015: Choi

6.8K 562 11
                                    

MENGERUCUTKAN bibirnya kesal, Haechan merenggut di dalam dekapan sang Alpha. Mendengar cerita yang Mark ceritakan membuat Haechan sedikit cemburu. Entah kenapa, ia hanya cemburu saja.

Insting Omeganya juga memberitahu jika dia harus menjaga Alphanya agar tidak di gondol Omega lain. Apalagi si Yeri Yeri itu. Mark sendiri tersenyum tipis, mengusap punggung Omeganya. Menonton televisi kembali.

Teringat sesuatu, Mark menunduk. Menatap wajah Haechan yang tertekan di dadanya.

"Sun,"

"Hm?"

Haechan berdehem dengan mata yang masih tertutup, merasa malu saat Mark dengan terang terangan menatap dirinya mendamba.

"Kalau aku memintamu untuk tidak terlalu dekat dengan Soobin, boleh?"

-••-

Haechan berlari mendekati Jaemin yang sudah menunggunya dengan ditemani oleh Renjun di kantin kedokteran. Awalnya Haechan malas, tapi daripada sendiri di kelas tanpa melakukan apapun, akhirnya ia menyetujui dan menyusul Jaemin kemari. Renjun melambaikan tangannya saat Haechan sampai di kantin kedokteran, di sana juga ada Jeno ternyata.

"Aku kira kau tak akan kemari." Haechan duduk di sebelah Jaemin, menatap omega itu tanya.

Iya sih, dia memang jarang menyetujui dan jarang ikut kalau diajak makan makan kemanapun. Karena malas bertemu dengan orang lain, juga malas untuk mendengarkan omongan omongan pedas human human yang tidak tahu sebenarnya kita itu bagaimana. Haechan sendiri menaikan bahunya acuh.

"Tiga hari lagi."

"Apa?"

Haechan menatap Jeno dan Jaemin bergantian. Tiga hari apa? Kenapa?

"Ah!"

Haechan menatap renjun yang menganggukkan kepalanya, merasa heran. Apa sih yang mereka obrolkan ini.

"Kau lupa atau bagaimana Queen?" Haechan mendelik, berpikir sebentar.

"Kau itu, semenjak menjadi kekasih Mark, kau jadi mengikuti kebiasaan Alpha putih itu. Lola, loading lama." Mengangkat kembali bahunya acuh, Haechan malas untuk berpikir akhirnya dia diam saja.

Tersentak saat ada salah satu petugas pembagian nampan makan siang yang menepuk bahunya, Jaemin sudah memesan dahulu ternyata.

"Latihan bersama, bagaimana?" Haechan menoleh ke arah Jaemin yang berkata demikian, latihan apa maksudnya? Mengapa hanya ia yang tidak mengerti pembahasan ini!?

"Boleh boleh saja, dimana?" Renjun menimpali.

"Kau juga ikut?" Renjun mengangguk, memakan makanannya kembali.

"Kemana, brengsek?" Haechan yang kesal karena tidak diberi tahu menatap ketiganya tajam.

"Bermain."

Hah?

Oh!

Iya! Haechan ingat sekarang!!

"Dimana?"

"Lapangan penyerang Klan Jung."

"Dimana?" Haechan menatap Jeno bingung.

"Ya itu, lapangan yang biasa dipakai oleh Klan Jung, Klan Seo, Klan Na sama Klan gabungan latihan."

"Maksudnya Haechan itu, tempatnya yang dimana?" Renjun menimpali, Jaemin yang kurang mengerti pun cuman diam saja. Melihat ketiganya bergantian.

"Ya itu tadi- oh. Nanti kita kesana sama-sama." Jeno terkekeh pelan, meminum minumannya sembari menatap Haechan yang berdecak kesal.

Mate[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang