Masalalu tetaplah masalalu. Mereka bagian kisah yang sudah seharusnya dilupakan dan tidak lagi datang untuk mengganggu.
Arga Ranjendra Dirgantara
Sejak kejadian yang menimpanya karena kecerobohan sahabatnya itu membuat Vanka mengalami sedikit guncangan pada mentalnya. Bagaimana tidak dia hampir saja menjadi korban pemerkosaan kalau saja Arga tidak datang tepat waktu.
Sejak keluar dari rumah sakit Vanka tidak bicara apapun, dia hanya memandang lurus ke depan. Tatapannya kosong. Jiwanya memang masih ada namun tidak sepenuhnya ikut pulang, kemana sebagian jiwa Vanka pergi meninggalkannya? Seperti orang yang tidak memiliki arah dan tersesat tidak tahu jalan pulang, bingung, takut bercampur menjadi satu bahkan di pegang oleh Arga pun reaksi Vanka sangat berlebihan dia berteriak seolah-olah Arga akan menyakitinya.
Arga membuang nafasnya kasar, dia sedih melihat Vanka seperti ini. Kapan Vanka sembuh? Lebih tepatnya kapan Vanka keluar dari rasa trauma yang menggerogoti hatinya.
"Sayang, get well soon aku kangen sama kamu baby" lirihnya air matanya luruh membasahi pipinya. Arga sengaja mengambil cuti untuk mengontrol keadaan Vanka setidaknya vanka tidak melalukan hal yang tidak di inginkan jika dirinya berada di rumah sendiri.
"Ini bukan kesalahan kamu sayang, ini kesalahan lelaki sialan itu! Dia yang buat kamu kaya gini. Aku janji sayang, aku janji bakal buat perhitungan sama dia. Aku janji dia bakal membusuk di penjara" itu janji yang Arga ucapnya sebelum akhirnya dia menutup pintu kamar dan memilih meninggalkan Vanka untuk beristirahat. Mungkin bukan Vanka masih butuh waktu buat ketemu sama dia.
Arga memijat pangkal hidungnya rasanya pening sekali memikirkan apa yang terjadi saat ini. Dia berjalan menuju ruang kerjanya dari pada memikirkan kekacauan yang terjadi lebih baik dia mengerjakan pekerjaannya yang sudah menumpuk. "Bi tolong buat kan saya teh hangat, lalu antarkan ke ruangan saya" pinta arga saat berpapasan dengan bi Susi di ruang tengah.
Arga lanjut berjalan ke arah ruang kerjanya. Meskipun rasa pening menghantam kepalanya dia terus saja bekerja, karena jika tidak yang ada dia semakin kepikiran sama vanka.
Vanka bangkit dari duduknya di tepi ranjang dia berjalan menuju cermin dia menatap penampilan nya di dalam cermin sangat berantakan, kacau, dan tidak berbentu lagi semuanya terlihat kacau.
Udah seminggu ini dia hanya diam dan tidak melakukan apapun bahkan berdandan sekalipun entahlah rasanya otaknya sedang kongslet, hatinya dipenuhi rasa bersalah kepada Arga. Meskipun bukan sepenuhnya salahnya tetapi yang namanya pengkhianatan tetaplah pengkhianatan dia membenci itu. Dan ya sekarang Vanka membenci dirinya sendiri.
"Maafin aku mas, aku gak bisa jaga diri aku sendiri, kamu bener aku gak bisa tanpa kamu. Aku masih lemah aku butuh kamu" air matanya luruh tanpa di minta mengalir deras membasahi pipi nya. Vanka hancur, harga dirinya sudah di hancurkan oleh Daffa, Vanka jijik mengingat kejadian itu dimana dia menerima sentuhan dari daffa mengapa dirinya tidak menolak dan memukul Daffa? Bodoh lo bodoh udah khianatin suami sebaik Arga. Bahkan disaat lo udah kotor karena disentuh lelaki lain dia masih bertahan sama lo Vanka memaki dirinya dalam hati apa sebutan yang pantas untuk nya sekarang ini?
Vanka menghapus air matanya dia berjalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang mungkin sudah berhari-hari tidak terkena air.
Selesai mandi Vanka memilih pakaian dan mendandani wajahnya. Tak lupa memberikan lipstik di bibir nya yang terlihat pucat. Dia keluar mencari bi Susi untuk menanyakan dimana suaminya. Vanka sudah kembali, dia mencoba memperbaiki semuanya.
"Bi" panggil Vanka dengan lirih kala melihat bi Susi membawa nampan yang berisi teh hangat sudah bisa di pastikan itu untuk Arga. "Buat mas Arga?" Tanya nya kepada bi Susi.
Bi Susi mengembangkan senyumannya kala melihat Vanka sudah mau berbicara "iya nona ini untuk tuan Arga" ucap bi Susi tanpa menghilangkan senyumannya.
"Biar saya yang antarkan, suami saya ada dimana? Bolehkan jika saya yang mengantarkan apakah bibi tidak keberatan?" Tanya Vanka beruntun.
Bi Susi menggeleng pelan "tentu tidak nona dengan senang hati. Tuan Arga sedang berada di ruangan kerjanya"
Setelah mengetahui keberadaan suaminya Vanka langsung mengambil alih nampan tersebut dan berjalan menuju ruangan yang dia tuju.
Vanka mengetuk pintu, dia mengulas senyuman manis di bibirnya dia terus menunggu sampai Arga mempersilahkannya untuk masuk.
"Masuk bi" titah Arga yang masih memfokuskan matanya kepada layar laptop di depannya jari-jarinya dengan lihai mengetik di keyboard menyusun setiap laporan yang tersedia.
Vanka mendekat dan menaruh nampan di atas meja dan menyerahkan teh hangat ke Arga.
"Terima kasih bi" ucapnya dia masih belum menyadari kehadiran Vanka karena atensinya belum juga teralihkan dari layar laptop nya.
"Mas" cicit Vanka takut menganggu pekerjaan suaminya itu. Vanka menunduk dalam dan berbalik arah.
Arga baru mengalihkan atensinya ketika Vanka buka suiara dirinya terkejut melihat Vanka kini tengah berdiri membelakangi nya. Arga tersenyum melihat istrinya ada di depannya apakah dia benar istrinya? Senyumnya Sayang panggil ngembang sempurna. "Sayang" panggil nya Arga kemudian bangkit dan memeluk vanka dari belakang. Dia benar-benar merindukan istrinya itu. Wangi tubuh nya yang menjadi candu, wajah cantiknya, dan tingkah manjanya pokoknya semua yang ada di diri Vanka, Arga merindukan nya. Sangat merindukannya.
Vanka memegang tangan Arga yang melingkar di pinggangnya dia menggigit bibir bawahnya sebenarnya dia masih merasa sedikit takut namun dirinya malah milih melawan rasa takutnya itu dan tidak ingin membuat Arga kecewa.
Tubuhnya masih menunjukan respon takut akan pegangan seseorang tubuhnya sedikit bergetar namun Vanka terus meyakinkan dirinya bahwa Arga tidak akan menyakitinya.
Arga menempelkan wajahnya di ceruk leher Vanka menghirup aroma vanilla di tubuh istrinya dalam-dalam ini yang sangat Arga rindukan, bisa memeluk tubuh Vanka setelah seminggu dia menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family (On Going)
RomancePerhatikan batasan usia, bocil dilarang mendekat. Ceo muda tampan karismatik, dan bucin akut pada pasangannya? Cemburuan adalah sifat yang mendominasi seorang Arga Rajendra Dirgantara, ceo sekaligus ketua gang Argasena ini harus menelan pahit-pahit...