0.1 || REALLY??!!

11.7K 308 1
                                    

I HOPE U LIKE IT GUYSS

^HAPPY READING^

Eibia berlari dilorong sekolahnya menuju kelas 12 IPA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eibia berlari dilorong sekolahnya menuju kelas 12 IPA. Napasnya terengah-engah, pikirannya melayang entah kemana setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Mamanya. Bia benar-benar terkejut saat ini. Gurauan Mamanya ini benar-benar tidak lucu. Kalau seperti ini, Bia bisa berharap tinggi dengan ekspetasinya. Bagaimana jika itu semua hanya bercandaannya belaka? Karena Mamanya tau kalau Bia sangat-sangat menyukai laki-laki itu.

"AKIM!"

"Akim mana?" tanyanya ke salah satu siswa yang sekelas dengan laki-laki yang ia cari.

"Akim?"

Eibia mengangguk, "perasaan—oh nggak! Akim kayaknya pergi dah. Gua nggak tau sih, pokoknya tadi dia lari tiba-tiba pas abis liat hapenya," ucap Harsen menjawab pertanyaan Eibia.

"Yang bener lo Sen!"

"Ya ngapain gua salah?" ucapnya balik tanya.

"Shit!" umpat Eibia, "oke, makasih kalau gitu!" ujarnya sebelum ia kembali berlari meninggalkan kelas tersebut.

Eibia kembali berlari, tujuannya kini adalah mengejar Akim. Otaknya terus bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ini benar?

Yang bener aja, anjir! Ucapnya membatin.

Gotcha!

Eibia mendapati Akim yang hendak memasuki area parkiran sekolahnya. Ia harus lebih cepat lagi berlari agar dirinya bisa menghentikan pergerakan laki-laki itu.

"AKIMMMMM!!!" teriaknya agar laki-laki itu tak melanjutkan langkahnya.

Bia mengatur deru napasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia bicara pada laki-laki itu. Bia memperlihatkan layar ponselnya kepada Akim.

"Really?"

"Apaan?"

"Ini beneran? Kita? Dijodohin? Nikah hari minggu nanti?" tanyanya tak kenal jeda.

"Bener, tapi lo jangan mimpi." Jawab Akim yang masih saja santai.

"Ih, kok gitu?????!!!"

"Ya, sayang-sayang lah anjir! Tuhan udah mengabulkan doa gue selama ini, masa lo tolak begitu aja."

"Just you, not me," jawab Akim.

"Ih Akim, ini tuh keputusan orang tua kita. Kita sebagai anak nggak boleh menolak apalagi membantai," kata Eibia sedikit bijak.

"Membantah, bodoh," ralat Akim.

Tampak jelas diwajah laki-laki itu kalau dirinya sangat jengah dan ingin sekali pergi dari posisinya.

"Ih! Mau kemanaaaaa??" tanya Bia kepada Akim.

"Gua mau ketemu orang tua gua lah!"

"Mau ngapain?"

"Mau berhentiin rencana gila mereka, dan lo pastinya," jawabnya.

"Gue nggak pernah rencanain ini sumpah! Gue aja baru tau pas Mama kabarin gue tadi!"

Akim menggerakkan kepalanya acuh, "terserah lo."

"Yang pasti sekarang gua mau menghentikan mereka," sambung Akim bicara.

"Jangan.. jangan Akim.. nggak boleh nolak,"

"Mana tau ini permintaan terakhir mereka, kan?" lanjut Eibia sepertinya salah bicara.

"Lo ngedoain orang tua gua meninggal?" tanya Akim segera.

"Nggak lah! Yakali Bia anak yang baik gini mendoakan mertuanya cepet meninggal. Nggak-nggak! Mereka nggak boleh pergi sebelum mereka menggendong cucu-cucu mereka yang lucu nanti," jawab Bia sedikit menghayal.

"Sinting!"

"Pergi sana! Gua udah nggak ada waktu!" sentak Akim mendorong Bia.

"Akim, masih bisa dibicarakan baik-baik kok.. jangan salah ambil keputusan.." ujar Bia berusaha menenangkan laki-laki itu dulu.

Akim menggelengkan kepalanya, "gua yakin seratus persen kalau keputusan yang gua ambil ini nggak akan salah."

"Udah nggak ada waktu lagi, karena orang tua lo dan orang tua gua udah di KUA untuk mendaftarkan pernikahan gila ini!"

"HAH???????!!!"

"YANG BENER LO???????!!!!"

"ASTAG—ALHAMDULILLAH!!!!"

"Cewek gila!" umpat Akim.

Laki-laki itu langsung pergi selagi ada kesempatan yang ia dapatkan. Namun Bia langsung mengejar laki-laki itu dan ikut duduk di jok motor yang sama.

"Ngapain???!! Turun sana!" perintah Akim membentak.

"Nggaaaakkkk!! Nggak mau turuuuunnnnn!!"

"Turun Eibia! Sampai kapan pun gua nggak akan pernah mau nikah sama lo, gila!"

"Tapi orang tua kita mau!"

"Turun!"

"Nggak mauuuu!!"

Bia menarik napasnya lalu ia hembuskan secara perlahan, "gini ya, Akim... keputusan akan disetujui kalau kita sama-sama menolak."

"Ayo, gue ikut. Walaupun gue nggak mau nolak, tapi mungkin gue bisa minta waktu ke mereka untuk kita agar lebih dekat dulu. Nggak langsung dinikahin kayak gini," jelas Eibia memberikan negosiasi.

Akim terdiam, sepertinya dia berpikir sejenak menimbang-nimbang ucapan Eibia barusan.

Tanpa menjawab, Akim menarik gas kendaraan roda duanya. Eibia pun tersenyum dan menganggap ini adalah persetujuan dari laki-laki itu.

Yesss!! Dikira gue beneran mau nolak perjodohan itu kali ya? Ahahah, nggak akan!

Ucapnya membatin.

Ucapnya membatin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

up: 01/04/23

THE BABY FINALLY MY HUSBAND! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang