001: Tragedi

16.6K 1K 18
                                    

MENGETUK pintu kediaman orang tuanya dengan dramatis. Haechan dengan paper bag baby blue di tangan kirinya juga minuman di tangan kananya, menempelkan pipinya di pintu utama yang masih tertutup rapat.

Dia sendirian omong omong, Buna Jaemin tiba-tiba heat tanpa sang mate yang menemani, sedang ada urusan pekerjaan yang membuat dia meninggalkan sang Omega. Akhirnya Jaemin yang menjaganya.

"Orang orang rumah masih menikmati alam mimpinya kah? Papa bukaaa!" Mendudukkan dirinya di depan pintu, Haechan berdecak kesal meminum minumannya dengan sedikit rakus.

Suara pagar terbuka membuat Haechan menolehkan kepalanya. Hidung tajamnya mencium bau pack lain yang mendekat.

Iya, Haechan bisa mencium aroma pertanda pack pack lain yang di keluarkan oleh para Alpha ataupun Omega yang bertandang ke rumah orang tuanya.

"Hey, Chittanya ada?" Tersadar dari lamunanya, Haechan mendongkak. Menatap lelaki cantik bersurai silver dengan mata yang berbinar cerah. Juga senyuman ramah di bibir tipisnya.

"Ada mungkin, sebentar." Haechan berdiri. Melakukan mindlink dengan sang Papa.

Menyadari bukan hanya ada si lelaki cantik itu saja yang ada di sana, Haechan menoleh, melihat seorang lelaki lain bertubuh tegap dengan jas hitam yang menawan terpasang di badannya.

Sebelas dua belas lah dengan Daddynya.

"Astaga maaf, aku lupa kalau ada kau yang ingin bermain kesini. Silahkan masuk." Chittaporn atau akrab di sapa Ten itu menyuruh tamunya untuk masuk. Membiarkan Haechan yang menatapnya tanya.

Kedua lelaki itu masuk, membuat Haechan mengedipkan matanya pelan. Ini dia tidak dipersilahkan masuk? Atau malah mengusirnya untuk pulang kembali?

"Kau sedang heat?" Haechan menoleh menggeleng kearah sang Papa, perasaan siklus heat Haechan masih kisaran semingguan lagi.

"Tercium sekali ya, Pa?"

"Tidak terlalu sih, masuk dulu ke kamar. Nanti Papa bawakan scent blockernya kesana." Haechan mengangguk. Masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan ke lantai atas untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sent blocker milik Jaemin itu berbeda. Jadi Haechan memutuskan untuk membawa scent blocker yang biasa ia pakai di rumah orang tuanya.

Tapi sebelum sampai di anak tangga pertama, Daddynya memanggil Haechan. Menyuruh sang anak untuk membatu Papanya yang sedang membuatkan minuman untuk tamunya.

"Hyuck, tolong bawakan minuman yang sudah Papamu siapin di dapur ke sini. Papamu ada urusan yang lain sebentar." Haechan melipir kearah dapur, masih dengan cup minuman kosong ditangannya.

Membawa empat cangkir minuman yang ada di atas nampan ke ruang tengah. Haechan memberikannya kepada sang Daddy.

"Sudah? Hyuck mau ke atas kalau sudah."

"Yasudah sana, aktifkan pengendapnya juga. Baumu tersebar kemana-mana." Haechan menjulurkan lidahnya kearah sang Daddy, memberinya acungan jari manisnya sebelum berlari menuju kamarnya.

"Anakmu yang paling muda?" Taeyong, lelaki bersurai silver, yang sedari tadi merasa ingin tahu sebenernya. Tapi takut ingin bertanya.

"Iya, kau baru melihatnya kan?" Haechan memang tinggal bersama Neneknya di kampung, dulu. Katanya malas kalau tinggal di perkotaan.

Tapi setelah kelulusan SMAnya, dia pindah ke kota. Neneknya capek mengurusnya, karena Haechan susah untuk diberitahu.

Akhirnya dia pindah, ya walaupun tadinya ia tidak ingin pindah dari desa.

Mate[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang