Pagi ini kelas sudah ramai pembicaraan karena topik ekstrakurikuler. Murid kelas sepuluh diminta untuk memilih minimal satu ekskul yang disediakan sekolah. Sekolah menyediakan banyak sekali ekskul, seperti sepak bola, badminton, basket, voli, pencak silat, dan lainnya. Namun seperti pada umumnya, yang banyak dipilih murid laki-laki adalah sepak bola, sementara murid perempuan lebih banyak memilih voli dan pencak silat.
Dalam duduknya, Abyan ragu. Ia ingin sekali mengikuti ekskul bela diri, tapi ia merasa tidak nyaman karena ia mendengar banyak murid mendaftar pada ekskul tersebut. Tidak bisakah Abyan menjadi satu-satunya orang yang ikut dalam ekskul pencak silat?
Abyan menengok ke kanan, melihat ketiga teman perempuannya sedang membicarakan ekskul voli dan kakak kelas tampan yang terdapat di dalam ekskul itu.
“Ganteng banget, sumpah!” antusias Ismi. Matanya berbinar-binar membayangkan dirinya berkenalan dengan Si Tampan yang sedang dibicarakan.
“Mi, kalo nanti ditanya pelatih ekskulnya alesan kenapa kamu ikut, kamu jawab karena kakak kelas itu?” tanya Bulan, meledek.
Ismi menatap malas. “Ya enggak, lah! Gue ditimpuk sama pelatih ekskulnya nanti.”
Bulan dan Saskia tertawa. Tidak habis pikir pada Ismi yang ternyata tergila-gila dengan ‘cowok tampan’.
“Kamu cuma masuk voli, Mi?” tanya Saskia.
Ismi mengangguk, membenarkan posisi duduknya. “Kalo banyak-banyak, gue takut gak bisa handle.”
“Bener, sih.” Saskia mengangguk menyetujui.
“Lan, lo juga voli, ‘kan?” tanya Ismi.
Bulan menautkan kedua alisnya. “Enggak. Aku pilih pencak silat, sekalian lanjutin ekskulnya dari SMP, Mi.”
Ismi melotot. “Jangan bercanda, Lan!”
Raut wajah Bulan tidak terlihat seperti orang yang sedang bercanda, membuat Ismi berdecak sebal.
“Kalo lo, Kia. Lo voli, ‘kan?”
Saskia mengangguk. Ia merapikan rambutnya yang berada di bibir.
“Yes! Gue gak sendiri!”
Abyan menghela napas. Ia melirik Tama yang sedang mendengarkan musik menggunakan earphone, kemudian Abyan merubah posisi duduknya menyamping.
“Tama,” panggilnya ragu-ragu.
Yang dipanggil tidak mendengar.
“Tama.” Kali ini Abyan mencolek lengan Tama, membuat Tama yang merasa disenggol segera melepas earphone dari telinga.
“Lo manggil, By?”
Abyan mengangguk.
“Kenapa?”
Abyan mengulum bibir. “Tama … ikut ekskul apa?”
“Gak tau, sih. Tapi paling gue ikut pencak silat, sama basket,” jawab Tama, enteng.
“Kalo lo apa?” tanya Tama balik.
“Pencak silat, kayaknya.”
Tama meletakkan earphone pada tempatnya, dan mematikan ponsel.
“Masih ragu?” Abyan berdehem pelan.
“Ketua ekskul pencak silat, Kak Gina, ‘kan?” Abyan kembali mengangguk.
“Nah, lo ikut aja, By. Kalo udah ada kenalan di dalam, lebih enak. Jadi gak malu juga,” kata Tama.
“Gitu, ya?”
![](https://img.wattpad.com/cover/329881826-288-k369698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-Liku Luka : #SemuaPunyaLuka
Teen Fiction[ Novel | 17+ ] Abyan hanyalah seorang anak laki-laki berumur 10 tahun. Kehidupannya penuh dengan drama keributan antara ia dan sang ibu yang seringkali tak satu tujuan. Pertengkaran-pertengkaran itu ternyata membuat Abyan lelah dan memilih mencari...