Hari demi hari Vanka lalui mengusir rasa trauma yang bersemayam di hatinya itu. Hari ini Vanka menjalankan aktivitas seperti ibu rumah tangga kebanyakan seperti menyiapkan sarapan dan menyiapkan teh untuk suaminya yang masih tertidur.
Weekend ini dipakai Arga untuk beristirahat melepaskan penat setelah bekerja di kantor selama satu pekan.
Vanka masuk ke kamar membawa teh manis hangat dan cookies. Dia menaruh teh itu di atas nakas dan membangunkan suaminya yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Di pandangi muka lelah suaminya itu, walau kelihatan lelah Arga tetap terlihat tampan. Di belainya rahang tegas Arga menggunakan tangannya yang halus. Tak hanya sampai di situ Vanka memberikan morning kiss di pipi kanan Arga, membuat Arga perlahan membuka kedua kelopak matanya.
Arga terkejut melihat Vanka, dia bangun mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan yang di lihatnya itu bukanlah sebuah mimpi. Ya itu bukan mimpi Vanka memang sedang duduk di sampingnya saat ini. Arga senang bukan main dia memeluk erat tubuh Vanka melepaskan rasa rindu yang entah sudah sebanyak apa dia tahan selama tidak bertemu dengan Vanka. Arga selalu menahan untuk tidak menemui Vanka, dia memberi waktu untuk Vanka agar terbiasa dengan semuanya dan itu semua berhasil.
"Sayang aku kangen banget sama kamu" ungkap Arga memberi tahukan apa yang dia rasakan.
Vanka membelai surai hitam suaminya. "Sama mas aku juga, maaf udah buat kamu nunggu" sesal Vanka yang masih setia membelai surai hitam milik Vanka.
Arga menggeleng kuat dia menangkup wajah bulat istrinya menggunakan kedua tangannya. "No baby, jangan minta maaf sayang aku ngerti kok". Arga memegang kedua tangan istrinya. "Justru aku mau berterima kasih sama kamu, makasih karena kamu udah bisa lawan trauma kamu. Kamu hebat sayang".
Arga menarik Vanka kedalam dekapannya memberikan kehangatan dan kenyamanan untuk istrinya itu. Vanka menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Rasanya sangat nyaman. Kehangatan yang Vanka rindukan selama dia jauh dari Arga. Vanka merindukan semua yang ada di diri Arga termasuk kasih sayang yang selalu Arga tunjukan untuk dirinya.
"Aku udah buatin kamu teh" Vanka baru ingat tujuan dia ingin membangunkan Arga agar meminum teh buatannya selagi masih hangat.
"Mana" pinta Arga yang sudah melerai pelukannya dan mengadahkan kedua tangannya.
Vanka berdiri dan mengambilkan teh di atas nakas. Vanka memberikan teh tersebut kepada Arga. "Ini sayang, teh nya tapi kayaknya udah dingin aku buatin yang baru aja gimana?" tawar Vanka.
Arga menerima teh yang di berikan oleh Vanka dan meminumnya "gak perlu sayang, ini masih bisa di nikmati kok walaupun dingin. Kamu jangan capek-capek baby" peringat Arga sambil mengelus-ngelus pipi gembul milik istrinya.
"Mas" cicit Vanka pelan tapi masih bisa di denger oleh Arga.
"Iya sayang, kenapa?" tanya Arga menatap istrinya khawatir.
"Aku pengen punya baby twins" cicit Vanka kini suaranya lebih pelan lagi sambil menunduk takut.
Arga tersenyum devil mendengar itu sekaligus menahan tawanya. Apa ini? Vanka ingin mempunyai anak kembar? Apakah Vanka sedang menguji keimanan Arga tentu saja sebagai suami yang baik Arga akan menuruti keinginan istri tercintanya itu.
"Mau bikin sekarang?" tanya Arga menarik dagu Vanka agar tidak menunduk lagi dan menatapnya. Arga tersenyum nakal sambil menaik nurunkan halisnya guna menggoda Vanka.
Vanka tersipu malu pipinya memanas dia memalingkan wajahnya yang sudah berubah merah menahan malu. Ingin menghilang dan melebur menjadi tanaman gumam Vanka dalam hatinya. Tak kuat menahan malu lebih lama Vanka akhirnya memilih pergi dari kamar dan turun ke bawah menyiapkan makanan.
Vanka menuruni anak tangga satu persatu sampai di lantai satu, dia segera berjalan menuju dapur untuk membantu bi susi memasak.
Setelah selesai Vanka membawa masakan yang telah di masak ke meja makan disana sudah ada Gibran yang duduk dengan tenang di meja makan dan Athar yang sudah Mandi pun ikut serta untuk makan bersama. Besok Athar berusia genap enam tahun dan akan mulai sekolah di taman kanak-kanak.
"Gibran, mau makan sama apa sayang biar mami ambilin" tanya Vanka kepada si sulung.
"Sama Ayam aja mami" sahut Gibran.
Vanka mengambilkan nasi dan paha ayam kesukaan Gibran dan menaruh nya di hadapam Gibran. Kini giliran Athar yang ditanya oleh Vanka "Athar sayang, mau Nda ambilin apa lauk nya?"
Athar mengetuk-ngetuk jari telunjuk di dagu nampak berpikir matanya beredar melihat jenis lauk yang tersedia di meja makan jari mungilnya itu kemudian menunjuk ikan, sayur, dan prekedel.
Vanka mengangguk paham dia mengambilkan lauk yang tadi sudah di tunjuk oleh Athar.
Anak-anaknya makan dengan lahap dan Vanka hanya menonton mereka berdua saja karena dia masih menunggu Arga yang belum turun juga.
Arga turun menggunakan pakaian kaos hitam polos dengan celana santai sepanjang lutut. Dia berjalan dengan santai menuju meja makan. Vanka melihat penampilan Arga dari atas hingga bawah dia nampak takjub hari ini suaminya nampak berbeda. Arga mengecup puncak kepala Vanka membuat Gibran yang melihatnya tersedak. "Calm down boy, mamimu gak akan daddy gigit kok" ledek Arga merasa puas mengerjai Gibran.
Gibran mendengus sebal melihat wajah tengil Arga di pagi hari saja sudah membuat mood nya berantakan. Gibran menyudahi sarapannya yang masih tersisa sedikit lagi dia meneguk segelas air dan pergi dari situ.
"Gibran" panggil Vanka lembut membuat dia berbalik "Apa mami" tanyanya dingin sebisa mungkin dia tidak menunjukan kekesalannya di hadapan Vanka. Vanka menghela nafas panjang "kamu mau kemana sarapan kamu aja belum abis udah di tinggal" tuturnya menunjuk piring makan Gibran yang masih ada sisa nya.
Gibran mendekati sang ibu dan memegang kedua tangannya "Gibran udah kenyang mami, Gibran juga ada janji sama temen buat main futsal Gibran pamit ya. Assalamualaikum" Gibran mencium punggung tangan Vanka dan mencium pipi kirinya tak lupa mencium pipi Athar juga lalu pergi dari sana.
Gibran meghabiskan waktu weekend bersama teman-temannya dengan bermain futsal dan Vanka, Arga serta Athar menggunakan waktu weekend untuk berjalan-jalan serta bermain di time zone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family (On Going)
RomancePerhatikan batasan usia, bocil dilarang mendekat. Ceo muda tampan karismatik, dan bucin akut pada pasangannya? Cemburuan adalah sifat yang mendominasi seorang Arga Rajendra Dirgantara, ceo sekaligus ketua gang Argasena ini harus menelan pahit-pahit...