32. I'm sorry

97 6 0
                                    

Arga terlihat lesu dan tidak bersemangat saat menuruni tangga penampilannya nampak kacau seperti gembel biasanya Vanka akan menyetrika bajunya agar terlihat rapih sebelum Arga kenakan untuk pergi ke kantor namun sekarang Vanka tidak peduli terhadapnya.

Penampilannya sangat kacau, rambut yang berantakan, dasi yang tidak berada di tempatnya, baju yang kusut, muka yang di tekuk itu nampak tidak siap untuk pergi ke kantor bagaimana seorang ceo menemui klien dalam keadaan seperti gembel ini?.

Vanka yang melihat penampilan suaminya membelalakan matanya kaget. Mengapa suaminya berubah menjadi gembel sekarang ini. Namun saat Arga sudah sampai di meja makan Vanka mengubah ekspresinya kembali datar.

Gibran yang melihat penampilan daddy nya seperti itu hanya bisa melongo saja.

"Ayah kenapa jadi gembel?" Tanya balita berumur 5 tahun yang tengah berada dalam pangkuan sang ibu.

"Sutt Athar sayang gak boleh begitu ya. Ayo makan makanannya lagi" Vanka kembali menyuapi sesendok nasi serta lauk memakai sendok ke mulut mungil Athar.

"Sayang" panggil Arga lesu dia menatap sendu kearah istrinya yang masih sibuk menyuapi Athar.

Vanka tidak merespon panggilan Arga dia acuh dan memilih melanjutkan kegiatannya menyuapi anak kesayangannya itu.

"Daddy ayo makan, dan kalo daddy sakit jangan ke kantor dulu mending istirahat" Seru Gibran yang sedari tadi memperhatikan raut wajah daddynya itu.

"Daddy gak sakit cuma lesu aja dan kurang tidur karena mami kamu marah sama daddy" adu Arga menjawab pertanyaan anaknya itu tanpa mengalihkan pandangan dari Vanka.

"Gibran sayang ayo habisin makannya terus berangkat, udah jam berapa ini nanti kamu telat" Vanka mengangkat pandangannya dan pandangannya bertemu dengan pandangan Arga namun Vanka segera mengalihkannya menatap Gibran.

Gibran segera menyelesaikan makanannya setelah itu dia minum dan melihat jam yang melingkar di tangannya itu waktu sudah menunjukan pukul 06.30 itu artinya masih ada 1 jam lagi sebelum bel masuk.

"Masih ada satu jam lagi mam, tapi Gibran berangkat sekarang aja" pamit Gibran tak lupa mencium tangan kedua orang tuanya dan mencium pipi mereka sebelum berangkat.

"Bekal makan siang kamu jangan lupa dibawa sayang" peringat Vanka kepada Gibran.

"Aman mam udah Gibran masukin ke tas" teriak Gibran yang sudah berlari keluar rumah.

Vanka hendak bangun dari duduknya namun Arga menahan tangannya tatapannya mulai berkaca-kaca. Vanka merotasikan matanya malas Arga selalu seperti anak kecil ketika sedang membujuknya.

"Sus tolong bawa Athar ke kamar ya saya mau bicara sama suami saya dulu".

Suster mengambil alih Athar dan membawanya ke kamar untuk bermain.

"Apa lagi" Vanka mencoba melepaskan tangannya dari Arga dia berdiri dan mendorong tubuh arga agar menjauh darinya.

"Aku mau kamu maafin aku, kamu gak kasian sama aku?" Arga menarik Vanka dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Vanka ya dia menangis di sana. Dia tak dapat lagi menahan tangisannya yang dia tahan sejak menatap Vanka.

Ada perasaan tidak tega di hati Vanka namun biarkan saja seperti ini agar suaminya juga bisa mandiri. Mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan darinya.

"Aku kangen sama kamu. Pengen tidur bareng lagi kamu tau kan aku gak bisa tidur kalo gak meluk kamu. Pokoknya sekarang aku gak mau kekantor,,, hiks" ucapnya sambil sesegukan.

Vanka menghela nafas lelah mau tak mau dia harus menenangkan bayi besarnya ini. Dia mengusap punggung suaminya dengan lembut "udah ya malu sama athar masa ayahnya nangis kaya gini".

Sweet Family (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang