Setelah anak-anak pulang Gibran langsung masuk ke dalam kamar untuk mengerjakan tugas sebelum terlelap di karenakan matanya sudah tidak mampu menahan kantuk namun jika tidak di kerjakan maka besok dia akan di berikan hukuman oleh guru.
Sisa satu lagi pr matematika nya selesai namun mata Gibran tidak lagi bisa di ajak kompromi dia sudah sangat mengantuk akibat kelelahan karena perjalanan jauh di tambah dia hanya tidur sebentar di dalam mobil.
Vanka yang mencari Gibran tidak ada di depan memutuskan untuk mengechek ke kamar anaknya itu.
Vanka masuk kedalam kamar Gibran untuk melihat anak nya sedang melakukan apa.
Ceklek suara pintu di buka.
Vanka mendapati anaknya sedang belajar di atas kasurnya sambil tiduran dia pikir anaknya memang belajar sambil tiduran tapi setelah di dekati Gibran sudah terlelap. "Ada-ada saja anak mami yang satu ini bukannya belajar malah ketiduran".
Vanka terkikik melihat tingkah anak semata wayangnya itu Vanka membereskan buku dan menarik selimut agar Gibran tidurnya lebih nyenyak lagi ia terus mengusap-usap pucuk kepala anaknya itu dan menatap wajahnya lama Gibran sangat tampan dan terlihat lebih menggemaskan ketika tertidur.
____ARGA____
Di lain tempat Arga sedang mencari keberadaan istrinya itu namun tidak kunjung ia temukan hampir setiap sudut rumah ia cari tapi tidak ketemu juga. "Argh,,, dia di mana sih aku sudah cari di sekeliling rumah tetap tidak ada".
Arga mengacak-acak rambutnya asal ia sudah frustasi sebab tidak menemukan keberadaan istrinya namun Arga teringat bahwa kamar Gibran adalah satu-satunya tempat yang belum dia chek, Arga pun bergegas naik ke lantai 3 untuk pergi kekamar Gibran sesampainya di depan kamar Gibran ia pun masuk dan mendapati istrinya sedang membelai rambut anaknya.
Vanka yang melihat wajah suaminya memerahpun langsung menghampiri suaminya dan mengajaknya keluar dari kamar anaknya itu dia tahu suaminya sedang menahan amarahnya.
Vanka menarik tangan suaminya keluar dari kamar dan mangajaknya turun dan masuk ke kamarnya nya sendiri.
Saat Vanka dan Arga telah keluar dari kamarnya Gibran membuka matanya kembali dia berdecak sebal melihat tingkah daddy nya itu selalu membatasi Vanka untuk menemui dirinya.
Dia merasa sedang ngontrak saja di rumah itu saat melihat keuwuan orang tuanya.
Arga memang bucin terlebih lagi bucin nya gak tau tempat membuat Gibran ingin mencabik-cabik wajahnya ketika dia terus menempel kepada maminya.
Gibran ini anak satu-satunya maklum jika dia sangat ingin di perhatikan oleh Vanka selama dirinya belum mempunyai adik firasat Gibran mengatakan bahwa Vanka akan memberinya seorang adik.
Tidak ada adik saja kasih sayang Vanka terbagi dua dengan Arga apalagi mempunyai adik bisa-bisa Gibran tidak akan di anggap oleh Vanka.
Gibran memilih untuk bangkit dan membuka jendela kamarnya membiarkan angin malam yang sejuk masuk kedalam kamarnya. Dinginnya angin malam sangat menusuk di kulit putih Gibran namun ini tak juga kunjung membuat Gibran menutup jendela.
Gibran menatap langit malam yang gelap dengan di hiasi beberapa bintang dan bulan yang bulat dengan sempurna. Sinarnya sangat terang membuat Gibran tertarik untuk menatapnya lama.
"Kalo Gibran punya adik berarti Gibran harus dewasa ya" gumamnya sendiri dia bingung harus cerita kepada siapa tentang isi hatinya.
"Gibran belum siap, bisa di pending dulu gak ya allah sampe Gibran siap punya adek" kekeh Gibran dirinya ini sangat polos jika di berikan adik sekarang. Belum sifat manja dan cemburu yang melekat pada dirinya bisa mengancam keberadaan adiknya tersebut.
Gibran juga masih harus di perhatikan atau Gibran akan tumbuh menjadi anak yang selalu membangkang.
"Den Gibran" sapa mbak Susi dia heran mengapa Gibran belum tidur.
Gibran berbalik menatap bi Susi dia berjalan menghampiri bi Susi yang membawa segelas susu panas di atas nampan.
Ah ya karena tugasnya Gibran yang banyak serta belajar membuat Gibran lupa dan melewatkan untuk meminum susu coklat panas.
Sebenarnya tubuhnya lelah namun pertengkaran Vanka dan Arga membuat tidurnya terganggu hingga dia harus terjaga seperti ini.
Gibran meminum susu coklat kesukaannya sampai tandas tak tersisa. Dia menaruh kembali gelasnya di atas nampan dan menarik senyuman nya rasanya suasana hati dia mulai membaik. Tak lupa Gibran mengelap sudut bibirnya yang belepotan karena susu coklat yang di minumnya.
"Makasih bibi, Gibran rasa nya udah ngantuk Gibran tidur duluan" Gibran berjalan ke arah kasurnya dia merebahkan tubuhnya yang lelah diatas kasur empuk.
Tidak lama Gibran sudah memasuki alam mimpi bi Susi melihat wajah damai tidur di bawah selimut. Dia sejak tadi memperhatikan wajah Gibran yang murung entah apa yang di pikirkan oleh Gibran hingga bisa membuat suasana hati nya memburuk seperti ini.
Bi Susi melihat ke arah jendela yang terbuka pasti Gibran lupa menutup kembali jendelanya itu. "Biasain den jika menatap langit jangan lama-lama dan jangan lupa menutup kembali jendelanya angin malam gak bagus buat kesehatan" peringat bi Susi meskipun percuma toh Gibran nya saja sudah tidur.
Bi Susi pun mendekat ke arah ranjang Gibran dia menatap lekat ke wajah Gibran yang tertidur dengan damai. Bi susi menaikan selimut untuk menutupi tubuh Gibran tak lupa mematikan lampu utama dan hanya tersisa lampu yang di atas nakas saja yang menyala. "Selamat malam little boy" di mata bi Susi, Gibran masih terlihat seperti anak kecil dirinya lah yang membantu Vanka merawat Gibran dari kecil sehingga bi Susi sudah menganggap Gibran seperti anak sendiri.
Bi Susi keluar dari kamar, menutup pintu dengan hati-hati khawatir Gibran akan bangun. Wajah damai itu tetap setia menutup matanya dengan senyum tipis yang dia tunjukkan ketika tertidur.
Gibran sudah pergi ke alam mimpi setelah terbangun karena perdebatan orang tua nya yang membuat tidurnya terganggu bi Susi membawa susu coklat panas yang mengantarnya ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family (On Going)
عاطفيةPerhatikan batasan usia, bocil dilarang mendekat. Ceo muda tampan karismatik, dan bucin akut pada pasangannya? Cemburuan adalah sifat yang mendominasi seorang Arga Rajendra Dirgantara, ceo sekaligus ketua gang Argasena ini harus menelan pahit-pahit...