25 | Bunga

1K 75 0
                                    

Dugaan Vienna tidak meleset, semua berjalan persis seperti kehidupan pertamanya.

Serena masuk ke dalam tatanan sekretariat Drussel, mengambil hati Xander, kemudian tidak lama setelah itu ia menikah dengan Xander. Tidak ada hal baru sehingga membuat Vienna cukup terkesan dengan rangkaian peristiwa yang konsisten. Mungkin beberapa sedikit berbeda, namun tetap pada tempatnya.

Vienna tentu tidak akan tertipu seperti sebelumnya. empat bulan dari sekarang, sebelum memasuki musim semi. Vienna harus bisa membuat Serena melepas topeng dengan tangannya sendiri. Dibandingkan itu Vienna juga bertanya-tanya, apakah Grisella turut ambil peran dalam kematiannya?

Vienna yakin Grisella bukan orang yang bisa memainkan peran dengan muka dua. Sampai akhir hayat, Grisella tidak sedikitpun berbuat jahat pada Vienna. Meskipun tampaknya Vienna yakin, Grisella memang memiliki perasaan khusus untuk Duke Owen.

Mereka sudah berteman sejak kecil dan Grisella tidak pernah terlihat palsu. Vienna ingin menyangkal bahwa Grisella mungkin jahat, karena mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama.

Tetapi bukankah itu yang terjadi pada ibunya (Athanasia) dan Serena? Hubungan yang dianggap teman dekat ternyata menusuk dari belakang.

Siapa sangka Serena menggunakan Grisella sebagai alat untuk membuat hati Xander luluh. Vienna mengerti alasan Serena menggunakan Grisella, tapi rasanya terlalu munafik jika Vienna masih bersikukuh kalau Grisella tidak terlibat.

Bisnis yang sebelumnya dibahas oleh Serena di ruangan Xander, adalah toko bunga yang saat ini dikelola oleh Grisella. Vienna tidak tahu pasti dari mana asal mula gagasan tersebut menjadi nyata, apalagi toko bunga Grisella sudah beroperasi selama tiga bulan terakhir.

Vienna tidak pernah melihat Xander menyetujui proposal bisnis dengan cara seperti ini. Apalagi menjadi satu-satunya investor pada toko bunga. Vienna tidak akan berkata buruk soal toko bunga, karena Grisella memang terampil soal tumbuhan.

Tapi terlalu banyak resiko toko bunga, dibandingkan bisnis-bisnis yang selama ini memerlukan waktu setidaknya setengah tahun untuk bisa mendapat suntikan dana dari Drussel.

Tentu bisnis menghasilkan keuntungan juga, tapi dengan watak Xander yang Vienna kenal sedari kecil, bahkan sekalipun toko bunga itu dikelola oleh Forren. Xander pasti akan memikirkannya berulang kali.

Cepat atau lambat, Grisella memang akan membuka toko bunga. Di kehidupan lalu, Grisella membuka toko setelah Xander dan Serena menikah. Itu wajar sebab Serena lebih dulu menyuruh Grisella membantu pekerjaan di butik. Dulu butik belum ditutup. Tidak ada variabel baru dalam tatanan waktu, jadi Vienna tidak ingin khawatir sebelum perang memanas.

Karena sudah terlanjur dibuka,  Vienna tiba bisa menolak untuk mengunjungi Grisella, melihat kondisi toko bunga itu. Ketika kereta kuda berhenti tepat di depan toko, Vienna dan Dorothy keluar dan segera takjub melihat toko bunga tersebut.

Terlalu mewah untuk di katakan sebagai toko bunga!

Bahkan orang yang memiliki pengelihatan buruk pasti bisa menemukan toko bunga milik Grisella dalam sekejap mata. Tokonya tampak mencolok dengan warna kuning terang serta papan nama yang norak.

Ada beberapa bunga musim panas yang di pajang di luar toko dengan harga murah. Mungkin untuk target pasar menengah kebawah.

Lonceng berbunyi nyaring ketika Vienna masuk kedalam ruangan, dan udara dingin segera menyambar kulit Vienna. Berbeda dengan luar toko, bunga yang di pajang dalam lemari pendingin adalah bunga yang segar.

Mata Grisella membulat sempurna ketika mendapati Vienna ada di dalam tokonya. Grisella segera membuka sarung tangan dan celemek yang dia gunakan, kemudian memeluk Vienna dengan hangat. "Ini kau, lama tidak melihatmu," ucap Grisella beradu rindu.

Vienna menepuk lembut bagian belakang Grisella, "aku juga, lama tidak melihat dirimu."

Grisella telah tumbuh sedikit lebih tinggi dari Vienna, dia juga tampak menawan dengan rambut pirang gelap dan mata biru seperti safir. Gadis itu tampak lebih anggun dari terakhir kali mereka bertemu, karena itu Vienna merasa sedikit iri meski dia segera menepis perasaan itu.

"Maukah kau meminum teh bersamaku di seberang toko?" tawar Grisella padanya. Vienna tidak akan menolak karena dia memang berniat berbincang dengan Grisella. "Ya, aku mau. Tapi bagaimana dengan tokomu?"

"Kamu tidak perlu khawatir, aku memiliki tiga orang pegawai disini." Ketika Grisella memanggil, seorang anak gadis keluar dari pintu bagian dapur toko, sambil membawa sebuket bunga Lily of the Valley yang telah selesai di rancang.

Bunga Lily jenis itu harganya tidak murah, bahkan bangsawan sekelas Baron masih berpikir dua kali sebelum mengeluar uang mereka dari dompet.

Setelah Vienna memberi perhatian pada toko bunga, ternyata ada banyak bunga jenis mahal yang terpajang di dalam mesin pendingin. Beberapa bahkan terlihat langka, para bangsawan pun tidak bisa menemukan bunga itu di toko yang lain.

Bukan karena toko lain tidak mampu membeli jenis bunga tersebut, tetapi merawat mereka lebih sulit dibandingkan membeli. Biasanya bunga-bunga langka akan dimasukkan kedalam pesan tunggu karena toko tidak berani membeli mereka jika tidak ada orang yang meminta.

Sekarang dia cukup mengerti mengapa Ayahnya (Xander) mau menyuntikkan dana. Toko itu terlihat memiliki potensi.

***

"Bagaimana selama berada disana? Sepertinya kau tampak lebih baik semenjak kita tidak bertemu." Grisella tampak senang menghabiskan waktu bersama Vienna.

"Yah ada banyak hal indah disana. Sepertinya kau juga cukup baik, sulit bukan menjalankan sebuah bisnis?" Vienna menyesap teh mawar sembari melirik Grisella dari balik gelas.

Grisella tersenyum lebar, sangat polos dan murni hingga Vienna bingung apakah itu asli atau palsu. "Yah, luar biasa! Kau tahu aku belajar tentang akuntansi karena keinginan ibuku, tapi sepertinya dia mendukung bakatku dan mengajukan proposal kepada tuan Marquiss. Aku sangat bersyukur kau tetap menolongku bahkan ketika kau jauh dari Drugsentham." Vienna mengernyit saat mendengar ucapan Grisella.

Dia merasa tidak pernah memberikan dukungan apapun kepada Grisella mengenai toko, dia juga tidak tahu kabar Grisella selama di Baratheon. "Oh iya? Apa aku pernah melakukannya? Aku lupa," pancing Vienna berharap Grisella berbicara lebih banyak.

Kedua pipi Grisella sedikit memerah dengan mata yang malu-malu, "yah, ibuku mengatakan awalnya tuan Marquiss tidak tertarik. Tetapi kau mengerikan surat tuan, jadi dia menyetujuinya."

Vienna tersenyum miring ketika mendengar penuturan Grisella. Jika orang itu benar-benar dirinya, dia pasti akan berusaha meminta Xander untuk tidak memberikan dana. Apalagi Xander tidak pernah mengirimkan surat seperti itu kepada Vienna. Grisella mengatakan sebuah kebohongan.

Namun anehnya Grisella tampak tidak berbohong. Dia sungguh menatap Vienna seperti anjing yang haus akan kasih sayang. Jadi siapa yang berbohong?

Serena sudah menyusun skenario ini, membuat senyum miring Vienna semakin naik hingga dia terlihat seperti orang jahat. Serena memang seburuk dan selicik yang Vienna pikirkan.

"Oh, aku mengingatnya. Itu benar, tidak mungkin aku tidak mendukung sahabatku, lagi pula hanya kau yang ku punya sebagai teman perempuan." Vienna merasa sedikit kasihan pada Grisella karena ikut berbohong.

Kebingungan selama tiba di Drugsentham seketika sirnah dari kepala Vienna.

Setidaknya aku akan mempercayai Grisella kali ini. Aku bisa mengawasinya.

"Oleh karena itu aku mengatakan pada Marquiss untuk membagi keuntungan lebih banyak dari aku. Tidak adil bila aku menginginkan lebih." Vienna mengerti watak Grisella, dia tidak bisa tertutup dan merasa bersalah.

Vienna akan memutuskan untuk egois tentap Grisella, kali ini saja. Karena dia tidak ingin menyesal di kemudian hari.

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang