9 | Menjadi Pangeran

2.5K 159 0
                                    

"Sebelum para prajurit mengejar ku, ayo kita pergi dari sini." Timothy menarik Vienna agar ikut berlari, hingga mereka berhasil kabur sebelum para prajurit sempat mengejar.

"Hah..., hah..., tunggu, ini melelahkan," Vienna sudah kehabisan nafas. Mereka berlari dari istana dan Vienna berusaha menyamakan kecepatannya dengan Timothy.

Tenaga Vienna sudah habis, jadi dia memutuskan untuk berhenti berlari. Timothy pun tidak bisa mengelak, karena dia juga merasa lelah.

Vienna berusaha meraup rakus seluruh oksigen yang ada di dekatnya, berpikir mungkin dia akan segera meninggal jika tidak menghirup udara.

Dia benar benar gila!

Vienna tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa melompati gerbang seperti Timothy. Bahkan setelah melompat, Timothy masih memiliki tenaga untuk berlari. Dia sudah tidak waras!

"Kau sungguh tidak terduga Yang Mulia." Timothy ingin membalas, Namun dia masih melakukan hal yang sama dengan Vienna. Mencoba mengontrol pernafasannya yang terengah-engah, "Begitulah, aku harus melakukannya agar bisa keluar dari istana," ucap Timothy berbangga diri.

***

Timothy memberikan syal yang dia kenakan pada Vienna. Dia merasa bersalah sudah menarik Vienna dua kali kedalam masalah pribadinya. Jadi Timothy berpikir untuk menawarkan Vienna mengelilingi Baratheon. Awalnya dia mengira Vienna akan menolak, tetapi gadis itu menerimanya dengan antusias.

Vienna memandangi Timothy dengan penuh tanda tanya, "kenakan lah, meskipun disini tidak sedingin Drugsentham, tapi tidak baik untukmu."

Timothy memutuskan untuk pergi ke pelabuhan, karena ada yang ingin dia periksa disana. Lagipula Vienna juga belum pernah melihat pelabuhan. Perjalanan kesana akan mereka tempuh dengan menaiki kereta kayu yang biasa digunakan rakyat sebagai transportasi jarak dekat.

Timothy sudah terbiasa berbaur hingga tidak ada yang sadar bahwa dia adalah seorang bangsawan. Namun berbeda dengan Vienna. Sepatu tinggi yang Vienna kenakan tidak cocok jika ingin berbaur dengan masyarakat.

Hampir saja dia terjatuh saat hendak naik ke kereta. Beberapa orang mulai menatap kesal Vienna, karena dia kesusahan dengan gaun yang panjang, serta sepatu yang menyangkut di sela-sela kayu.

Timothy segera mengambil tindakan sebelum Vienna menarik seluruh perhatian orang-orang. Dia turun dari kereta dan membantu Vienna menarik sepatu yang tersangkut.

"Lepaskan saja," bisik Timothy.

Vienna tentu tidak segera melakukan apa yang disuruh oleh Timothy, "tapi..., alas kakiku?"

Timothy mengedarkan pandangannya mencari sesuatu. "Tunggu sebentar," saat mengatakan itu, dia berlari ke arah seorang gadis tidak jauh dari kereta. Vienna melihat tindakan Timothy dengan seksama, hingga dia memberikan 3 keping emas pada gadis tersebut.

Timothy kembali dengan alas kaki yang lebih nyaman untuk digunakan. Vienna yang mengerti segera melepas sepatu tingginya dan naik ke dalam kereta.

Timothy duduk tepat disebelah Vienna. Sebelum kereta benar-benar berjalan, Timothy membantu Vienna mengenakan sepatu yang berhasil dia beli. Vienna ragu, namun ukuran sepatu itu pas di kakinya.

Kereta dengan kayu yang sudah reyot itu berjalan meninggalkan ibukota dengan 15 penumpang. Kusir sama sekali tidak peduli dengan keretanya yang sudah rusak atau para penumpang yang merasa sempit karena kelebihan muatan. Namun tidak perlu waktu lama hingga mereka semua tiba dengan selamat di pelabuhan.

Vienna turun dari kereta reyot itu, kemudian memandang kagum hamparan laut lepas yang berkilau.

"Ini sungguh, luar biasa!" seru Vienna menggebu.

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang