equator

7.6K 314 0
                                    

"I'll be a faithful husband, you can have my word." 

Seseorang di balik jasnya bersuara sembari menggerakkan pisau di tangan untuk mengambil potongan kecil dari salmon picante di piringnya. Gerakannya elegan, suara yang dihasilkannya seminimal mungkin. Buat si omega yakin, pria di hadapannya pastilah sudah menamatkan kelas etikanya dengan nilai baik. 

Zurielle—nama omega tersebut. Memilih untuk membuang pandangannya kepada sebidang jendela besar di sampingnya yang tampilkan Kota Jakarta dengan keekskusifan gedung-gedung pencakar langit pada sore hari. 

Tak mengherankan jika skeneri tersebut bisa disaksikannya. Tatkala kini mereka tengah duduk di sebuah restoran yang terletak di lantai ke-67 hotel Westin, restoran Henshin lebih tepatnya. 

"As if you're trying to make our marriage works." Zurielle menjawab datar kemudian menenggak minumannya. Apatis terhadap Januar yang kini meletakkan pisau dan garpu besi yang digenggamnya pada piring, membiarkan dua benda tersebut teronggok.

"I do believe a marriage only done once in a lifetime." Januar meraih serbet di atas meja guna bersihkan sudut bibirnya yang ternodai. 

"Bahkan kalau orang yang kamu nikahin is a total stranger? What a naive." Si omega balas mendesis. Kini ia menyilangkan kedua tangan di depan dada, punggungnya juga bersandar pada kursi. Dengan apik memasang ekspresi menantang pada pria di hadapannya. 

"You'll regret your decision once you're married to me. You'll realize how I couldn't be as faithful as you are. You will probably send me a divorcement letter three months after and will take this marriage as joke like I do."  Zurielle melanjutkan. Pandangannya bersinggungan dengan alpha yang juga memasang wajah tak kalah menantangnya. Tanpa perlu susah-susah mengeluarkan suara serta feromonnya, dominasi Januar terasa begitu mencekik. 

"Saya sudah 31 tahun, and there's no time for me to jokingly talk about marriage." Januar membalas.

"Sekarang, kamu ada cara untuk ngebatalin perjodohan ini?" Januar bersuara, semenit setelah kesunyian menggandrungi. "Kalau perjodohan yang ini nggak berjalan, kemungkinan besar akan ada matchmaking yang lain dan lainnya. Titik akhirnya memang menikah, the only way possible to stop the cycle."

Untuk para bagian dari kaum borjuis, perjodohan itu seperti mutlak adanya. Mereka para konglomerat selalu ingin mempertahankan kekayaan mereka dengan mengekspansi dinasti masing-masing keluarga berpengaruh. Maka menikahkan anak mereka menjadi jawaban tercepat dan kuat. Sehingga tak menutup kemungkinan kalau perjodohan-perjodohan yang lain akan muncul ketika satu tak berjalan dengan baik. 

Maka embusan napas berat ialah yang Januar dengar setelah itu. Dengan jelas menandakan bagaimana Zurielle sebetulnya sepaham dengan Januar. 

"With one condition," Zurielle menjeda ucapannya lantas mempertemukan pandangan dengan Januar, "you don't have any rights to interfere with my job. Kamu gak boleh komen tentang pekerjaan saya yang ngeharusin untuk di London dari April hingga awal Desember." 

"Deal." 

Ah, tolong beritahu kedua anak adam ini jikalau sebuah pernikahan tak hanya dapat berlandaskan kesepakatan tertulis maupun tidak. Dalam sebuah pernikahan ada terlalu banyak hal yang dikorbankan, kepercayaan, kebebasan, dan egoisme itu sendiri. 

Karena seumur hidup itu terlalu lama, terlalu lama jangkauannya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
to my twenties, jaejenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang