40

365 54 7
                                    






"Hei,Cantik. Mau sampai kapan kamu nutup mata kamu,hmm?"

"Seharusnya,setelah kita jadian,kita jalan dan ngedate,tapi kenapa kamu malah enggan untu bangun dari tidur kamu?"

Sambil menggigit bibir bawahnya kuat,Cyan berusaha menaha tangisnya.

Takdir memang sejahat ini. Gadisnya selalu dihantui oleh penderitaan dan aie mata. Seakan itu adalah hal yang sudah melekat didiri Chika.

"Gak capek emang tidur terus? Aku kesepian disini,mau lihat tawa dan senyum kamu. Mau dengar suara indah kamu,semua tentang kamu. Hei,Ayo bangun."

"Hikss,kamu harus bahagia. Dan,dan aku udah janji buat bahagiain kamu. Janji,kalo udah bangun,aku traktir kamu makan ice cream sepuasnya. Atau boleh deh makan seblak sama bakso sepuasnya" Cyan menggenggam tangan yang pucat itu dan diletakannya di pipinya. Sesekali,dia menciumnya. Membuat tangan yang lemah itu,basah dengan air matanya.

"Kamu udah janji sama aku,gak akan ninggalin aku. Ingat,janji harus ditepati. Jadi,secepatnya bangun,dan jangan tidur terus"

"Apa perlu aku cium,supaya kamu bangun kayak snow white? Hikss,bangun sayang."

"Bangun,masih ada banyak kebahagiaan yang harus kamu rasain. Jangan nyerah,jangan. Aku ada buat kamu,jangan nyaman buat tutup mata kamu"

Cyan hanya mampu begini. Menangis tanpa henti saat berdua dengan gadisnya ini. Pulang sekolah,dia akan kesini. Sudah terhitung tiga hari,Chika belum membuka matanya.

"Rose nangis terus ingat kamu. Sania berhenti ngomong banyak dan satu lagi,Irene lagi dekat sama Sean. Kamu bangun,supaya mereka bisa senyum lagi. Aku kesepian disini. Tante Karin setiap hari nangisin kamu,Bunda juga"

"Bastian,dia juga selalu nangisin kamu. Hei,banyak orang yang sayang sama kamu. Kamu berhak bahagia,kamu berhak tersenyum. Berhak terlepas dari belenggu penderitaan. Malaikat sebaik kamu,pantas untuk bahagia"

Meski sesegukan,pemuda itu memaksa untuk tersenyum. Walau sia-sia,Chika tidak akan melihatnya.





_______________________





Bunga yang terlihat layu di Vas bunga,yang menghiasi kamar ICU milik Chika,diambilnya. Lalu,dia menggantinya dengan sekuntum bunga mawar biru yang terlihat segar dan cantik itu.

Senyumnya terbit,walau tipis dan terlihat getir.

Dia kemudian duduk,pandangannya jatuh kepada gadis yang masih terbaring di tempat tidur itu. Enggan membuka mata kucingnya.

"Chika,ayo bangun. Jangan tidur mulu,buka mata kamu"

"G-gue minta maaf. Andai waktu itu gue hentiin Jingga,semuanya tidak akan seperti ini. Maaf,Chika"

"Maaf,selalu buat lo sedih. buat lo hidup dalam penderitaan. Kedatangan gue kesini,hanya membuat lo tambah menderita. Maafin gue,Chika."

"Jika perasaan ini gak ada,lo pasti selalu bahagia. Gak ada tangis dan kesedihan. Gue kira,dengan gue ngebales perasaan lo,semuanya berubah,ternyata malah tambah nyakitin lo. Hikss,gue emang gak berguna. Ngerusak alur novel ini dan nyakitin malaikat sebaik dan setulus lo"

"Penyesalan ini gak akan ada habisnya. Gue pantes dapatin ini, gue emang pantes. Ini gak seberapa dengan semua yang udah gue kasih buat lo"

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang