6 | Siput Laut

2.8K 216 4
                                    

Krek~ Krek~

Vienna memegangi pinggangnya karena sakit akibat terlalu lama duduk di dalam kereta kuda. Butuh waktu 4 bulan hingga dia tiba di kota Mytilus, Baratheon. Rombongan mereka hanya berhenti 5 sampai 7 hari di sebuah kota atau berkemah untuk memulihkan tenaga serta mengisi perbekalan.

Vienna tidak mau membuang waktu lebih banyak, dia ingin cepat melihat keindahan Mytilus secara langsung, dengan kedua matanya.

Keberangkatan Vienna harus tertunda 1 bulan lebih karena Xander yang tidak memberikan izin untuk pergi ke Baratheon. Xander tidak mungkin melepaskan putrinya di negeri yang jauh. Namun Vienna pantang menyerah, Xander pada akhirnya memberikan izin setelah dia membeli sebuah rumah untuk Vienna di Mytilus berkat bantuan kedutaan Baratheon.

Xander juga mengikut sertakan 3 prajurit terbaik yang dia punya, memastikan Vienna tidak kekurangan apapun untuk pergi ke negeri orang. Vienna tentu tidak bisa menolak.

Akhirnya Vienna berangkat saat musim gugur dan tiba di Mytilus ketika sudah memasuki musim dingin. Sejujurnya Mytilus sama sekali tidak terasa dingin seperti di Drugsentham. Udaranya hangat dan menyegarkan.

Mata Vienna membulat ketika melihat matahari mulai terbenam. Mereka tiba sore hari, dan beruntungnya bisa melihat momen matahari terbenam ke dalam laut.

Kota Mytilus bersinar berkat pantulan cahaya matahari yang memerah. Dinding bangunan berubah menjadi warna orange, begitu juga dengan warna laut. Langit-langit berwarna merah muda dan ungu.

Dari atas bukit rumah yang sekarang akan ditinggali Vienna, dia bisa melihat tatanan kota Mytilus yang dibuat persis seperti namanya. Semua bangunan berputar menuju ke arah tengah kota, tempat kastil Kerajaan Baratheon berdiri tegak melingkar ke segala sisi kota. Persis seperti cangkang siput laut.

"Akhirnya! Aku tiba!" seru Vienna dengan penuh bahagia, karena cerita kehidupannya pasti akan berbeda di negara ini.

***

Saat membaca buku-buku tentang Mytilus, Vienna merasa para penulis hanya melebih-lebihkan.Tapi Vienna akan mengaku salah. Kota itu jauh lebih indah dari buku yang dia baca. Setiap hari tampak seperti parade dan sangat ramai! Vienna bahkan beberapa kali terpisah dengan Dorothy.

Persis seperti bayangan Vienna, orang-orang di Mytilus mempunyai selera pakaian yang hebat, jauh di atas Drugsentham. Pakaian berwarna-warni, dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Bahkan rakyat yang tidak memiliki urusan dengan politik, menggunakan pakaian yang bagus.

Buah-buahan tropis di sepanjang jalan terpajang rapi berjejer meskipun sudah musim dingin. Beberapa belum pernah dilihat oleh Vienna, semuanya berwarna cerah dan tampak menggiurkan.

Vienna tidak menyesal pergi meninggalkan Drugsentham. Meskipun dia hanya berniat tinggal 1 tahun, Vienna mungkin akan mempertimbangkan untuk menatap di Baratheon. Mengingat Drugsentham dengan kisah-kisah menyakitkan, Vienna ingin segera melarikan diri dari tempat kelahirannya.

Vienna berhenti melangkah saat menyadari dia telah kehilangan Dorothy lagi. Setiap kali dia mengingat hal menyakitkan tentang kematian, suasana hati Vienna menjadi rusak dan murung. Terkadang Vienna merasa dirinya tersedot kembali ke masa lalu.

Bhuk~

"Eh...?" Seseorang menabrak Vienna. Badan Vienna yang kecil tidak bisa seimbang, hampir saja dia mencium tanah, jika orang itu tidak segera menangkap pinggang Vienna.

Kepala Vienna menabrak dada bidang pria tersebut. "Maaf," ucap Vienna. Dengan cepat, Vienna segera menjauh dari pria itu, namun rambutnya tersangkut di kancing baju.

Vienna bisa mendengar detak jantung pria ini, dia juga mencoba melepaskan rambut Vienna yang menyangkut di bajunya dengan tergesa-gesa. Vienna hanya bisa menduga, pria ini sedang di kejar atau mengejar sesuatu.

"Aw... Maaf tapi ini sakit," ujar Vienna saat pria itu menarik rambut Vienna dengan kuat. Usaha mereka tidak berhasil, rambut Vienna semakin kusut, dan sulit untuk dilepas.

"Itu dia! Kejar!" Segerombolan orang dengan pedang berbentuk aneh segera berlari ke arah mereka setelah salah satu prajurit menunjuk punggung pria itu.

Vienna bisa merasakan pria itu semakin gencar berusaha melepaskan rambut Vienna yang tersangkut, namun dia kehabisan waktu.

"Maaf, tapi sepertinya kau harus ikut berlari denganku." tanpa pemberitahuan, Dia mengangkat badan Vienna dan menggendongnya seperti bayi, tanpa beban.

"Eh?" Vienna tidak tahu apa-apa, dia bahkan tidak mengerti situasi apa yang sedang dia alami. Vienna hanya bisa pasrah mengikuti tindakan pria tersebut, sambil membaca doa semoga pria ini bukan orang yang jahat.

Dari yang dilihat Vienna, badan pria ini tidak besar, entah tenaga dari mana hingga dia bisa berlari dengan lincah sambil membawa Vienna tanpa kesulitan. Badan Vienna juga pasti berat, tidak mungkin seringan bulu. Apalagi di keramaian kota, Vienna hanya bisa menebak mungkin dia prajurit. Sisi negatifnya, mungkin dia pencuri atau pembunuh yang sudah terlatih.

Memikirkannya membuat Vienna bergidik ngeri. Agaknya Vienna ingin memperpanjang masa hidup, malah bisa lebih pendek kalau ternyata yang dia pikirkan terbukti benar.

Segerombolan prajurit itu terus mengejar. Terpaksa pria itu masuk ke dalam sela-sela bangunan. Gang kecil yang sangat sempit dan gelap. Dia menurunkan Vienna, dan menariknya untuk bersembunyi di gang tersebut.

"Diamlah," sebenarnya tidak dibilang pun, Vienna sudah tahu. Sekarang Vienna bahkan merasa para prajurit itu mengejar dia juga.

Para prajurit terus berlari ke depan, tidak ada yang mengira kalau mereka akan bersembunyi di gang sempit nan gelap itu. Saat Vienna ingin bernafas lega, seorang prajurit tampak berhenti di depan gang.

"Sst," pria itu menutup mulut Vienna dengan tangannya. Jarak mereka berdua hampir tidak ada, bahkan jika pria itu bergerak mungkin bibir mereka berdua akan bertemu jika pria itu membuka maskernya.

Prajurit itu menghela nafas karena kelelahan berlari, namun tidak begitu lama hingga dia segera mengejar prajurit yang lainnya tanpa sama sekali merasa curiga.

Pria itu merasa lega, kemudian menurunkan tangan yang sedari tadi menutup mulut Vienna. Dia menoleh, "apa kau baik-baik saja?"

Vienna segera menghindar agar wajah mereka tidak saling bertemu, "ya, kupikir."

Pria itu menarik masker kain yang ia gunakan, merasa pengap karena mereka berdua saling berebut oksigen di tempat kecil itu.

Vienna bisa melihat rahang pria itu sangat jelas dengan jarak ini. Mereka berdua perlahan-lahan keluar dari tempat persembunyian.

Tak~

Pria itu mematahkan kancing bajunya dengan sekali percobaan. "Maafkan aku, kau jadi ikut-ikutan ke dalam masalahku," Vienna hanya menggeleng.

Setelah keluar dari gang, ternyata pria ini cukup menawan dan tentu saja bukan orang jahat seperti yang dia pikir. Pria tersebut membuka jubah yang dia kenakan.

Vienna sedikit memperhatikan pria ini lebih lama, entah mengapa dia yakin pernah melihatnya di suatu tempat.

"Siapa namamu nona?" tanya pria tersebut.

"Ah, aku Vienna." Pria itu tampak sedikit terkejut, namun kemudian dia tersenyum sangat manis, hingga membuat Vienna gagal fokus. Vienna tersihir

"Kalau begitu sampai berjumpa lagi Vienna," pria tersebut segera berlari menjauh meninggalkan Vienna yang ling-lung sendirian di tengah ibukota.

Seperti baru tersadar dengan sihir, Vienna melihat kancing baju pria itu yang tertinggal. Namun, dia sudah pergi jauh sebelum Vienna sempat memanggil.

___

Dear Readers!
Tertanggal 28 November, author tidak akan update!
Alasannya?

Hehehe...
Author sedang melakukan perjalanan menuju Batam (merantau) untuk mencapai cita-cita cemerlang mengejar sertifikasi internasional agar bisa meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan di masa depan nanti!

Doain author yah!
Tanggal 29, author janji update 2 chapter deh...

See ya!

Girl with Red Hair (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang