14 | Wanita dan Resiko

1.6K 105 1
                                    

Timothy menyeret Nathaniel ke dalam tenda utama. Wajahnya sudah merah padam dengan buku-buku jari memucat, berusaha meredam amarah. Mungkin Nathaniel harus segera kabur jika ingin tetap hidup.

Timothy langsung mencerca Nathaniel, "apa kau gila!?" pungkasnya dengan luapan emosi. Nathaniel terperangah ketika dia menyadari keputusan yang dia buat sudah melewati batas. Nathaniel jarang mendapati Timothy semarah itu. Segera dia berlutut dan meminta pengampunan pada Timothy.

"Hamba minta maaf Yang Mulia. Ini murni kesalahan saya dalam bertindak, saya akan menerima hukuman apapun dari anda."

Timothy dengan gusar memegang kepalanya yang terasa akan meledak, "Bukan itu!" Timothy bisa mengerti maksud dari tindakan Nathaniel, tetapi bukan itu yang dia permasalahkan.

Mereka sedang berada di medan perang. Anak panah bisa kapan saja menyerang tenda, pisau dan belati, lalu racun dan bahan peledak. Nathaniel terlalu berani membawa seorang gadis yang polos ke dalam sarang harimau! Belum lagi dengan orang-orang yang khawatir setelah mendapati Vienna menghilang dari kamarnya. Niat Nathaniel memang baik, tapi aksinya jelas salah.

"Kau bahkan membawanya tanpa alas kaki." dibandingkan sibuk memikirkan tingkah Nathaniel, Timothy lebih memilih mengambil sepatu boot ukuran kecil yang mungkin bisa digunakan Vienna. "Jangan merasa bersalah sekarang, hukuman mu akan menanti," tekan Timothy melangkah keluar dari tenda. Nathaniel pasrah dengan hukuman yang menanti di masa depan, semoga Timothy tidak bertindak gila dan menyuruh Nathaniel untuk memotong kepalanya sendiri.

Vienna tidak bergerak dari tempat, Timothy mendekatinya tanpa banyak berbicara. Ketika Timothy berdiri tepat di hadapan Vienna, ketiga penyihir itu menghilang bagaikan tertiup oleh angin. Timothy segera menarik Vienna tanpa sedikitpun bersuara, menyuruh Vienna duduk di bangku dan tidak ingin dibantah. Dia berlutut, dan meletakkan boot untuk melihat apakah ukuran yang dia bawa pas untuk Vienna.

Vienna juga sadar, Timothy sedang berusaha untuk tidak meledak seperti saat dia memanggil Nathaniel dengan wajah merah padam. Mereka berkomunikasi tanpa bersuara, sementara Timothy sibuk mengenakan sepatu boot pada Vienna, sambil membersihkan sisa-sisa pasir yang menempel. Dia sama sekali tidak merasa jijik dengan hal tersebut, bahkan Timothy tampak sangat telaten.

Namun Vienna yang keberatan, para prajurit menatap Vienna seolah-olah dia tidak punya tata krama. Membiarkan pangeran mereka berlutut dan membersihkan pasir dari kaki seorang gadis tak dikenal. Itu adalah tindakan kriminal!

Tetapi suara Vienna seakan tercekat, mungkin Timothy akan segera meledak jika dia memberikan penolakan.

"Ya-yang Mulia, maafkan aku. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan tuan Nathan," Vienna berbicara dengan suara berbisik, sangat kecil hingga mungkin Timothy tidak mendengarnya.

"Ya, aku tahu. Kau juga akan mendapatkan hukuman, segera setelah aku menyelesaikan urusanku disini." Timothy berkacak pinggang menatap Vienna yang sedang menyesal dengan keputusan yang dia ambil.

Sementara, Nathaniel tampak berdiri jauh di belakang Timothy. Dia takut akan mendapat amukan lagi.
Meskipun demikian, dia harus tetap menjaga keamanan Timothy selayaknya anjing setia.

Vienna berdiri, dia kagum dengan kemampuan Timothy yang selalu berhasil menemukan ukuran sepatunya. Vienna jadi berpikir, apakah Timothy punya sedikit ketertarikan yang tidak biasa? Seperti fetish mungkin? Tentu saja itu hanya pemikiran konyol. Bisa saja Vienna kehilangan kepala kalau bertanya hal tidak terpuji seperti itu pada seorang putra mahkota.

"Karena sudah terlanjur, sebaiknya kita segera bertemu dengannya," seru Timothy dengan suara yang lebih tenang. Timothy tidak berniat untuk bersikap jahat, lagi pula Vienna memang sudah terlanjur berada di tempat berbahaya hanya untuk menemui pria bernama Forren itu. Tentu saja Timothy sudah tahu Forren siapa, apa hubungannya dengan Vienna, dan dimana dia berada. Segera setelah dia tiba di medan perang.  Jangan bertanya mengapa Timothy bertindak seperti Vienna sangat penting untuk dia. Timothy sendiri tidak tahu cara menjelaskan hal ini.

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang