wajah rupawan Martin, dia cukup tertarik dengan permintaan Vienna.

"Baiklah, sesuai dengan permintaan anda nona. Namun, di masa depan anda tidak perlu lagi datang ke tempat kumuh seperti ini. Kami akan memberikan laporan secara berkala kepada anda, karena kami juga sedikit merasa terancam bila terlalu banyak orang yang mengetahui markas kami seperti ini." Vienna mengangguk paham dan segera meninggalkan ruangan itu.

***

Dorothy duduk diam di tangga, masih menunggu Vienna keluar dari distrik Nove. Vienna sudah berada disana selama tiga jam, dan tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan segera kembali. Padahal hari semakin gelap, Dorothy menjadi semakin khawatir dengan keadaan Vienna. Dia jadi menyesal karena telah membiarkan Vienna pergi seorang diri ke dalam sana, seharusnya Dorothy ikut saja tadi. 

Dorothy segera berdiri ketika mendengar suara pintu terbuka. Benar saja, Vienna keluar dari pintu tua itu dengan gaun yang di penuhi noda lumpur. Wajah Vienna juga pucat dan penuh dengan keringat dingin. "Nona! Astaga, apa anda baik-baik saja?" Dorothy segera membantu Vienna untuk berjalan keluar. 

Vienna duduk di anak tangga sambil mengambil nafas panjang. Akhirnya dia bisa menghirup udara segar setelah keluar dari Nove. Vienna bahkan berpikir hampir tidak mungkin ada orang yang bisa bertahan hidup di Nove. Namun, kenyataan berkata lain. "Aku baik-baik saja, beri aku ruang untuk bernafas, disana sungguh sesak dan panas. Aku mungkin akan mati jika berada disana lebih lama lagi," keluh Vienna menggeser Dorothy yang menghalangi pandangannya. 

"Sudah saya katakan kepada anda. Lihat! Anda bahkan sangat kotor nona!" Dorothy duduk di samping Vienna, mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan lumpur yang terdapat pada wajah Vienna. Dorothy tidak akan pernah membiarkan Vienna datang ke tempat seperti Nove lagi, dia mungkin akan segera masuk ke Nove jika Vienna tidak kunjung keluar dari sana. 

"Sudahlah, ayo kita pulang," ajak Vienna. Namun, Dorothy segera mencegat Vienna. 

"DENGAN KEADAAN NONA YANG SEPERTI INI? APA ANDA INGIN SAYA MATI DI TANGAN YANG MULIA MARQUISS DAN JUGA TUAN MUDA!?" Dorothy histeris melihat Vienna hendak naik ke kereta kuda dengan gaun kotor. Rambut merah milik Vienna saja sudah berubah menjadi cokelat saking banyaknya lumpur dan lumut (?) yang menempel. 

Vienna juga baru menyadari bau badannya yang persis seperti saluran pembuangan. "Huek..., kau benar, lalu apa yang harus kita lakukan?" Jika Vienna pulang dengan keadaan mengerikan, pasti Xander dan Forren akan curiga. Vienna dan Dorothy kembali duduk di anak tangga dengan kebingungan. Jika Vienna tidak segera pulang, Forren pasti akan mencari keberadaan mereka karena langit sudah gelap. 

Sepertinya bukan hanya Dorothy yang akan kehilangan nyawa, tapi juga Vienna. Mereka berdua kembali duduk di anak tangga, sambil berpikir cara terbaik agar mereka bisa cepat pulang. 

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang