0.2 || CRAZY GIRLS

8.2K 245 1
                                    

I HOPE U LIKE IT GUYSS

^HAPPY READING^

Sesampainya mereka berdua di KUA tersebut—Akim langsung masuk ke dalam tempat itu dan bertemu dengan kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya mereka berdua di KUA tersebut—Akim langsung masuk ke dalam tempat itu dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Tanpa basa-basi ia pun langsung menolak. Namun tentu saja tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Keputusan orang tua Akim sudah bulat seperti kue donat.

"Nggak mau, Ma, Pa! Akim masih sekolah, kalian gila atau bagaimana?" ucap Akim kepada orang tuanya.

"Akim.. kamu percaya sama pilihan Mama, kan?" tanya Ibundanya.

Laki-laki itu menggeleng. Sialan!, umpat Eibia yang baru saja memasuki tempat tersebut.

"Untuk pilihan Mama yang ini, Akim nggak bisa percaya," jawabnya sedikit tegas.

"Loh? Kenapa sayang?"

"Eh.. ada Bia.."

"Kesini sama Akim, ya Bia?" tanya Mama Akim mengacuhkan anaknya yang terus merengek.

Lucu juga, haha!

Eibia mengangguk pelan, "iya, tante..."

"Kamu kesini ingin menolak keputusan orang tua mu juga, Bia?" kini giliran Papa Akim yang bertanya.

Tentu saja tanpa berpikir panjang—Bia langsung menggeleng untuk menjawab, "enggak, om!"

"Jujurly ya om, tante. Papa, Mama,"

"Bia udah suka sama Akim sejak SMP, mama juga tau kok. Iya kan, Ma?" tanya Bia kepada Mamanya mencari kubu.

Mamanya mengangguk setuju, "soal itu Mama sudah ceritain ke Tante Ruya sama Om Jake, Bii. Kamu tenang saja," jawab Mamanya.

"Tuh! Denger!"

"Kamu ini jangan buat keputusan yang sepihak dong, Kim," omel Papanya.

"Kalian yang buat keputusan sepihak! Kalian nggak pernah omongin hal ini ke aku terlebih dahulu. Kalian ambil keputusan gila ini tiba-tiba tanpa bicara dulu ke aku kalau aku setuju atau nggak. Bahkan kalian sudah mendaftarkannya ke KUA," ungkap Akim.

"Kamu ini!" sentak Papa Akim.

"Semakin kamu menolak, semakin Papa ingin menikahkan kamu cepat-cepat," sambungnya.

"Nikahin aja sekarang, Pah," kompor Mamanya.

"Yang bener aja, Mah! Pah!"

"Suka-suka Mama, wle!"

Tanpa aba-aba—Ruya melangkah cepat meninggalkan kerubunan keluarga tersebut. Ia berjalan ke meja resepsionis KUA tersebut.

"MAH! MAMAAA JANGAN GILA MAH!!"

"Permisi Mbak, saya bisa menikahkan anak saya yang saya baru daftarkan tadi sekarang?"

Wah gila nih tante Ruya, batin Eibia.

"Maaf bu, tidak bisa. Kami masih harus memprosesnya terlebih dahulu," jawab pegawai KUA tersebut.

"Nggak apa-apa, nikahin aja dulu. Proses segala macamnya proses aja. Pokoknya nikahin aja dulu," kekeuh Ruya.

"Nggak bisa, Bu. Maaf."

"Mah!!"

Ruya menoleh kebelakang, ia menghampiri seorang penghulu yang baru saja tiba, "Pak penghulu!"

"Mah!"

"Pak, tolong nikahkan anak saya, Pak. Mereka berdua harus segera dinikahkan," ucap Ruya kepada Penghulu tersebut.

"Pah, please.. hentikan semua ini," mohon Akim kepada Papanya.

Jake menggeleng, "Papa nggak bisa bantah keputusan Mama kamu, Akim. Papa nggak mau jatah papa nanti yang jadi taruhannya."

"Kamu memangnya mau menggantikan posisi Mama kamu nanti?" sambung Jake.

Akim bergedik ngeri jadinya.

Tak bisa tinggal diam, Eibia menghampiri penghulu itu dan ikut bicara.

"Iya, Pak. Dia harus segera menikahkan saya, Pak!" katanya sedikit mendrama.

Kini giliran Larita yang ikut maju, "Benar, Pak. Anak saya harus segera dinikahkan karena—"

"Karena—"

Larita menyikut lengan Bia. Sementara Ruya menoleh kearah , dia takut rencananya gagal karena Larita yang salah bicara tadi.

"Karena.." Bia terdiam. Ia berpikir.

KARENA APAAA ASTAGA?????!!!

"KARENA SAYA HAMIL, PAK! ANAK DIA!!" jawab Bia sambil menunjuk kearah Akim.

"BIA!!"

"Kan, Pak! Dia mengancam saya untuk aborsi, Pak!"

"Tolong calon cucu saya, Pak. Dia dalam bahaya.." timpal Ruya semakin mendramatisir.

"Astagfirullah.. anak muda jaman sekarang.."

"Kalian ini.."

"Iya, Pak.. kasihan anak saya, Pak. Sudah hamil 4 bulan.."

Jeda, "roh anaknya baru ditiup kan ya Pak di umur kandungan segitu?"

"Kasihan bayinya Pak.. baru punya roh, masa udah mau dibunuh..." sambung Larita.

"Mama! Empat bulan udah gede amattt!!" bisik Bia.

Mama nya menggeleng sembari menutup mata, memberikan anak gadisnya kode untuk tetap diam dan melanjutkan aktingnya.

Eibia mengerti apa yang dimaksud oleh Mamanya, "Huhu... anak mama.. sabar ya, sayang..." ucap Bia sembari mengelus perutnya yang sama sekali tidak buncit.

"Kalian memang harus segera dinikahkan,"

Jeda, "tapi saya hanya bisa menikahkan kalian secara nikah siri. Sekalian menunggu proses pendaftaran kalian di KUA ini.." putus penghulu itu.

YESSS!!

Pekik ketiga perempuan gila ini dalam hati...

Pekik ketiga perempuan gila ini dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UP: 01/04/23

THE BABY FINALLY MY HUSBAND! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang